Peta Calon dan Mimpi Pilkada DKI Jakarta
M Rosit, Staf
Peneliti di The Political Literacy Institute, Jakarta,
Mahasiswa Pascasarjana Komunikasi Politik
FISIP UI
SUMBER : SINAR HARAPAN, 04 April 2012
Wacana tentang Pilkada DKI Jakarta semakin
ramai dan semarak. Tak hanya pengamat politik yang mencoba memprediksi peta
politik kandidat dan elektabilitasnya.
Warga Jakarta secara antusias juga
memperbincangkannya, kira-kira kandidat mana yang paling berpeluang menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada periode 2012-2017.
Di tengah problem kemacetan, banjir,
kriminal, kesenjangan sosial dan segudang problem lainnya, tentu menjadi
relevan ketika warga Jakarta berharap di Pilkada 2012 akan menghasilkan seorang
pemimpin yang mampu memberikan solusi nyata.
Perhelatan kontestan pada pilkada diikuti
enam pasangan calon, baik berasal dari partai politik maupun calon
perseorangan. Keenam pasangan calon itu merupakan orang-orang yang dianggap
terbaik untuk memberikan solusi terhadap Ibu Kota yang kalau diibaratkan orang
sakit sudah sangat kritis dan sesegera mungkin memperoleh pengobatan extraordinary
secara medis.
Para pasangan calon itu yakni dari calon
independen diikuti oleh pasangan Faisal Basri-Biem Benjamien dan Hendardji
Soepandji-Achmad Riza Patria.
Pasangan dari parpol yakni Joko Widodo-Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, Alex
Noerdin-Nono Sampono yang diusung Partai Golkar, PPP, dan PDS, Hidayat Nur
Wahid-Didik J Rachbini diusung Partai Keadilan Sejahtera dan PAN.
Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang diusung tujuh
parpol yaitu Partai Demokrat, Hanura, PDS, PKB, PBB, PMB, dan Partai Damai
Kasih Bangsa (PDKB).
Calon independen, pasangan Faisal Basri-Biem
Benjamien dan Hendardji Soepandji-Achmad Riza Patria yang sebelumnya memperoleh
apresiasi yang cukup signifikan dari warga Jakarta seiring merosotnya citra
partai politik, kini setelah hadirnya kandidat dari parpol mendapat tantangan
yang serius.
Belum lagi calon independen tak memiliki
mesin politik (partai), maka mereka pun harus siap menghadapi negosiasi politik
yang cenderung mengarah pada kepentingan-kepentingan golongan dan kekuasaan,
dan ini adalah tantangan yang cukup krusial bagi pasangan calon independen.
Upaya parpol menghadirkan kandidat atau orang
terbaik daerah untuk berkontestasi di Pilkada DKI Jakarta merupakan upaya yang
kreatif. Misalnya sosok Jokowi dengan kebijakan yang sangat humanistik mampu
merelokasi PKL tanpa menggunakan tangan besi, memproteksi pasar tradisional dan
sederet kebijakannya yang pro rakyat kecil.
Meskipun Jokowi tidak begitu mengenal
seluk-beluk Jakarta, rekam jejaknya sebagai Wali Kota Solo bisa saja
menghipnotis warga Jakarta pada pilkada nanti.
Selain itu pasangan Jokowi, Ahok, merupakan
mantan Bupati Belitung Timur yang sudah membuktikan integritasnya sebagai
seorang bupati yang bersih dan berpengalaman di daerahnya. Ini menjadi political
branding untuk meraup kantong-kantong suara di Pilkada DKI Jakarta.
Sementara itu, Alex Noerdin merupakan seorang
kandidat yang tidak sedikit memiliki prestasi gemilang yakni sebagai pelopor
sekolah gratis dua belas tahun, pelopor berobat gratis bagi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin, dan sederet kebijakan yang pro rakyat kecil di
Sumatera Selatan.
Alex Noerdin-Nono Sampono bisa menjadi
pesaing yang sangat diperhitungkan bagi pasangan kandidat lainnya. Namun,
reputasi Alex Noerdin sedikit tercoreng dengan adanya kasus korupsi Wisma Atlet
meskipun ia tak terlibat di dalamnya.
Selain itu, pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik
J Rachbini mempunyai mesin politik yang tangguh melalui kader-kader PKS yang
tidak bisa dianggap sepele, apalagi PKS sudah tercatat dalam sejarah pernah
memenangi Pemilu Legislatif 2004 khusus di Ibu Kota ini.
Pasangan kandidat ini sangat berpotensi
sukses menuju (pemilihan) putaran kedua; meskipun Hidayat Nur Wahid sudah
melewati masa keemasannya.
Kandidat yang tak asing lagi adalah Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli, meskipun sulit memenangi Pilkada DKI Jakarta, disebabkan
Fauzi Bowo dianggap sebagian kalangan tidak banyak melakukan perubahan selama
lima tahun kepemimpinannya.
Namun demikian, ia menguasai birokrasi
Jakarta bahkan hingga ke level RW. Apalagi kalau dia masuk ke (pemilihan)
putaran kedua, tidak menutup kemungkinan pasangan kandidat dan partai politik
lainnya bisa melebur dengan mengusungnya kembali, karena secara riil politik
dianggap menguntungkan.
Perilaku Pemilih
Warga Jakarta begitu pluralis, yakni selain
kebinekaan warga penduduknya, kota ini dihuni kebanyakan orang yang secara
pendidikan ke level menengah-atas. Oleh karena itu, para pasangan kandidat
jangan terlalu sibuk merangkai kata atau puisi untuk mengobral janji, karena voting
behavior warga sudah semakin mengarah ke rational choice.
Hal ini disebabkan Jakarta merupakan pusat
informasi, pusat bisnis dan pusat politik, apalagi baik media mainstream
maupun media sosial turut andil dalam memberikan informasi-informasi mengenai
rekam jejak kandidat di Pilkada DKI Jakarta.
Meskipun perilaku pemilih dari aspek
sosiologis dan psikologis masih saja tetap ada, namun gejala politik di Ibu
Kota ini semakin bervariasi dari pemilu ke pemilu. Hal ini memberikan sinyal
bahwa perilaku dan persepsi warga Jakarta semakin kritis terhadap siapa pun
pasangan calon.
Oleh karena itu, pasangan calon yang
ditampilkan di perhelatan Pilkada DKI Jakarta merupakan pasangan yang sebagian
besar sudah diketahui rekam jejaknya. Namun, warga Jakarta harus bersikap lebih
kritis lagi dalam menjatuhkan pilihannya.
Problem yang krusial selama masa pilkada di
mana pun itu, persoalan “politik uang”
menjadi perhatian serius agar suara hati warga Jakarta tak bisa dibeli. Karena
kalau hal itu sudah terjadi, mimpi-mimpi warga sudah dimanipulasi oleh politik
uang yang secara jangka panjang menipu dan tentu jauh dari literasi politik
yang semestinya mencerahkan warga.
Pilkada adalah hajatan besar demokrasi
rakyat, di momentum seperti ini rakyat banyak belajar berdemokrasi, dengan
mengemban tugas suci yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Ini
terealisasi kalau pilkada bisa demokratis dan pemimpin yang kreatif akan
terpilih di perhelatan pilkada pada pertengahan Juli 2012 mendatang. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar