Kebijakan
Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Perry Warjiyo ; Direktur
Eksekutif Departemen Riset Ekonomi
dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia
|
MEDIA
INDONESIA, 06 November 2012
BANK Indonesia (BI) terus melakukan stabilisasi nilai
tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Kebijakan itu merupakan
bagian dari pengelolaan stabilitas makroekonomi di tengah masih berlanjutnya
dampak krisis perekonomian global. Itu penting agar momentum dan ketahanan
perekonomian nasional tetap terjaga.
Pertimbangan makroekonomi
Krisis perekonomian global berdampak pada perekonomian
Indonesia melalui jalur perdagangan dan jalur keuangan. Dari jalur
perdagangan, masih rentannya pemulihan ekonomi AS dan resesi ekonomi di Eropa
telah berdampak pada perlambatan ekonomi negara mitra dagang dan ekspor
Indonesia. Dari jalur keuangan, pelonggaran moneter di berbagai negara di
tengah ketidakpastian resolusi krisis Eropa me nimbulkan sentimen positif di
pasar keuangan global, termasuk arus modal asing ke Indonesia. Kebijakan
stabilisasi nilai tukar diperlukan untuk meminimalkan dampak kedua risiko
global itu.
Sejauh ini kinerja perekonomian Indonesia masih cukup baik
meskipun tidak sebagus perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada
triwulan III 2012 diperkirakan lebih rendah, yaitu 6,3%. Meskipun konsumsi
dan investasi yang berorientasi permintaan domestik tetap tumbuh tinggi,
penurunan ekspor telah berdampak pada penurunan produksi dan investasi yang
berorientasi ekspor. Ke depan, pertumbuhan ekonomi akan ditopang tetap
kuatnya permintaan domestik sementara kinerja ekspor masih akan dibayangi
ketidakpastian perekonomian global. Pertumbuhan 2012 dan 2013 diperkirakan
pada kisaran 6,1%-6,5% dan 6,3%-6,7%.
Dampak krisis global lebih terasa pada kinerja sisi
eksternal ekonomi Indonesia. Defisit transaksi berjalan masih bert lanjut
pada triwulan III 2012 l meskipun diperkirakan lebih rendah daripada triwulan
II 2012 yang mencapai US$6,9 miliar (3,1% dari PDB). Di sisi lain, surplus
transaksi modal dan finansial diprakirakan akan lebih besar seiring dengan
aliran masuk modal asing baik investasi portofolio maupun PMA. Secara
keseluruhan neraca pembayaran diperkirakan akan kembali mencatat surplus pada
triwulan III 2012 setelah mengalami defisit US$2,8 miliar pada triwulan II
2012. Jumlah cadangan devisa pada akhir September 2012 juga meningkat menjadi
US$110,2 miliar.
Respons Kebijakan Nilai Tukar
Perkembangan nilai tukar rupiah pada September 2012
bergerak sesuai dengan kondisi pasar dengan intensitas depresiasi yang
menurun. Rupiah secara point-to-point melemah
sebesar 0,37% (mtm) ke level Rp9.570 per dolar AS atau secara rata-rata
melemah 0,64% (mtm) menjadi Rp9.554 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah
terutama berasal dari masih tingginya permintaan valuta asing untuk keper
luan impor. Intensitas tekanan terhadap rupiah menurun dengan lebih besarnya
aliran masuk modal asing sejalan dengan sentimen positif perekonomian global
dan prospek ekonomi domestik yang tetap kuat.
Perkembangan tersebut sejalan dengan kebijakan yang
ditempuh BI untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan
tingkat fundamentalnya. Upaya untuk mengelola keseimbangan neraca pembayaran
dengan tetap mendukung perekonomian domestik merupakan fokus kebijakan
moneter saat ini. Selama triwulan III 2012, tekanan depresiasi rupiah
merupakan cerminan dari besarnya defisit transaksi berjalan. Dengan
depresiasi rupiah secara terukur, impor dapat dikendalikan sementara ekspor
sedikit banyak bisa terbantu. Perkembangan rupiah dewasa ini telah
mencerminkan keseimbangan di dalam perekonomian seiring dengan neraca
pembayaran yang diperkirakan akan kembali mencatat surplus pada triwulan III
2012.
Penentuan nilai tukar fundamental bukanlah hal yang mudah
karena tidak ada satu metode ataupun model penentuan yang sangat akurat.
Justru yang lebih penting ialah menjaga agar pergerakan rupiah itu tetap konsisten dengan perkiraan makroekonomi ke depan, khususnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi, serta seberapa jauh mampu mendukung keseimbangan pada neraca pembayaran. Sejumlah simulasi perlu dilakukan untuk menentukan arah pergerak an rupiah mana yang paling optimal.
Dalam implementasinya, upaya stabilisasi rupiah tetap
memperhatikan dinamika yang terjadi di pasar. Untuk itu, BI senantiasa
memantau perkembangan pasokan dan permintaan valas di pasar. Sejauh mungkin,
perkembangan rupiah sesuai dengan mekanisme pasar dengan mengacu ke arah
pergerakan nilai tukar yang dinilai optimal bagi perkembangan makroekonomi
tersebut. BI juga melakukan intervensi di pasar valas untuk menjaga agar fluktuasi
rupiah tetap stabil dan tidak bergejolak.
Intervensi di pasar valas juga didukung dengan langkah BI
untuk melakukan pembelian SBN di pasar sekunder. Tujuannya mendukung
stabilisasi rupiah. Langkah itu terutama dilakukan pada waktu terjadi
pembalikan modal oleh investor asing dari pasar SBN, seperti terjadi pada
paruh kedua 2011. Dengan pembelian SBN dari pasar sekunder, kecukupan
likuiditas di pasar uang rupiah domestik juga tetap terjaga. Langkah itu juga
sejalan dengan upaya untuk meningkat kan SBN sebagai instrumen moneter oleh
BI.
Pendalaman pasar valas juga terus ditingkatkan. Setelah
menerbitkan term-deposit valas, BI merelaksasi ketentuan terkait tenor
forward dengan nonresiden dari yang sebelumnya minimum tiga bulan menjadi
minimum satu minggu. Itu dimaksudkan agar investor dapat melakukan hedging
atas investasinya di Indonesia. BI juga akan menempuh langkah kebijakan
lanjutan terkait dengan DHE, termasuk pengembangan bisnis trustee di perbankan.
Kebijakan nilai tukar tersebut perlu
didukung kebijakan lain agar mampu menjaga keseimbangan eksternal dari
stabilitas makroekonomi Indonesia. Dari sisi BI, kebijakan makroprudensial
diterapkan untuk pengelolaan pertumbuhan kredit di sektor tertentu yang
dinilai berlebihan, yaitu kartu kredit, otomotif, dan properti. Dari
pemerintah, di samping kebijakan fiskal, diperlukan strategi dan kebijakan
industri, investasi dan perdagangan untuk peningkatan produksi dalam negeri
baik untuk mengurangi ketergantungan impor (import substitution) maupun untuk mendorong ekspor (export promotion). ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar