Komunikasi
Sosial ”Dahwen” dan Covid-19 JC Tukiman Taruna ; Pengajar Mata Kuliah Community Development
Planning; Dewan Penyantun Unika Soegijapranata, Semarang |
KOMPAS, 21 Juli 2021
Aliran informasi sebagai
salah satu bentuk komunikasi sosial atau komsos dahwen (bacalah seperti Anda
mengucapkan ”pamer”)—selanjutnya penulis sebut ”komsos dahwen”—rupanya
sengaja sedang dikembangkan sebagai model narasi pendidikan politik (picisan)
oleh segelintir orang (dan organisasi) justru di tengah kegentingan pandemi
Covid 19 pada saat ini. Mengapa dan apa tujuannya?
Berdasarkan aliran informasi dan narasi yang dikembangkan, kita dapat menduga
kesengajaan itu bertujuan untuk ”mematangkan situasi”, seraya ingin
menimbulkan stres-stres baru di tengah-tengah kondisi yang memang sedang
serba sulit atau genting saat ini. ”Dahwen” Aliran informasinya tampak
ringan-ringan dan umum saja, semisal ”Yah, kalau sudah merasa kewalahan,
mundur sajalah”, ada juga ”Kalau utang sudah bertumpuk-tumpuk, apa lagi yang
masih dapat dan akan diperbuat, kecuali ngutang lagi?”. Berikutnya
dilontarkan juga, seperti kalau begini terus, ”Kita bisa gagal, lho!”. Informasi tidak mengalir
secara harfiah (R Wayne Pace dan Don F Faules, 2006, hal 170); dan dalam
kenyataannya, informasi sendiri sebenarnya tidak bergerak, karena yang
sesungguhnya terjadi adalah ada penciptaan pesan. Kemudian, ada cara-cara
penyampaian atau penyebaran pesan itu (siapa melakukan apa), dan berikutnya pihak
penyampai pesan bebas memberikan dan menambahkan interpretasi atas pesan itu. Aliran informasi atau
penyebaran pesan ini, lebih-lebih jika dilakukan oleh organisasi, umumnya
dilakukan secara serentak dan beruntun. Disebut serentak apabila lewat orang-orang
tertentunya (kader andalan partai, misalnya), organisasi itu menciptakan
pesan untuk disebarluaskan dalam waktu yang nyaris bersamaan. Dan disebut beruntun
manakala penyebaran itu menggunakan suatu pola tertentu, misal ”siapa
berbicara kepada siapa/apa”, disebarkan secara beruntun dalam waktu yang
tidak beraturan (hlm 173). Dalam fase ”siapa
berbicara kepada siapa/apa” inilah dapat dipastikan berkembang narasi dahwen
sebagai ”bumbu penyedap penting” agar ketersebarannya semakin menarik. Siapa pun atau atau apa
pun organisasinya, godaan menaburkan bumbu penyedap dahwen pasti sangatlah
dominan. Dahwen bermakna seneng nyruwe, seneng cawe-cawe, yakni narasi
bercorak intervensi ataupun berisi celaan, sok lebih tahu, bahkan sok mau
mengatur. Dan mengapa narasi semacam
itu disampaikan, karena terkandung motivasi dasarnya, yakni dahwen ati open
(bacalah open seperti Anda mengatakan dahwen). Peribahasa itu menegaskan
bahwa dalam diri orang-orang dahwen, besarlah kecenderungan nacad nanging
(amarga) kepingin dimelik dhewe, yaitu mencela padahal sebenarnya
menginginkannya. Dalam narasi ”Kalau memang
kewalahan, mundur saja” terkandunglah narasi ”Saya/ada yang lebih mampu”. Strategi
komsos terbaik Rasanya jelas betapa
komsos dahwen tidaklah tepat, lebih-lebih di saat kegentingan Covid-19
seperti sekarang ini. Oleh karena itu, ubahlah model komsos dahwen ini dengan
salah satu dari lima strategi komunikasi sosial yang tepat, agar Anda atau
organisasi Anda tidak diberi label sedang dan senang melakukan pendidikan
politik picisan karena memanfaatkan keprihatinan sosial demi keuntungan diri
sendiri. Pace dan Faules (hal 343-
st) menyarankan lima pilihan strategi komsos, yakni strategi (1) perkuat
harapan, (2) keterhubungan, (3) kehati-hatian, (4) daya tahan, dan (5)
kesediaan memaafkan. Dalam keprihatinan bersama
menghadapi Covid-19 saat ini, strategi pertama dan keempat sangat mendesak
kita lakukan. Strategi komsos perkuat
harapan berintikan: kita yakin Covid-19 dapat kita atasi karena kita tetap
dan masih memiliki niat, energi, dan potensi bahkan talenta; dan dalam
keyakinan ini mari kita perkuat harapan, dan jauhkan rasa putus asa. Sementara strategi komsos
daya tahan berkaitan erat dengan kualitas kepribadian (terutama para
pemimpinnya), sebagaimana tecermin dalam (a) tetap tingginya komitmen, (b)
memiliki keseimbangan tentang kontrol dirinya, dan (c) terus berani
menghadapi tantangan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar