Ikhtiar
Langit Membasmi Tikus
Joko Priyono ; Sekretaris Lembaga Kemanusiaan dan Zakat Dompet Sejuta
Harapan, Pranata Humas Pemkab Klaten
|
|
SUARA
MERDEKA, 14 Maret 2013
Musibah demi cobaan terus menghantui petani
Klaten. Setelah lepas dari serangan wereng cokelat (Nilaparvata lugens) yang menghabiskan hamparan padi di 8
kecamatan sepanjang 2010-2011, kini petani harus kembali berjuang
menghadapi serangan hama tikus sawah (Rattus
norvegitus).
Dampak serangan
tikus menyebar di 11 dari 26 kecamatan di Klaten, dengan intensitas
serangan bervariasi, dan mengakibatkan 503 hektare lahan bera (SM, 17/01/13).
Antisipasi petani dan pemerintah untuk mengendalikan dampak serangan hama
tikus sebetulnya tidak pernah berkurang, dari cara tradisional seperti
gropyokan sampai penggunaan obat kimia/ racun.
Termasuk
mencoba memanfaatkan predator seperti ular sawah atau burung hantu (Tyto
alba) pemangsa tikus. Belum lagi pengerahan aparat Polri dan TNI turun ke
sawah pun pernah dilakukan, diintegrasikan dengan kegiatan pemda atau
terkait dengan momen penting kedua lembaga tersebut.
Ibarat mati
satu tumbuh seribu, makin banyak tikus ditangkap dan dibunuh seperti tidak
menyurutkan ’’nyali’’ hama itu untuk balik menyerang tanaman padi.
Intensitas serangan dan populasi hama tersebut makin meluas, menyebabkan
tidak sedikit petani putus asa dan membiarkan sawah hanya ditumbuhi rumput
dan belukar. Dikhawatirkan dampak langsung serangan tikus ini
menyebabkan petani kehilangan pendapatan dan mengganggu capaian
produktivitas pangan. Apalagi pertanian Klaten masih dipercaya sebagai
lumbung padi Jawa Tengah.
Usaha pengendalian
dan pemberantasan tikus dengan cara konvensional seperti gropyokan, racun,
pengasapan, mengembangkan predator dan sebagainya sebagai ikhtiar bumi
ternyata belum cukup efektif mengatasi serangan tikus. Langit dan bumi
seisinya (termasuk tikus) adalah bagian dari alam yang diciptakan Tuhan
untuk manusia mendasarkan hukum keseimbangan.
Sifat serakah,
serampangan dan tidak arif manusia mengolah alam adalah perilaku menyimpang
yang menjadi alasan Tuhan mencabut keberkahan langit dan bumi. Menyitir QS
Al Araaf: 79, Allah swt mengingatkan, ’’Dan
sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa pasti Kami limpahkan kepada
mereka keberkahan langit dan bumi, tapi ternyata mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka
kerjakan’’.
Zakat Pertanian
Pemberantasan
tikus, termasuk hama yang lain, tidak cukup dengan ikhtiar bumi, yang
menyandarkan pada kekuatan manusia semata. Usaha itu tidak salah dilakukan
tapi juga harus dibarengi dengan ikhtiar langit, yakni ketaatan
petani dalam menjaga ketakwaan diri menjalankan ayat-ayat Tuhan, salah
satunya perintah menjalankan zakat pertanian.
Saat ini
sebagian masyarakat petani masih menganggap zakat pertanian sebagai sesuatu
yang asing. Sosialisasi bagi masyarakat petani untuk menerapkan syariat ini
perlu didorong, terutama ketika bertubi-tubi ujian hama tanaman melanda
lahan mereka. Zakat pertanian menjadi ikhtiar langit petani guna menjemput
rezeki dari hasil bumi, agar dimudahkan Allah swt dan diselamatkan dari segala
gangguan.
Tak terkecuali
serangan tikus. Hadis Thabrani mengingatkan bahwa sedekah itu bisa menjadi
tolak bala. Kemenjamuran lembaga pengumpul zakat saat ini memudahkan petani
untuk berzakat. Syariat zakat pertanian hanya dikenakan bagi petani yang
telah mencapai batas nisab hasil panen, minimal senilai 653 kg beras tiap
tahun, setelah dikurangi biaya produksi.
Jika lahan
pertanian beririgasi alam maka nilai zakat pertanian yang disetorkan 10
persen. Apabila beririgasi budi daya petani maka yang disetorkan 5
persen, yang dapat dilakukan dengan mengangsur tiap panen atau pun tunai
setahun sekali.
Keberanian
petani untuk membayar zakat pertanian menjadi jalan keluar dari musibah
hama tikus. Kerberkahan langit dan bumi akan turun bersamaan dengan ketaatan,
dan semoga tikus-tikus itu segera menjauh. ●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar