Di Balik
Agresi Israel ke Gaza
Bawono Kumoro ; Peneliti Politik The Habibie Center,
Penulis Buku “Hamas: Ikon Perlawanan Islam terhadap Zionisme Israel” |
SINDO,
17 November 2012
Situasi di Jalur Gaza kembali memanas akibat peningkatan
eskalasi ketegangan antara Israel dan kelompok militan Palestina. Dalam satu
pekan terakhir, tercatat lebih dari 15 orang warga Palestina tewas dan
ratusan orang lain terluka akibat serangan udara militer Israel.
Komandan militer Brigade Izzudin al- Qassam, Ahmed Jaabari, menjadi salah satu korban tewas serangan udara militer Israel. Brigade Izzudin al-Qassam merupakan sayap militer kelompok militan Hamas. Sulit dimungkiri pembunuhan terhadap Jaabari itu merupakan pesan politik Israel untuk (kembali) mengobarkan perang dengan Hamas selaku penguasa di Jalur Gaza.Israel ingin mengulang kembali agresi militer mereka ke Jalur Gaza, sebagaimana pernah dilakukan akhir 2008 lalu. Sebagaimana kita ketahui bersama,menjelang akhir 2008 Israel melancarkan agresi militer secara besar-besaran ke Jalur Gaza.Israel mengerahkan seluruh kekuatan militer mulai darat,laut,hingga udara.Agresi militer selama tiga pekan itu menewaskan 1.201 orang, termasuk 410 anak-anak.Adapun jumlah korban luka-luka mencapai 5.300 orang. Dua tokoh senior Hamas, Nizar Rayyan dan Said Siam, juga turut menjadi korban agresi militer Israel saat itu. Target Israel Israel sering kali berdalih bahwa agresi militer ke Jalur Gaza terpaksa dilakukan sebagai bentuk pembelaan diri dari ancaman serangan roket kelompok militan Palestina di Jalur Gaza.Namun, benarkah dalih itu? Jika kita telaah lebih jauh paling tidak ada dua target utama yang hendak dicapai Israel melalui agresi militer ke Jalur Gaza. Pertama, dengan melancarkan agresi militer ke Jalur Gaza,Israel ingin menciptakan opini publik dunia internasional bahwa penguasaan Hamas terhadap Jalur Gaza telah membuat agenda dunia internasional pendirian Negara Palestina merdeka semakin sulit dicapai. Jika opini publik itu berhasil diciptakan, mimpi lama Israel agar persenjataan Hamas dilucuti total akan mendapatkan justifikasi. Pelucutan senjata itu diharapkandapat membebaskan Israel dari ancaman seranganserangan roket Hamas. Kedua, agresi militer ke Jalur Gaza juga dimaksudkan untuk pengaruh Iran di Palestina. Sudah menjadi rahasia umum selama ini Hamas mendapatkan dukungan moral dan politik dari Iran.Bagi Iran, kehadiran Hamas diperlukan guna membendung hegemoni Israel di Timur Tengah.Keberadaan Hamas di Palestina membuat Israel tidak akan dapat dengan leluasa mengusik program nuklir Iran. Dukungan Amerika Serikat Keberanian Israel melancarkan agresi militer di Jalur Gaza tentu tidak datang begitu saja, tanpa adanya dukungan moral dan politik dari Amerika Serikat selaku sekutu utama.Dalam rapat darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa guna membahas eskalasi kekerasan di Gaza,Amerika Serikat menyatakan dukungan terhadap hak Israel untuk membela diri dalam menghadapi seranganserangan roket kelompokmilitan Palestina. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Israel telah sejak lama menjadi sekutu dekat Amerika Serikat Kedekatan itu antara lain dapat dilihat dari bantuan militer Amerika Serikat kepada Israel.Pada Agustus 2007,kedua negara memperbarui memorandum of understanding (MoU) mengenai bantuan militer. Melalui MoU itu, Amerika Serikat bersedia untuk memberikan bantuan militer kepada Israel senilai USD30 miliar dalam jangka waktu 10 tahun. Sebelumnya, Israel menerima bantuan militer dari Amerika Serikat sebesar USD2,4 miliar per tahun. Dengan kesepakatan baru itu, Israel mendapatkan tambahan dana sebesar USD600 juta per tahun. Patut dicurigai––sebagaimana Israel––Amerika Serikat juga memiliki target-target tersendiri yang hendak dicapai melalui konflik di Jalur Gaza. Pertama, Amerika Serikat ingin menciptakan opini publik dunia internasional bahwa kegagalan untuk mewujudkan pendirian Palestina merdeka pada empat tahun pertama masa pemerintahan Barack Obama lalu,bukan disebabkan ketidakseriusan Amerika Serikat selaku penggagas solusi dua negara, melainkan lebih diakibatkan tindakan-tindakan tidak bersahabat Hamas selaku penguasa di Jalur Gaza. Kedua, Amerika Serikat ingin menghapus pengaruh Iran di Palestina. Untuk merealisasikan hal itu, Amerika Serikat lebih memilih untuk tidak terjun langsung, tetapi dengan memanfaatkan permusuhan antara Israel dan Hamas. Jika Hamas dapat dilenyapkan, otomatis pengaruh Iran di Palestina akan turut hilang. Hilangnya pengaruh Iran di Palestina tentu turut mengakibatkan berkurangnya pengaruh Negeri Mullah itu di Timur Tengah. Dengan begitu, program nuklir Iran pun akan semakin mudah untuk digagalkan. Ketiga, dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dalam konflik di Jalur Gaza, juga ditujukan untuk menjaga eksistensi Israel sebagai instrumen utama pelaksana segala kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah. Jika eksistensi Israel di Timur Tengah tidak terus dijaga, dikhawatirkan ambisi besar Amerika Serikat untuk menguasai sumber-sumber minyak di Timur Tengah tidak akan dapat diwujudkan. Penguasaan terhadap sumber-sumber minyak itu memiliki nilai strategis bagi Amerika Serikat guna memenangkan persaingan di dunia industri internasional, apalagi dalam situasi krisis dan resesi ekonomi saat ini. Inilah targettarget strategis yang hendak dicapai Israel dan Amerika Serikat melalui konflik di Jalur Gaza. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar