Jakarta
Butuh Pemimpin
Berhati,
Kepala, dan Tangan
Dominikus
Dalu S ; Senior
Asisten Ombudsman pada Ombudsman Republik Indonesia
MEDIA INDONESIA, 07 Juli 2012
PEMILU
kada DKI Jakarta akan berlangsung pada 11 Juli 2012. Enam pasang calon gubernur
dan wakil gubernur bertarung untuk menjadi pemimpin DKI Jakarta lima tahun ke
depan. Empat pasang berasal dari partai politik dan dua pasang calon
independen.
Dalam
sejarahnya baru kali ini pemilu kada DKI diikuti oleh lebih dari dua calon.
Terlebih lagi terdapat calon independen, hal yang belum terjadi pada pemilu kada sebelumnya. Sulit diprediksi siapa yang akan keluar sebagai pemenang, mengingat setiap calon memiliki kelebihan dan kekurangan.
Terlebih lagi terdapat calon independen, hal yang belum terjadi pada pemilu kada sebelumnya. Sulit diprediksi siapa yang akan keluar sebagai pemenang, mengingat setiap calon memiliki kelebihan dan kekurangan.
Begitu
strategisnya peran Gubernur DKI Jakarta yang memimpin ibu kota negara sehingga
semua partai politik di negeri ini mengusung calon terbaik untuk menjadi
gubernur. Demikian pula tidak mudah menjadi calon independen karena
mengumpulkan minimal 400 ribu suara pendukung yang dibuktikan dengan fotokopi
KTP yang sah dan masih berlaku. Hampir semua calon yang ada memiliki kapasitas
untuk menjadi pemimpin DKI Jakarta karena memiliki latar belakang pengalaman
yang beragam, baik sebagai kepala daerah yang masih aktif, politikus,
akademisi, mantan militer, maupun praktisi pemerintahan.
Tidak
mudah menemukan pemimpin yang mumpuni pada zaman ini. Terdapat orang tertentu
yang memang dianugerahi sejak lahir dengan bakat sebagai pemimpin (leaders are born). Akan tetapi, sebagian
besar pemimpin yang ada saat ini hadir karena proses dan diciptakan (leaders are made). Pemimpin tipe ini
tumbuh dan berkembang dari bawah, ditempa oleh berbagai pengalaman, ketekunan,
dan kerja keras, serta tidak berhenti belajar sepanjang hidupnya.
Kualitas
pemimpin pada umumnya dibentuk melalui suatu proses yang memerlukan waktu dan
upaya, bukan didapat secara instan. Tipikal pemimpin pada era modern saat ini
yang dibutuhkan ialah kepemimpinan yang melayani (servant leadership), yakni suatu tipe atau model kepemimpinan yang
dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh masyarakat
atau bangsa.
Pemimpin
pelayan (servant leader) mempunyai
kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi
orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya ialah untuk melayani,
cara pandangnya holistik, dan bekerja dengan standar moral spiritual yang
tinggi. Ia tidak minta dilayani, tetapi justru bertindak sebagai pelayan yang
oleh Robert Greenleaf disebut `good
leaders must first become good servants'.
Perlu Bukti Konkret
Warga
DKI Jakarta adalah pemilih yang cerdas dan tentunya akan menggunakan hak suara
mereka secara bertanggung jawab untuk memilih pemimpin sesuai kebutuhan Jakarta
hari ini. Persoalan Jakarta memang sangat kompleks dari kemacetan yang sudah
pada stadium parah. Banjir yang selalu mengancam, tindak kriminal yang terus
meningkat setiap tahunnya, lapangan kerja yang minim dan tidak sebanding dengan
jumlah tenaga kerja, polusi udara yang parah, arus urbanisasi yang tak
terbendung, penggusuran permukiman penduduk dan pedagang kaki lima tanpa
perikemanusiaan, sampai warga miskin, pengemis, dan gelandangan yang tak
terurus dan terus bertambah. Para calon gubernur sudah menawarkan berbagai
program untuk Jakarta yang lebih baik pada masa lima tahun mendatang.
Untuk
mendapatkan pemimpin yang baik dan dapat memenuhi keinginan serta kebutuhan
masyarakat saat ini memang tidak gampang. Dengan melihat track record para calon, selanjutnya memastikan siapa yang akan
dipilih dan pantas untuk dijadikan pemimpin. Pemimpin yang baik pasti memiliki
kelebihan sebagai faktor pendukung dalam rangka melaksanakan amanah sebagai
pemimpin.
Kenneth
Blanchard dalam bukunya, Leadership By
The Book, menggambarkan bahwa pemimpin yang berkarakter melayani dapat
dilihat dari tiga hal. Pertama, memiliki hati yang melayani. Seorang pemimpin
harus memiliki empati dan simpati kepada warga masyarakat yang dipimpinnya. Ia
sedapatnya mampu memberikan motivasi kepada warga yang dipimpinnya. Sebagai
rakyat, kita tentu membutuhkan pemimpin yang dapat memberikan motivasi bila
kita sedang mengalami kesulitan.
Kepemimpinan
sejati dimulai dengan contoh dan sikap hidupnya yakni mengelola dirinya
sendiri, kemudian bergerak keluar untuk mengelola dan melayani rakyatnya. Di
sinilah pentingnya integritas dan karakter pemimpin sejati agar diterima oleh
rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin sejati berorientasi untuk membangun
masyarakat dan daerahnya serta kepentingan publik pada umumnya lebih diutamakan
daripada kepentingan diri dan golongannya.
Pemimpin
yang memiliki hati yang melayani adalah pemimpin yang bertanggung jawab. Ia
akan berdiri paling depan jika rakyat membutuhkannya. Seluruh perkataan,
pikiran, dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan
kepada Tuhan Sang Pencipta. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mampu
mengendalikan dirinya. Mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan
sendiri dan memiliki ketahanan mental yang kuat. Seorang pemimpin sejati selalu
dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi, bertindak
objektif dalam menghadapi tekanan atau intervensi dari pihak mana pun, termasuk
tuntutan transparansi dari publik.
Kedua,
memiliki kepala yang melayani. Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati
atau karakter saja, tetapi harus memahami seni memimpin. Untuk itu, seorang
pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas tentang kepemimpinan dan hakikat
kepemimpinannya. Dengan pengetahuan serta pengalamannya, diharapkan
menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Ia tahu apa yang terbaik untuk
rakyatnya karena memiliki visi yang jelas dan mampu diimplementasikan dalam
tindakan nyata. Selain itu, selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi atas
setiap permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh rakyatnya. Seorang
pemimpin yang `berkepala' memiliki pula kemampuan untuk membuat perencanaan
yang baik. Konon menurut para ahli, perencanaan yang baik dapat mencerminkan
50% keberhasilan dari apa yang direncanakan.
Ketiga,
memiliki tangan untuk melayani. Seorang pemimpin yang baik adalah yang telah
merelakan hidupnya untuk rakyat yang dipimpinnya. Ia akan menjadi contoh dan be
kerja tanpa kenal lelah, selama 24 jam sehari untuk kepentingan rakyatnya.
Seorang yang memiliki tangan yang melayani akan bekerja secara sungguhsungguh
untuk kesejahteraan rakyat. Ia tidak hanya memberikan perintah dan berpangku
tangan saja, tetapi dengan cekatan menyingsingkan lengan bajunya dan turun di tengahtengah
warga masyarakat guna membantu mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi.
Pada
hakikatnya tugas pemimpin pemerintahan pada level apa pun baik pemerintah pusat
maupun daerah dan pada jabatan apa pun ialah melaksanakan dua tugas pokok,
yakni menyelenggarakan administrasi pemerintahan dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, jika akan menjadi calon pemimpin
pemerintahan, ia tidak cukup hanya mengobral janji selama masa kampanye, tetapi
harus mewujudkannya. Jika ia pemimpin sejati dan memiliki hati, ia akan selalu
bertindak adil dan bebas KKN dalam setiap kebijakannya karena keberpihakannya
jelas kepada rakyat yang ia pimpin.
Akhirnya siapa pun Gubernur DKI Jakarta
terpilih kelak, kiranya jangan mengecewakan pemilihnya, bekerjalah dengan hati, kepala, dan tangan. ●
smoga jakarta mendapatkan pemimpin seperti itu.. :)
BalasHapus