Mengelola
Urbanisasi untuk Kota Keberlanjutan
Nirwono Joga ; Kemitraan Habitat
|
KOMPAS,
26 Desember
2017
Arsitektur
ada untuk memanusiakan manusia. Merancang dan menata kota harus bertitik
tolak selalu berawal dari manusia. Perancangan kota yang baik akan
meninggalkan kenangan kolektif warga.
Prof
Gunawan Tjahjono, 2017
Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati dalam seminar ”Managing Urbanisation for Sustainable
Cities”, (19/12/2017), menyatakan bahwa sampai 2045 sekitar 70 persen
penduduk akan tinggal di perkotaan. Maka, mengelola urbanisasi di Indonesia
merupakan tantangan agar kota menjadi tempat tinggal yang heterogen, punya
fasilitas yang baik, sehingga muncul inovasi dan kegiatan produktif.
Konferensi Habitat III di
Quito, Ekuador, 2016, pun mengambil tema ”Urbanisasi yang Berkelanjutan”
(”Sustainable Urbanization”). Konferensi yang menghasilkan Agenda Baru
Perkotaan itu menegaskan kembali komitmen negara-negara di dunia dalam pembangunan
kota layak huni dan mengelola urbanisasi secara berkelanjutan.
Kebijakan nasional
pembangunan perkotaan dan wilayah telah termuat dalam Nawacita dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Di antaranya ialah
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan, serta mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik.
RPJMN 2015-2019 memberikan
arah kebijakan pembangunan perkotaan dan wilayah, yaitu perwujudan kota-kota
berkelanjutan dan berdaya saing. Juga pemerataan pembangunan di luar Pulau
Jawa, dan pengembangan kota layak huni, kota hijau yang berketahanan iklim
dan bencana, kota cerdas, berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi, dan
budaya lokal.
Urbanisasi harus dikelola
agar memberikan dampak maksimal, baik secara sosial (peningkatan kualitas
hidup), ekonomi (kesejahteraan masyarakat), maupun lingkungan (pelestarian
alam).
Untuk mengelola urbanisasi
yang baik, pemerintah harus merencanakan dan merancang kota berkelanjutan,
mengelola air lestari, mengolah sampah dan limbah ramah lingkungan,
mengembangkan transportasi/mobilitas berkelanjutan, dan memanfaatkan energi
terbarukan.
Selain itu, menerapkan
bangunan/hunian hijau, menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang memadai,
memberdayakan komunitas masyarakat, mewujudkan ekonomi hijau, serta mendorong
pemerintah daerah dan pengembang prolingkungan.
Kota harus menjadi tempat
yang aman, nyaman, aksesibel, layak huni, dan berkelanjutan. Kota yang
inklusif, aman, berketahanan, dan berkelanjutan, sesuai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Kota harus direstorasi dari polusi dan
konektivitas/keterhubungan. Kota yang manusiawi, berorientasi dan berskala
manusia, serta humanis. Segala ide kreatif dan inovasi ekologi harus terus
diupayakan untuk memenuhi kebutuhan tinggal warga seiring meningkatnya
populasi penduduk dunia yang akan tinggal di kota.
Memanusiakan
manusia
Indonesia sebagai negeri
tropis memiliki budaya suka beraktivitas di luar rumah, ruang terbuka. Untuk
itu, arsitektur kota harus dapat membuat bangunan, infrastruktur, dan RTH
menjadi lanskap kota yang memiliki arti dan dapat dikenang (ingatan kolektif)
warganya.
Bangunan dan infrastruktur
kota dirancang memiliki RTH untuk memfasilitasi warga agar bisa saling
bertemu, bersapa, dan berinteraksi sosial. Trotoar yang lebar, ramah untuk
semua, aman dan nyaman mendorong warga berjalan kaki sambil mengenal dekat
kondisi kota.
Pembuat kebijakan harus
peka dalam membangun kota dengan memikirkan kegunaan dan kenyamanan ramah
untuk semua, termasuk anak-anak, ibu hamil, lansia, disabilitas.
Infrastruktur yang manusiawi harus mampu menghubungkan antarmanusia, berskala
manusia, dan saling terhubung di ruang publik.
Kota harus mampu menjadi
katalisator, membuat manusia lebih beradab. Dalam skala perkotaan,
keterhubungan dibangun melalui transportasi massal yang aman dan nyaman.
Keterhubungan yang terjalin akan memperbaiki kualitas perkotaan yang selama
ini masih rendah.
Inti pembangunan kota
adalah kota yang memanusiakan dan menyejahterakan penduduknya. Pemerintah
harus lebih kreatif menciptakan dan menyediakan ruang-ruang publik dan hijau.
Kota berkelanjutan harus
didukung oleh modal sosial (budaya, kearifan lokal), ekonomi (pembangunan
fasilitas, transportasi, infrastruktur konektivitas, (energi, teknologi), dan
lingkungan (kualitas RTH, pengelolaan sampah dan limbah, ketersediaan air
baku, RTH).
Pengembangan infrastruktur
melibatkan kalangan akademis dan para ilmuwan perguruan tinggi lokal untuk
ikut urun rembuk, memecahkan masalah kota. Dunia usaha memiliki kemampuan
mewujudkan rencana yang sudah disepakati untuk dilaksanakan secara
profesional.
Pembangunan kawasan
terpadu di titik-titik strategis kota yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi massal menjadi ciri kota berkelanjutan. Juga sistem sirkulasi
dan jaringan transportasi umum terpadu sebagai tulang punggung dari
pergerakan warga.
Kepadatan di pusat kota
bertujuan mengoptimalkan intensifikasi tata guna lahan dan multi- fungsi
kegiatan agar kota efisien dan efektif. Masyarakat bisa berpindah dari satu
tempat ke tempat lain seefisien dan dengan biaya seekonomis mungkin.
Keterjangkauan dan
kesetaraan akses terhadap aset perkotaan dilandasi prinsip budaya inklusif
untuk membangun kohesi sosial di masyarakat. Pemerintah merawat jejaring
guyub antara pemerintah, swasta, dan masyarakat guna menciptakan lingkungan
yang indah dan menumbuhkan kebanggaan dan rasa memiliki terhadap kotanya. ●
|
||Satu Akun semua jenis Game ||
BalasHapusGame Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan, Casino
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
Pakai Pulsa Tanpa Potongan
Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
WhastApp : 0852-2255-5128