Demokrat terus diterpa badai. Mula-mula
badai korupsi yang telah merontokkan elite. Andi Mallarangeng bahkan
Nazarudin dan Anggelina Sondakh masuk ke bui.
Ketua Umum
Partai Demokrat Anas Urbanigrum sudah dipanggil dua kali oleh KPK untuk
diminta keterangan berstatus saksi. Demokrat kembali bersih dan siap
menghadapi Pemilu 2014. Sayangnya, internal partai tidak solid, terlihat
jelas indikasi usaha keras merontokkan Anas dengan berbagai cara. Kali ini
dengan skenario hasil survei di mana Partai Demokrat hanya memperoleh 8%
gara-gara Anas ”diberitakan” terlibat kasus Hambalang.
Sungguh unik
dan aneh Demokrat menghadapi darurat politik karena hasil survei. Yang luar
biasa lima menteri ditambah sekjen sibuk mencermati hasil survei yang
berasal hanya dari satu lembaga. Hiruk-pikuk ini mengganggu ketenangan saya
yang kini sudah tidak aktif lagi di partai. Survei penting, tapi yang lebih
penting lagi adalah mencari penyebab mengapa partai ini hebat pada Pemilu
2004 dan menang telak pada 2009 untuk digunakan sebagai referensi, kemudian
bagaimana mengatur strategi untuk tetap menang pada Pemilu 2014?
Saya akan
memulai dari masa awal perjuangan di mana harus membentuk infrastruktur
DPD, DPC, DPAC, sampai ranting dan anak ranting. Betapa sulitnya mencari
orang yang mau jadi pengurus. Ibarat bajaj hanya orang-orang kecil yang mau
menumpang. Bajaj itu berjalan berlahan, tapi pasti. Sambil menguji kesungguhan
dan militansi, saya belum mau menyebut siapa pemesan bajaj itu. Walaupun
sayup-sayup mereka mendengar.
Seiring
berjalan waktu akhirnya sang pemesan, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
muncul dan disambut sukacita. Saya ingin katakan, Pak SBY selalu memulai
dari yang kecil, runut, taat aturan, dan alamiah. Kini bajaj itu sudah
berubah menjadi Mercy dan mengundang syahwat elite internal Demokrat
sekaligus kecemburuan lawan-lawan politik.
Pemilu 2004
terarungi baik dengan angka 7,5%. Sukses mengantar kader terbaik jadi
Presiden RI. Kekuatan terbesar memang figur SBY didukung penuh oleh
semangat juang “assabiqunal awalun”
yang ikhlas dan tak kenal lelah serta doa dari para tokoh agama, santri,
dan rakyat. Keuangan minim bahkan utang sana sini walaupun akhirnya
terbayar. Pengurus solid walaupun ada riak kecil, tapi selesai di internal.
Pemilu 2009 meroket dengan pencapaian 21% dan untuk kedua kalinya SBY
terpilih jadi presiden.
Menurut saya,
penyebab keberhasilan Partai Demokrat sebagai berikut: Pertama,
keberhasilan pemerintahan SBY 2004-2009.Silakan diamati statistik ekonomi,
politik, sosial,budaya, pertahanan, dan keamanan yang terus membaik.
Pendidikan bahkan mendapat perhatian istimewa dengan porsi 20% APBN.APBN
yang sebelumnya hanya berkisar Rp300 triliun meloncat jauh kini menjadi
Rp1.400 triliun.
Rekor baru
dalam sejarah pemerintahan di Indonesia. Kedua, ada Bantuan Langsung Tunai
(BLT). Objektif saja BLT telah mendongkrak perolehan suara Demokrat pada
Pemilu 2009. Program ini langsung menyentuh sendi kehidupan, rakyat kecil
merasakan perhatian pemerintah. Lebih dari itu, BLT juga sangat menolong
kehidupan mereka. Tapi, BLT juga telah memanjakan kader Demokrat sehingga
tanpa bekerja pun Demokrat menang telak. Ketiga, tak bisa dipungkiri karisma,
performa, dan segala keunggulan SBY telah membuat rakyat Indonesia
menyerahkan kepercayaan kepada Demokrat dan SBY. Sampai saat ini pun belum
ada pemimpin nasional yang mendekati ”kesempurnaan” SBY.
Keempat, kinerja partai memang ada, tapi
tidak signifikan. Kader Demokrat bukanlah politisi berpengalaman.Umumnya
orang-orang baru, kinerja politiknya belum maksimal. Sudah jadi anggota DPR
dan menteri pun belum kelihatan dampak kinerja dan kedewasaannya dalam
berpolitik. Bukti kecilnya adalah sikap lebay kebakaran jenggot dengan
hasil survei.
Mereka harus
introspeksi diri, apa yang telah dikerjakan selama ini untuk partai?
Partai-partai lain menyikapi hasil survei dengan cara dewasa karena survei
tidak bisa jadi ukuran mutlak politik, banyak faktor yang menentukan
situasi politik. Sebagai contoh Pilkada Gubernur DKI di mana seluruh survei
mengatakan, Fauzi Bowo menang dalam satu putaran,tapi apa realitas politik
yang sesungguhnya? Jokowi mematahkan semua hasil survei dengan kerja keras
dan tim yang tangguh.
Kelima, bisa
jadi rakyat menunggu BLT lagi dari pemerintah untuk Pemilu 2014? Itu bargaining-nya rakyat terhadap
pemerintah. Wong, sekarang kader Demokrat sibuk dengan kepentingannya
sendiri. Hampir 100% mengandalkan SBY, sedangkan Pak SBY sibuk mengurus
seluruh rakyat Indonesia. Di partai sudah ada AD/ART lengkap. Kalau Pak SBY
yang menjabat sebagai presiden dan kepala negara RI ditarik-tarik terus
untuk urusan Demokrat, nanti rakyat protes dan kemungkinan memboikot partai
ini.
Pak SBY kan
capek juga dengan kondisi seperti ini.Ada masalah sedikit, serahkan ke Pak
SBY. Begitu adatnya kader Demokrat. Manja, anak mama, kok minta suaranya
bagus? Kalau mau suara bagus, harus kerja dan kerja.
Keenam, jangan benturkan Ketua Dewan
Pembina Bapak SBY dengan Ketua Umum Anas Urbaningrum. Anas sudah
menunjukkan kinerja baik dan loyal kepada Bapak SBY dan Demokrat. Keharmonisan
para tokoh dan petinggi Demokrat akan memudahkan pekerjaan memenangi
pemilu, rakyat akan simpati. Jangan lagi ada kegaduhan karena hal sepele
yang ditunggangi syahwat. Apalagi berbicara di media massa. Pak SBY dan
para pendahulu telah bersusah payah membangun partai ini. Kalau ada
masalah, hendaknya diselesaikan dengan baik dan kekeluargaan.
Bicara
persoalan internal di media massa adalah aib besar dan bunuh diri. Islam
melarang keras membuka aib keluarga (internal) di depan umum. Ketujuh, soal
korupsi yang dituduhkan terhadap Anas, sampai saat ini tidak terbukti. Lalu
kenapa Anas harus menanggung beban menyandera Demokrat? Sikap permusuhan
yang dipertontonkan para elite Demokrat telah mengundang reaksi dari
struktur partai di daerah.
Akal dan nurani
mereka tidak menerima alasan rencana ”penggulingan” Anas yang cenderung
dicari-cari, mengadaada, akhirnya terjadi gaduh di media massa. Ini
tontonan konyol yang juga membuat rakyat mencemooh dan antipati terhadap
Partai Demokrat. Pernyataan para elite partai ini yang membuat gaduh itu
juga menyumbang minusnya kepercayaan rakyat kepada Demokrat. Karena itu, saya
berharap segera konsolidasi karena Pemilu 2014 sudah di depan mata.
Kedelapan, hendaknya
semua pihak di internal partai ini mematuhi AD/ART partai yang menjadi
pedoman berorganisasi. Yang melanggar AD/ART harus ditindak,siapa pun
dia.Tanpa kepatuhan terhadap AD/ ART, partai akan hancur. Anas Urbaningrum
sudah terpilih secara demokratis dan sah sesuai AD/ART. Semua pihak harus
menghormati hasil kongres. Menggusur Anas secara paksa berarti
menghancurkan Demokrat. Demokrat akan jadi korban ”syahwat kuasa” para
elitenya sendiri dan itu perbuatan zalim.
Karena itu,
saya imbau jangan zalimi Demokrat, jangan zalimi Pak SBY, dan jangan zalimi
Anas. Jawaban dari semua permasalahan adalah kembali ke AD/ART, bangun
soliditas internal partai dan kerja keras. Laksanakan perintah Ketua Dewan
Pembina: ”cerdas, santun, dan
bersih.” Insya Allah, Demokrat tetap jaya. Memang saya sudah tidak
aktif lagi di Demokrat, tapi batin saya sudah terikat dengan partai ini.
Kejadian
sekecil apa pun akan menggugah hati saya. Saya berharap para pendahulu yang
sudah berusia senja dengan legawa mewariskan kebajikan dan kearifan kepada
para penerus kader-kader muda Demokrat yang akan meneruskan cita-cita para
senior. Saya dan kawan-kawan telah mendirikan dan membangun Partai Demokrat
dari bajaj butut sampai jadi Mercy. Saya akan terus mengawal
keberlangsungan partai ini karena separuh aku adalah Demokrat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar