Nasib
Clubhouse Seusai Kehebohan Beberapa Waktu Lalu Andreas Maryoto ; Wartawan (Penulis
Kolom “Industri Digital”) Kompas |
KOMPAS, 13 Mei 2021
Platform media sosial
berbasis suara, Clubhouse, mulai masuk ke dalam sistem operasi Android
setelah sekian lama hanya bisa diunduh di iOS. Sejak beberapa waktu lalu,
orang berharap Clubhouse segera masuk ke Android. Akan tetapi, media sosial
itu mungkin tidak akan mulus seperti saat mereka disambut meriah beberapa
bulan lalu. Sejak beberapa hari lalu, pengguna Android bisa mengunduh
Clubhouse mulai dari mereka yang berada di Amerika Serikat, kemudian negara
yang menggunakan bahasa Inggris, hingga pengguna dari sejumlah negara bisa
mengunduh aplikasi itu. Publik sudah lama ingin
segera mengunduh dan menggunakan Clubhouse. Mereka itu dari mulai yang
benar-benar membutuhkan hingga yang hanya penasaran. Meski demikian banyak
pertanyaan yang mengiringi kemunculan Clubhouse di Google Play Store. Apakah
mereka tidak terlambat? Apakah mereka masih mempunyai waktu untuk mendapatkan
perhatian dari khalayak? Apakah mereka bisa bersaing ketika platform lain
telah menambah fitur yang mirip dengan Clubhouse? Mereka penasaran dengan
aplikasi itu yang sudah berusia lebih dari setahun, tetapi tak juga muncul
segera dengan sistem operasi Android. Dalam pengumuman yang
dikeluarkan oleh Clubhouse pekan ini, mereka mengatakan bahwa kemunculan
mereka untuk mendapatkan umpan balik dari komunitas dalam beberapa pekan ke
depan. Clubhouse juga ingin menyempurnakan sejumlah masalah yang didapat
sehingga bisa melakukan perbaikan dan penambahan fitur, seperti sistem
pembayaran sebelum mereka akan meluncurkan produk mereka secara lebih luas. Ada beberapa kelemahan
Clubhouse yang sudah ditemukan, seperti kesulitan pengguna untuk mengikuti
topik tertentu serta pengguna tidak mudah mengelola akun. Mereka tengah
melakukan perbaikan. Beberapa kritik juga diberikan kepada platform ini dari
mereka yang sudah menggunakan. Masalah utama dari
aplikasi ini adalah mereka melewatkan momentum ketika publik heboh dengan
Clubhouse. Mereka tidak cepat-cepat masuk ke Google Play Store. Orang
kemudian melupakan mereka ketika beberapa orang sekadar pernah mencoba
Clubhouse di iOS. Platform lain melihat kelemahan itu dan kemudian menambah
fitur seperti dilakukan Twitter, Facebook, dan Instagram dengan memberikan
fitur audio. Beberapa media sosial
lain, seperti LinkedIn, Spotify, dan Reddit, juga telah membuat fitur
percakapan audio. Mereka berusaha menangkap peluang di tengah keinginan orang
mendengarkan dan juga mengobrol melalui platform. Mereka menangkap peluang di
tengah Clubhouse tidak mempunyai rencana yang jelas. Uji coba beberapa
pesaing cukup memuaskan dan beberapa mulai menggunakan fitur tambahan ini
untuk para pengguna. Kini, Clubhouse menghadapi
persaingan perebutan pengguna. Apabila bisa tampil lebih bagus dan menarik,
mereka mungkin bisa menyedot perhatian pengguna. Akan tetapi, beberapa analis
mengatakan, apabila beberapa orang sudah nyaman dengan salah satu kanal
audio, mereka belum tentu dengan mudah akan beralih ke kanal lain. Tantangan
Clubhouse makin berat karena bukan hanya mendapat pengguna baru, melainkan
juga merebut pengguna yang sudah mapan di platform lain. Data dari Sensor Tower
yang dikutip oleh laman Social Media Today menyebutkan, pengunduh Clubhouse
anjlok 72 persen pada Maret lalu setelah mengalami jumlah pengunduh puncak
pada Februari sebesar 9,6 juta. Ada kabar juga pada April lalu mereka bisa
mendapat tambahan unduhan sebanyak 14,2 kali dibandingkan pada saat Clubhouse diperkenalkan pada
tahun lalu. Angka-angka itu tidaklah fenomenal dibandingkan dengan platform
lain ketika mereka mulai diperkenalkan kepada publik. Beberapa orang mengunduh
media sosial ini karena ikut-ikutan setelah mendengar platform baru itu.
Beberapa juga karena takut ketinggalan kalau tidak mengunduh Clubhouse.
Mereka tentu bukan pengguna fanatik. Mereka hanya sekadar mencoba sehingga tidak akan berkelanjutan.
Keputusan mereka masuk ke Android pasti akan menaikkan pengguna media sosial
yang satu ini, tetapi banyak yang mempertanyakan, apakah mereka akan sukses? Pilihan bagi Clubhouse
adalah berlari kencang dengan menghadirkan media sosial itu agar bisa diunduh
para calon pengguna di seluruh dunia. Mereka tidak mempunyai pilihan lain
karena selama ini sudah terlambat masuk ke Android. Ada orang yang masih
menunggu kehadirannya di banyak negara meski tidak lagi sebesar ketika orang
menghebohkan platform ini beberapa waktu lalu. Mereka juga harus memberi
daya tarik agar para pengguna mau bertahan di platform itu dan sekaligus bisa
mengajak para calon pengguna lainnya. Pemasaran dari mulut ke mulut lebih
besar dampaknya dibandingkan dengan promosi yang dikemas oleh perusahaan
platform. Oleh karena itu, kepuasan pengguna harus dipastikan sejak awal agar
mereka bisa menceritakan kenyamanan dan manfaat menggunakan Clubhouse. Fitur Clubhouse yang
langsung memasang sistem pembayaran mungkin menjadi keunggulan media sosial
ini. Pemasangan sistem pembayaran mengindikasikan bahwa mereka akan memasuki
obrolan premium alias obrolan berbayar. Mereka bisa menerapkan tiket, tips,
dan honor ketika seseorang mengikuti obrolan serta pembayaran bagi
narasumber. Pilihan ini memang tidak mudah, tetapi jelas ada pasar yang
membutuhkan obrolan bermutu. Obrolan juga masih memiliki momentum di
tengah pandemi. Kebosanan orang di tengah pembatasan sekarang ini membuat
mereka mencari kanal untuk mengurangi kebosanan. Konten-konten yang
menghibur, menambah pengetahuan, dan juga mendorong inovasi banyak dibutuhkan
oleh publik. Clubhouse perlu mendorong narasumber untuk membuat konten-konten
seperti itu agar publik mendapatkan konten sesuai keinginan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar