Minggu, 06 Juni 2021

 

Benarkah ”Nyaris Selamat”?

Nur Adji ; Penyelaras Bahasa Kompas

KOMPAS, 05 Juni 2021

 

 

                                                           

Logika bahasa lebih penting daripada logika matematika. Karena itu, kemampuan seseorang dalam berbahasa perlu diperhatikan sejak dini karena erat kaitannya dengan perkembangan kecerdasannya.

 

Pendapat psikolog UI, Anggadewi Moesono, itu ditulis Kunadi Jusyak dalam opininya di Kompas pada 28 Desember 1997. Rupanya pendapat itu terbukti dengan selalu munculnya pemakaian bahasa yang tidak logis.

 

Ketidaklogisan itu dapat ditemukan dari tataran kata, frasa, kalimat, paragraf, bahkan wacana. Padahal, kata guru saya, AM Dewabrata, orang yang berbicara tidak logis, tanpa menggunakan nalar, akan mempersulit lawan bicaranya. Dalam hal tulis-menulis, kata Ivan Lanin, tulisan yang tidak logis akan menyulitkan pembacanya.

 

Salah satu kata yang pemakaiannya tidak logis adalah kata nyaris.

 

Kita lihat judul berita yang ditulis di sebuah media massa daring: ”Pecundangi Leicester, Newcastle Nyaris Selamat dari Zona Degradasi”. Untuk berita yang sama, media daring yang lain menulis: ”Bungkam Leicester City 4-2, Newcastle United Nyaris Aman dari Zona Degradasi”.

 

Pertandingan sepak bola di Liga Primer Inggris itu berlangsung pada 8 Mei 2021.

 

Barangkali agar menarik, kata nyaris wajib ada pada judul tersebut. Namun, apakah judul tersebut logis, bernalar?

 

Kata nyaris bermakna ’hampir saja terjadi’. Kata ini memiliki kemiripan arti dengan hampir. Keduanya menyatakan hal yang dekat dengan peristiwa atau keadaan tertentu.

 

Namun, jika hampir berkaitan dengan hal yang diinginkan, mungkin pula tidak, kata nyaris cenderung dikaitkan dengan peristiwa yang tidak diinginkan. Sebut saja, bahaya, kecelakaan, atau kemalangan.

 

Konteks judul di atas sebetulnya bisa dikaitkan dengan kemalangan yang akan terjadi jika Newcastle masuk zona degradasi. Kita tahu, kesebelasan yang masuk zona degradasi akan terdepak dari liga utama. Mereka akan turun ke liga di bawahnya. Turun kasta. Ini bahaya bagi kesebelasan sekelas Newcastle.

 

Jadi, kemenangan atas Leicester itu membuat Newcastle menjauh dari zona degradasi. Posisi ”The Magpies” naik ke urutan ke-13, unggul 12 angka dari Fulham yang berada di posisi ke-18, posisi teratas di zona degradasi.

 

Dalam klasemen Liga Inggris yang pertandingan terakhirnya berakhir 23 Mei lalu, Newcastle berada di posisi ke-12. Posisinya sangat aman karena jauh dari zona degradasi.

 

Namun, pilihan kata nyaris selamat mengganggu logika berbahasa saya. Nyaris mestinya berpasangan dengan kata yang mengandung makna ’bahaya’, ’kecelakaan’, atau ’kemalangan’. Misalnya saja, nyaris celaka, nyaris tertabrak, atau nyaris tewas.

 

Ada empat makna kata selamat versi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Satu di antaranya adalah ’terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka, bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan, kerusakan, dan sebagainya’. Contoh: Ia selamat dari pembunuhan.

 

Jadi, kata selamat mengandung makna yang positif, mengandung ’kebahagiaan, kesenangan’, bukan mengandung ’kemalangan’. Bahwa konteks kalimat contoh di atas tidak terlalu bermasalah, tetapi pemilihan pasangan katanya mengganggu logika. Kurang logis.

 

Perbaikan judul di atas bisa dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya, dengan tidak menggunakan kata nyaris.

 

Judul dari beberapa media daring lain, yang juga terbit pada hari yang sama dengan media di atas, bisa menjadi contoh yang baik.

 

”Newcastle Selamat dari Ancaman Degradasi Setelah Hantam Leicester”

 

”Kalahkan Leicester, Newcastle Selamat dari Ancaman Degradasi”

 

”Bekap Leicester 4-2, Newcastle Selamat dari Jurang Degradasi”

 

Jadi, tanpa nyaris yang tidak cocok berpasangan dengan selamat, judul tetap bunyi, tidak kehilangan konteks, dan benar-benar baik. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar