Presiden
Rakyat Sejati
Jaya Suprana ; Budayawan
|
SINAR
HARAPAN, 07 Agustus 2014
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah resmi mengumumkan pemenang
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Namun, masih ada pihak yang menggugat KPU
ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Demi menghindari tuduhan mendahului MK yang berarti
inkonstitusional, lebih aman saya tidak menyebut nama sang presiden terpilih
yang nanti menjadi Presiden Ketujuh Republik Indonesia (RI).
Terlepas dari siapa yang menjadi presiden, saya mengharapkan
beliau adalah presiden rakyat sejati yang senantiasa dan niscaya berkenan
mengutamakan, bahkan menjunjung tinggi kepentingan rakyat di atas segala
kepentingan lain, apa pun juga, termasuk kepentingan partai politik (parpol)
yang mengusungnya, apalagi kepentingan pribadi.
Harapan saya beralasan ke keyakinan bahwa kepentingan rakyat
memang harus “tidak-bisa-tidak”. Rakyat wajib diutamakan di atas segenap
kepentingan apa pun, apalagi parpol!
Alasan utama rakyat harus diutamakan oleh presiden adalah pihak
yang memilih siapa yang berhak mengemban tugas sebagai presiden sejak 2004
adalah rakyat. Jadi, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memperoleh anugerah MURI
sebagai Presiden RI pertama yang dipilih langsung oleh rakyat, bukan oleh
MPR, DPR, apalagi parpol.
Tidak usah klise, pura-pura tanya rakyat yang mana. Hanya yang
pura-pura tidak tahu yang tega mengaku tidak tahu bahwa yang memilih presiden
adalah mayoritas rakyat.
Kelebihan satu suara dari seorang rakyat seperti tersirat dalam
kisah film Swing Vote, menentukan sang pemenang pilpres secara demokratis
sebagai sistem alias cara yang sedang disepakati dilaksanakan di persada
Nusantara. Silakan mendebat dengan alasan, yang mengusung dan memilih calon
presiden (capres) adalah parpol bersama koalisi alias kelompok parpol
lain-lain.
Bahkan, yang mendukung kampanye sang capres juga parpol dengan
pengorbanan lahir batin dan biaya bukan kepalang, yang seharusnya lebih indah
digunakan untuk membangun gedung sekolah dan rumah sakit ketimbang
dihambur-hamburkan guna kampanye capres. Apalagi, ini jika sejak semula sudah
dapat ditebak siapa pemenangnya.
Namun jangan lupa fakta bahwa, yang didukung mati-matian oleh
para parpol itu sebenarnya capres yang belum menjadi presiden. Apabila
ditelusuri lebih cermat, sebenarnya dana yang dihamburkan untuk kampanye itu
ujung-ujungnya adalah uang rakyat. Sementara itu, para anggota parpol pada
dasarnya juga rakyat.
Berarti yang paling berjasa bagi seseorang sampai bisa menjadi
presiden memang bukan parpol, DPR, MPR, KPU, MK, Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri), Polri, TNI, pemerintah samp,ai presiden petahana (incumbent),
melainkan memang mereka yang disebut sebagai rakyat.
Jadi, wajar diharapkan bahwa kepentingan rakyat wajib dijunjung
tinggi di atas segenap kepentingan lain. Bahkan berdasar logika kronologi
kelembagaan, rakyat lebih dahulu hadir sebelum negara dan bangsa sehingga
dapat disimpulkan, posisi kepentingan rakyat lebih diutamakan ketimbang
kepentingan negara dan bangsa.
Makin mantap apabila semua harapan itu masih dilengkapi mahkota
slogan falsafah penggetar sukma: vox
populi, vox dei. Dalam bahasa Indonesia itu dapat dimaknakan sebagai:
suara rakyat adalah suara Tuhan.
Jadi pada hakikatnya, tidak terlalu keliru apabila dengan penuh
kerendahan hati dari lubuk sanubari terdalam, saya mengharapkan Presiden
Ketujuh RI berkenan mengerahkan segenap daya darma bakti, jiwa raga, dan
lahir batin dirinya demi paripurna. Semua itu dipersembahkan bukan bagi
kepentingan parpol, apalagi pribadi dan keluarganya, namun sepenuhnya secara
tulus ikhlas bagi kepentingan rakyat Indonesia.
Ini untuk bersama menempuh perjalanan perjuangan yang sarat
kemelut deru campur debu, yang berpercik debu berpercik keringat serta air
mata dan darah demi mencapai cita-cita terluhur bangsa Indonesia: masyarakat adil dan makmur! Merdeka! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar