Jumat, 11 November 2011

N7W dan Devide Et Impera


N7W dan Devide Et Impera
Sapta Nirwandar, PENCINTA KOMODO
Sumber : SINDO, 11 November 2011




Tepatnya 4 tahun yang lalu November 2007 di World Travel Market (WTM) di London,kami didatangi Direktur Yayasan New7Wonders (N7W) bernama Jean Paul de la Fuente.

Kedatangan Direktur N7W tersebut bermaksud untuk menawarkan pemerintah Indonesia untuk aktif berpartisipasi mendukung Taman Nasional Komodo (TN Komodo) dalam kampanye New7Wonders of Nature.Kami sempat berdebat kepentingan apa untuk ikut serta dalam kampanye itu. Karena Taman Nasional Komodo sudah ditetapkan sebagai “WorldHeritage”olehUNESCO yang merupakan suatu badan resmi PBB.

Dia mengatakan bahwa kampanye ini adalah suatu vote popular melalui internet menurut daftar yang ada sudah ada 440 nominator dari 220 negara, yang proses nominasinya ditentukan oleh N7W sendiri. Selanjutnya dipilih oleh masyarakat di seluruh dunia melalui voting. Kampanye ini untuk popularitas suatu destinasi semata-mata dan tidak ada kaitannya dengan model UNESCO yang berdasarkan hasil riset ilmiah. Akhirnya pada tahun 2008 Kemenbudpar mendaftarkan tiga nominasi Indonesia pada kampanye N7WN,yaitu Danau Toba,Anak Gunung Krakatau, dan TN Komodo dengan biaya USD199 per nominasi.

Setelah itu resmilah Kemenbudpar menjadi Official Supporting Committee/OSC (Komite Pendukung Resmi) dengan menandatangani MoU berupa dokumen Standard Participation Agreement (SPA). Sejak awal,Kemenbudpar memang menyadari bahwa kampanye N7W hanya untuk kepentingan memopulerkan destinasi dengan biaya yang relatif murah.

Kejanggalan

Berbagai kejanggalan yang diperlihatkan oleh pihak N7W pada pelaksanaan kampanye mulai menimbulkan kecurigaan Kemenbudpar,pada awalnya pihak N7W akan mengumumkan 21 nominasi sebagai finalis, namun kemudian berubah menjadi 28 finalis (tanpa disertai alasan yang jelas). Demikian juga halnya dengan ketentuan untuk sponsorship atau yang diklaim pihak N7W sebagai Official Nominee Supporters (OFS),jumlah biaya sponsorship selalu berubah-ubah dan cenderung mengalami penurunan.

Pihak yang berminat menjadi sponsor harus dengan sepengetahuan dan disetujui oleh pihak N7W.Dari berbagai hal seperti perubahan jumlah finalis, perubahan nominasi per kategori menjadi random, metode vote sangat jelas berbeda antara online vote (gratis) dan SMS vote (walaupun disubsidi operator melalui CSR namun tetap berbayar kepada pihak N7W). Semakin banyak voteSMS semakin banyak yang harus dibayarkan pada pihak N7W). Di sini terlihat sekali bahwa pihak N7W sangat berorientasi komersial. Pada 7–11 Februari 2010, N7W Foundation bersama dengan Kemenbudpar mengadakan finalist advisory meeting yang dihadiri oleh Mr.Jean Paul de la Fuente dan mengundang sejumlah instansi pemerintah dan berbagai pengusaha Indonesia.

Di sana ada penawaran dari N7W Foundation bagi pemerintah Indonesia untuk menjadikan “Jakarta” sebagai “Official Host New7Wonders of Nature Declaration” (Tuan Rumah Deklarasi N7WN) pada tanggal 11-11-11 (11 November 2011). Setelah pelaksanaan advisory meeting pihak N7WN kembali datang sendiri beberapa kali dan melakukan koordinasi dengan partnernya di Indonesia dengan tujuan mencari peluang sponsorship dari beberapa perusahaan di Indonesia dan melakukan penjajakan kemungkinan Indonesia sebagai tuan rumah.

Setelah melakukan survei venue,pihak N7W menyatakan mereka tertarik untuk menyelenggarakan event tersebut di Monas atau Ancol. N7W menyatakan bahwa pemilihan Tuan Rumah akan dilakukan melalui proses bidding. Dalam proses bidding masing-masing negara yang berminat harus memasukan proposal yang di dalamnya mengandung: (1) license fee penawaran minimal dimulai dari angka USD7 juta, (2) biaya penyelenggaraan apabila dilakukan di indoor perkiraan biaya akan mencapai USD25 juta dan outdoor USD45 juta.

Menurut pihak N7W ini adalah sesuatu deklarasi yang berkaliber dunia dan dihadiri oleh banyak selebriti dunia,bahkan penyelenggaraan deklarasi itu sendiri dinyatakan oleh pihak N7W akan menjadi wonder of the world. Penawaran dari pihak N7WN tidak mungkin dapat ditanggung oleh pemerintah karena harus melalui proses yang panjang, persetujuan DPR dan Kementerian Keuangan.

Ancaman Eliminasi

Pada 6 Desember 2010, Kemenbudpar menerima surat yang menyatakan bahwa Indonesia telah dipilih sebagai tuan rumah oleh pihak N7W, dan memberitahukan bahwa license fee sebagai Tuan Rumah yang harus dibayar adalah sebesar USD10 juta.Pada surat itu juga pihak N7W menentukan bahwa partner lokal mereka di Indonesia adalah yayasan yang ditunjuk tanpa konsultasi dengan pihak Kemenbudpar.

Belum genap satu bulan pada 29 Desember 2010, pihak N7W kembali mengirimkan surat bernada ancaman yang menegaskan bahwa bila tidak segera menyelesaikan pembayaran lisence fee maka pihak N7W akan mengeliminasi TN Komodo sebagai finalis N7WN. Melalui surat berikutnya TN Komodo dan Kemenbudpar disuspend oleh N7W bahkan akan diganti oleh negara lain dalam daftar nominasi berikutnya. Kemenbudpar sebagai instansi pemerintah dan merupakan bagian dari negara yang berdaulat sangat berkeberatan atas perlakuan ini.

Untuk itu, melakukan protes dan meminta pertanggungjawaban N7W melalui jalur hukum oleh Lubis Santosa Maulana. Respons dari gugatan ini akhirnya N7W memutuskan bahwa yang dieliminasi bukan keikutsertaan TN Komodo sebagai finalis N7WN artinya TN Komodo tetap menjadi finalis, tetapi Kemenbudpar sebagai OSC yang dicoret.Tentu saja hal ini sangat tidak fair karena mestinya antara yang mendaftarkan dan yang didaftarkan tidak bisa dipisahkan. Setelah surat ancaman dari N7W, kami melakukan investigasi untuk mengetahui siapakah mereka dan keberadaannya.

Investigasi dilakukan oleh tim yang terdiri atas kuasa hukum, jurnalis (Gatra,Kompas, dan Indosiar) dengan didukung oleh KBRI di Swiss. Dari hasil investigasi tersebut dan masukan dari berbagai pemangku kebijakan maka Menbudpar memutuskan untuk tidak melanjutkan promosi TN Komodo melalui ajang yang dilakukan oleh N7W. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, pada 15 Agustus 2011 dilakukan press conference yang dipimpin oleh Menbudpar. Setelah pemerintah dicoret sepihak oleh N7W sebagai OSC.

Pada bulan Agustus 2011 muncul LSM P2K yang bekerja sama dengan N7W untuk melanjutkan promosi TN Komodo di ajang tersebut. LSM ini kemudian mengangkat tokoh nasional sebagai duta pemenangan komodo di ajang N7W. Pemenangan ini melalui SMS dengan berbagai content provider, nampak menarik banyak perhatian masyarakat yang tidak mengetahui seluk beluknya, mereka hanya ingin TN Komodomenjadipemenang kontes. Bahkan pernah beredar hoax bahwa komodo berkompetisi dengan kadal air dari Malaysia sehingga memicu semangat nasionalisme masyarakat untuk vote melalui SMS.

The Real Wonder of the World

Pemerintah dalam hal ini Kemenbudpar tentu tidak melarang masyarakat yang ingin mengampanyekan TN Komodo sebagai mana sering diutarakan pada berbagai kesempatan. Namun sebaliknya pemerintah juga tidak bisa melarang bagi masyarakat termasuk Dubes yang mengekspresikan dengan cara lain bahkan mempertanyakan kredibilitas pihak N7W.

Dapat kita lihat juga dari semakin kerasnya informasi tersebut pada media elektronik maupun cetak.Lebih jauh, terdapat informasi sumber mengenai tidak kredibelnya pihak N7W melalui pengakuan dari sejumlah pemerhati di negaranegara peserta kampanye N7WN seperti di Korea Selatan, Vietnam,Kanada,Maldives,dan Argentina yang telah terlebih dulu mempertanyakan kredibilitas yayasan N7W dan sama sekali tidak memiliki keterkaitan dengan Kemenbudpar.

Oleh karena itu kalau N7W mengatakan pemerintah atau oknum pemerintah melakukan penjegalan terhadap kampanye komodo tidak beralasan,mungkin itu bagian dari politik devide et impera yang dilakukan oleh N7W untuk memecah belah pemerintah dan masyarakat dengan menyampaikan melalui berbagai media infor-masi yang berubah-ubah,tidak benar adanya dan menyesatkan. Pada tanggal 11 bulan 11 tahun 2011 jam 11 malam pihak N7W berjanji akan mendeklarasikan keputusan siapa yang akan menjadi New7Wonders of Nature dari 28 finalis termasuk TN Komodo.

Tiga hari sebelum tanggal tersebut sudah diumumkan bahwa TN Komodo masuk dalam 10 besar nominasi sementara.Proses nominasi melalui 10 besar ini, sebelumnya tidak ada dalam program dan perjanjian.Karena seharusnya dari 28 dipilih menjadi 7.Selain itu nampaknya N7W tidak dapat memenuhi janjinya untuk melakukan deklarasi dengan satu acara yang sangat spektakuler karena ternyata tidak ada negara yang berminat menjadi host untuk pendeklarasian pemenang.

Bagi kami terpilih atau tidak sebagai New7wonder of Nature, kami tetap berkomitmen untuk mengembangkan dan mempromosikan TN Komodo sebagai kawasan konservasi dan destinasi pariwisata unggulan Indonesia. Bersama-sama dengan komunitas, netizen dan para pencinta komodo seperti MarkPlus yang dipimpin oleh Hermawan Kertajaya tetap konsisten mempromosikan TN Komodo ke seluruh dunia melalui serangkaian aktivitas promosi yang nyata di dalam dan luar negeri, namun bukan sebagai New 7 Wonders of Nature melainkan sebagai “The Real Wonder of the World”.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar