Yuan
Digital Bakal Bersaing dengan Dollar AS Andreas Maryoto ; Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”)
Kompas |
KOMPAS, 19 Agustus 2021
Dalam
waktu dekat mata uang digital yang dikeluarkan oleh otoritas perbankan China
tak lagi hanya untuk alat tukar domestik. Kabarnya mereka akan melintas batas
negara alias bisa digunakan untuk transaksi internasional. Perubahan
kebijakan ini kontan membuat negara-negara Barat tergagap. Dominasi dollar AS
selama ini bakal menghadapi tantangan yuan digital. Pertengahan
Juli lalu, otoritas China atau PBOC mengumumkan bahwa pihaknya tengah
mengkaji kemungkinan penggunaan yuan digital atau e-CNY untuk transaksi
internasional. Sejumlah analis meyakini yuan digital akan meningkatkan status
global mata uang itu. Mereka memperkirakan pada akhirnya China tengah
berusaha untuk mematahkan dominasi sistem penyelesaian transaksi dengan
menggunakan mata uang dollar AS. Meski
tengah dipakai terbatas di beberapa kota di China, pejabat PBOC mengatakan,
secara teknis mata uang itu sudah siap digunakan secara internasional. Selama
ini mereka telah melakukan uji coba penggunaan yuan digital di beberapa kota
besar, seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen. Uji coba dilakukan di
beberapa lokapasar (marketplace). Bank sentral mendistribusikan yuan digital
kemudian mereka yang memiliki mata uang itu boleh menggunakannya di lokapasar
yang ditunjuk. Dalam uji coba, yuan digital belum boleh digunakan di luar
ekosistem uji coba itu. PBOC
juga tengah mengeksplorasi kemungkinan pembayaran lintas batas berkoordinasi
dengan bank sentral lainnya. Langkah ini dilakukan dengan saling menghormati
kedaulatan dan aturan moneter negara yang akan diajak menggunakan mata uang
digital itu. Mereka siap untuk berpartisipasi secara aktif dalam pertukaran
pandangan dan pemikiran tentang mata uang fiat digital dan membahas penetapan
standar. Sebelumnya
telah ada usulan untuk membuat kajian terhadap aturan dan juga mekanisme
teknis (regulatory sandbox) internasionalisasi yuan digital. Seorang pejabat
senior bank sentral telah mengusulkan pembentukan semacam lingkungan
terkendali untuk menguji yuan digital China. Ia juga mendorong pertukaran
arus modal yang lebih besar antara Shenzhen dan Hong Kong dengan menggunakan
mata uang itu. Proposal
dari Xing Yujing, presiden People’s Bank of China cabang Shenzhen, itu muncul
ketika Beijing tengah mempercepat promosi mata uang digitalnya, yang disebut
pembayaran elektronik mata uang digital, dan mengambil langkah hati-hati
untuk memungkinkan aliran modal yang lebih bebas dari dan ke luar negeri. Meski
demikian, ada beberapa kalangan yang meragukan kemampuan internasionalisasi
yuan digital. Argumentasi para pendukung internasionalisasi terlalu
dibesar-besarkan. Mereka ragu dengan kemampuan yuan digital dalam mengalahkan
dominasi dollar AS dan juga ragu dengan kemampuan mata uang itu
mendefinisikan ulang sistem pembayaran global. Sebagai gambaran, porsi yuan
di dalam transaksi global sekitar 2,42 persen, sementara dollar AS mencapai
38,26 persen. Salah
satu pertanyaan yang muncul adalah apabila yuan digital dibutuhkan untuk
transaksi lebih cepat, apakah sudah sebegitu penting kecepatan transaksi itu?
Sistem keuangan China yang disebut masih tertutup juga menjadi alasan
otoritas China sebenarnya tidak terlalu membutuhkan internasionaliasi mata
uang itu. Mereka lebih membutuhkan untuk urusan domestik saja. Di
dalam negeri China, sejumlah kalangan juga memperingatkan tentang dampak
internasionalisasi yuan digital. Mereka meminta agar otoritas China
memperhatikan pro dan kontra langkah itu. Peringatan itu muncul karena China
bisa kehilangan kendali atas modal begitu yuan digital masuk ke pasar
internasional. Tak selamanya teknologi akan menguntungkan. Di
dalam laman Leader Insight disebutkan, kelemahan dari internasionalisasi yuan
digital adalah relaksasi dalam kontrol modal dengan menggunakan mata uang
untuk pembayaran lintas batas bisa membuat kondisi tidak stabil. Pada saat
diluncurkan dan memunculkan ketidakpastian keuangan, yuan digital dapat
mendorong arus modal keluar besar-besaran dari China. Keadaan ini akan
menambah masalah. ”Langkah
itu sebaiknya dilakukan dengan bertahap karena tindakan itu harus
menyeimbangkan antara keuntungan dari arus modal terbuka dan risiko yang
menyertainya,” kata Direktur Institute of Digital Finance di Peking
University Yiping Huang, seperti dikutip laman itu. Usulan
lebih tegas meminta agar China seharusnya tidak terburu-buru menggunakan yuan
digital untuk pembayaran lintas batas. Negara lain akan lebih berhati-hati
merespons rencana China itu. Mereka bisa melihat langkah itu sebagai ancaman
sehingga akan memunculkan reaksi. Mantan
kepala bank sentral China, Zhou Xiaochuan, di dalam sebuah forum yang dikutip
Asia Financial mengatakan, hambatan aturan penggunaan mata uang digital dan
kekhawatiran negara lain terhadap dampak globalnya menjadikan rencana itu
tidak bakal mulus dan memunculkan risiko. Meski, sebenarnya ia mengakui bahwa
mata uang digital yang dikembangkan oleh otoritas China tidak akan
menimbulkan ancaman bagi sistem keuangan global. ”Pada
kenyataannya, langkah itu tidak akan terlalu serius mengancam sistem keuangan
global,” kata Zhou menjelaskan bahwa yuan masih tertinggal dari dollar dalam
hal konvertibilitas dan penggunaannya. Kecemasan global, apalagi sampai
merasa terancam, tidak perlu terjadi karena porsi mata uang yuan sendiri
masih kecil dalam transaksi global. Kita
perlu menunggu lebih lanjut perkembangan di China. Negara ini termasuk salah
satu yang progresif melakukan uji coba penggunaan mata uang digital yang
dikendalikan oleh bank sentral. Banyak bank sentral global yang melihat uji
coba yang dilakukan China. Keberhasilan di dalam penggunaan teknologi digital
untuk transaksi finansial yang dilakukan oleh swasta membuat mereka lebih
percaya diri melangkah. ● Sumber : https://www.kompas.id/baca/opini/2021/08/19/yuan-digital-bakal-bersaing-dengan-dollar-as/
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar