Perempuan
Aktivis atau Aktivis Perempuan? Rosdiana Sitompul ; Penyelaras Bahasa Kompas |
KOMPAS, 21 Agustus 2021
”Kompas pakai istilah perempuan
aktivis, kan, ya?” ”Kalau pekerja perempuan dan pekerja
laki-laki apakah menjadi perempuan pekerja dan laki-laki pekerja?” Begitulah
pesan yang diteruskan kepada saya lewat aplikasi Whatsapp. Apakah jawaban
untuk pertanyaan di atas? Begini penjelasannya. Gabungan
kata perempuan aktivis, pekerja
perempuan, dan pekerja laki-laki dalam bahasa disebut frasa. Dalam bahasa
Indonesia, frasa bisa terdiri dari dua kata atau lebih. Pada
umumnya, kata-kata yang membentuk frasa berpola diterangkan menerangkan
(DM). Inti ada di depan atau mendahului bagian yang menerangkan. Contoh untuk
frasa dengan pola DM ialah mobil mewah,
baju baru, dua karung, dan sepuluh
kuintal. Inti
dari keempat frasa tersebut, yaitu mobil,
baju, dua, dan sepuluh,
terletak di depan. Kelas kata inti frasa tersebut, mobil dan baju, ialah
nomina, sedangkan dua dan sepuluh ialah numeralia. Sementara
bagian yang menerangkan, yaitu mewah, baru, karung, dan kuintal, terletak di
belakang atau setelah bagian inti. Kelas kata bagian yang menerangkan, mewah
dan baru, termasuk adjektiva, sedangkan karung dan kuintal ialah nomina
(Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring). Meskipun
umumnya gabungan kata dalam bahasa Indonesia berpola DM, ada juga gabungan
kata yang berpola MD. Contoh untuk frasa berpola MD ini ialah akan pergi, tidak datang, sangat cantik, dan paling kecil. Inti
dari keempat frasa di atas, yaitu pergi, datang, cantik, dan kecil, terletak
di belakang. Kelas kata bagian inti frasa itu, pergi dan datang, ialah verba,
sedangkan cantik dan kecil ialah adjektiva. Sementara bagian keterangan,
yaitu akan, tidak, sangat, dan paling, terletak di depan dan berkelas kata
adverbia. Dari
contoh di atas dapat dikatakan bahwa urutan frasa nominal (frasa kata benda)
dan frasa numeralia (frasa bilangan) lazimnya adalah DM, sementara frasa yang
berpola MD pada umumnya berupa frasa verbal (frasa kata kerja) dan frasa
adjektival (kelompok kata sifat). (Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka: 2014
Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat; hlm 4-6) Kembali
pada pertanyaan tadi, dari isi pesan Whatsapp itu dapat diidentifikasi ada
tiga frasa yang disampaikan, yaitu 1. perempuan
aktivis 2. pekerja
perempuan, dan 3. pekerja
laki-laki. Berdasarkan
kata yang membentuknya dan intinya, ketiga frasa itu merupakan frasa nominal
yang terbentuk dari penggabungan nomina dan nomina. Sebelumnya dijelaskan,
frasa nominal memiliki pola DM. Maka, sesuai kaidah pola DM, urutan kata pada
ketiga frasa di atas ialah 1. aktivis
perempuan 2. pekerja
perempuan, dan 3. pekerja
laki-laki. Sebab,
yang merupakan inti frasa adalah aktivis (1) dan pekerja (2 dan 3). Itulah
kaidah dasar dari frasa nominal yang umumnya berpola DM. Makna konotatif Kemudian,
dalam penggunaan bahasa Indonesia muncul frasa pengusaha perempuan/pengusaha
wanita yang oleh sebagian pengguna bahasa dianggap berkonotasi pada
’pengusaha yang mengusahakan perempuan’, seperti yang terdapat dalam tulisan
berjudul ”Pengusaha Wanita” dalam situs web Nuansa-nuansa Bahasa Indonesia. Untuk
menghindari munculnya makna konotatif itu, frasa perempuan pengusaha dapat
digunakan. Kata keterangan jender perempuan diletakkan di depan. Pola itu
dapat diterapkan pada semua frasa dengan kata perempuan, seperti perempuan
aktivis di atas tadi, perempuan presiden, perempuan buruh, dan perempuan
penyanyi. Adapun
untuk frasa pekerja laki-laki atau penyematan jender laki-laki/pria pada
frasa nominal, hal itu jarang (bahkan mungkin belum) ditemukan. Barangkali
karena semua pekerjaan atau profesi identik dengan laki-laki sehingga kata
laki-laki tidak perlu dituliskan. Untuk
menjaga konsistensi, frasa yang mengandung kata perempuan (pola perempuan +
nomina) bisa diseragamkan penulisannya. Berikut contohnya. 1. Di
sisi sebaliknya, hampir semua bergambar penari tradisional perempuan (menjadi
Di sisi sebaliknya, hampir semua bergambar perempuan penari tradisional). 2. Bendera
Marsinah dikibarkan oleh puluhan buruh perempuan saat berunjuk rasa (menjadi
Bendera Marsinah dikibarkan oleh puluhan perempuan buruh saat berunjuk rasa). Kembali
ke pertanyaan di atas, apakah frasa pekerja perempuan dan pekerja laki-laki
menjadi perempuan pekerja dan laki-laki pekerja seperti perempuan aktivis? Menjawab
pertanyaan tersebut, jika mau konsisten menerapkan pola yang ada pada
perempuan pengusaha dan perempuan aktivis, supaya sejajar, gunakan perempuan
pekerja dan laki-laki pekerja. Namun,
coba ucapkan frasa perempuan pekerja dan laki-laki pekerja beberapa kali,
akan tebersit makna ’perempuan/laki-laki yang suka bekerja’ atau
’perempuan/laki-laki giat bekerja’. Padahal, makna yang ingin disampaikan
adalah pekerja atau pegawai yang berjender perempuan dan laki-laki. Atas
dasar itulah, pola jender + nomina tidak cocok diterapkan pada frasa pekerja
perempuan dan pekerja laki-laki karena menimbulkan makna yang berbeda dari
yang ingin disampaikan. Jadi, selain ditentukan oleh kata yang membentuknya,
makna frasa juga ditentukan oleh urutan dari kata-kata yang membentuknya. Untuk
mendukung pendapat itu, saya teringat tulisan André Möller berjudul ”Teh Es
dan Es Teh” di rubrik Bahasa Kompas. Ia menjelaskan bahwa frasa teh es dan es
teh masing-masing memiliki atau merujuk pada makna yang berbeda. Es
teh sekeluarga dengan es dawet, es cendol, dan seterusnya. Sebaliknya, kalau
es teh dianggap sebagai sejenis teh yang sekeluarga dengan teh hangat, teh
manis, dan seterusnya, penyebutannya menjadi teh es. Selain itu, dapat
diasumsikan bahwa bahasa Inggris juga memainkan peran kecil dalam ucapan ini
(bandingkan dengan ice tea). Pola lebih dari dua kata Dalam
penggunaan bahasa Indonesia, pola frasa perempuan + nomina sering kali
dibangun dengan tiga kata, bahkan lebih sehingga penyusunan kata-kata itu
perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan kesalahan. Contohnya dalam kalimat
berikut. 1. Swift
mencetak sejarah sebagai penyanyi solo perempuan pertama yang memenangi Album
Terbaik sebanyak tiga kali di ajang Grammy. 2. Kajal
Ahmad, penyair perempuan Kurdi, mengandaikan ini dalam puisinya,
”Burung-Burung”. 3. Megawati
resmi menjadi presiden perempuan pertama Indonesia. Dari
tiga kalimat di atas, terdapat tiga frasa dengan unsur perempuan yang belum
berpola perempuan + nomina, yaitu penyanyi solo perempuan pertama, penyair
perempuan Kurdi, dan presiden perempuan pertama Indonesia. Jika
akan disejajarkan dengan kaidah perempuan pengusaha, seperti apakah pola
urutan kata pada frasa tersebut? 1. penyanyi
solo perempuan pertama: a. perempuan penyanyi solo pertama b. perempuan
pertama penyanyi solo 2. penyair
perempuan Kurdi: a. perempuan penyair Kurdi b. perempuan Kurdi penyair 3. presiden
perempuan pertama Indonesia: a. perempuan presiden pertama Indonesia b.
perempuan Indonesia presiden pertama Untuk
menjaga konsistensi pola perempuan + nomina tadi, saya menganjurkan
menggunakan frasa di poin a. Sebab, pada frasa perempuan pengusaha, kata
perempuan diikuti nomina yang berupa jabatan, pekerjaan, atau status yang
baru kemudian bisa diukuti keterangan lain. Meskipun
demikian, tidak tertutup kemungkinan pola lain digunakan jika dalam
penyusunan frasa terbentuk makna lain seperti pada kasus pekerja perempuan
dan pekerja laki-laki. ● Sumber : https://www.kompas.id/baca/opini/2021/08/21/perempuan-aktivis-atau-aktivis-perempuan/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar