Pada hari Sabtu lalu (25 Juni 2011), seorang wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy menyisipkan humor tentang Politik dalam tulisannya yang berjudul “Rumah Kita” (Kompas 25 Juni 2011, halaman 15). Latar belakang tulisan tersebut adalah kasus Ruyati yang belum lama ini menjadi berita gaduh di negeri ini. Berikut ini petikannya.
Ada guyon terkenal di Barat yang dengan tepat mengilustrasikan ketidakjujuran penguasa. Seorang anak SD yang harus mengerjakan tugas menulis tentang arti Politik bertanya kepada ayahnya.
Ayahnya menjawab, “Politik itu ibarat Rumah Kita. Ada ayah sebagai pencari nafkah, sebut saja Kapitalisme. Ibumu yang mengatur uang, kita sebut dia Pemerintah. Kami mengurus kamu, artinya kamu ini Rakyat. Pembantu kita adalah Buruh, sedangkan adikmu adalah Masa Depan.”
Di suatu malam sang anak terbangun mendengar adiknya menangis karena buang air besar di celana. Lalu ia ke kamar orang tuanya, terlihat ibunya sedang tidur pulas. Kemudian ia ke kamar pembantu, di sana ia melihat ayahnya berselingkuh.
Esok paginya ia melapor kepada ayahnya. “Sekarang saya sudah tahu apa itu Politik. Pada saat Kapitalisme memeras Buruh, Pemerintah tertidur pulas. Sedangkan Rakyat diacuhkan, sama sekali tidak diperhatikan. Sementara Masa Depan nampak berlumuran kotoran.”
Tema humor politik yang disampaikan oleh Budiarto Shambazy tersebut adalah tentang Kapitalisme. Pesan yang tersimpan dalam humor tersebut adalah untuk mengingatkan kita terhadap bahaya Kapitalisme. Kita bisa saja menambahkan bumbu cerita humor politik tersebut, misalnya dengan memberikan alasan mengapa sang anak tidak membangunkan ibunya, atau adiknya tiba-tiba hilang karena diculik oleh si anu.
Selain humor politik tentang Kapitalisme, kita tentu bisa juga membuat humor politik tentang Sosialisme atau Pancasila. Sebagaimana kita ketahui, menurut pendapat para founding fathers kita, “Rumah Kita” adalah Sosialisme. Sementara menurut almarhum Franky Sahilatua yang didukung oleh sejumlah tokoh budaya dan politik kita (termasuk Budiarto Shambazy), “Rumah Kita” adalah Pancasila. Pancasila Rumah Kita.
Boleh percaya atau tidak, menurut mantan Wapres Try Sutrisno, kini Pancasila menjadi solusi di Dunia Barat (Kompas 27 Juni 2011, halaman 2). Ideologi kiri kini sudah runtuh. Ideologi kanan yang sangat liberal kini sedang guncang menghadapi kejatuhan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa. Posisi kita aman, karena berada di tengah-tengah. Bukan ekstrim kiri, bukan pula ekstrim kanan. Tapi satu hal yang hingga kini saya masih penasaran, dimana sebenarnya posisi ideologi Osama dan juga ideologi di China saat ini? Saya berharap jawabannya tidak selalu berada di tengah. Karena saya khawatir orang akan menyebutnya “ekstrim tengah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar