Bitcoin
yang Menghebohkan
J Soedradjad Djiwandono ; Guru Besar Ekonomi Emeritus Universitas
Indonesia; Profesor Ekonomi Internasional, RSIS, Nanyang Technological
University, Singapura
|
KOMPAS,
12 Desember
2017
Akhir-akhir ini salah satu berita yang
banyak mendapat perhatian dari dunia keuangan adalah tentang bitcoin, suatu
jenis uang digital atau cryptocurrency yang juga disebut sebagai virtual
currency.
Anehnya, di tengah keasyikan pembicaraan
tersebut, makna sebenarnya dari bitcoin itu sendiri belum betul-betul jelas,
artinya banyak yang masih menanyakan apa arti sebenarnya bitcoin. Yang jelas,
masyarakat telah digegerkan oleh pemberitaan bahwa dalam satu tahun terakhir bitcoin
mengalami peningkatan nilai sepuluh, dua belas, bahkan empat belas kali
lipat, dari sekitar 1.000 dollar AS menjadi 14.000 dollar AS untuk setiap
unit.
Selain sejumlah ahli keuangan, ada dua
pemenang hadiah Nobel Ilmu Ekonomi yang mengkritik bitcoin. Selain manfaat
sosialnya diragukan, pemenang Nobel 2014, Jean Tirole dari Toulouse School of
Economics, juga meragukan apakah bitcoin akan bertahan (sustainable).
Pemenang Nobel 2001, Joseph Stiglitz dari Columbia University, bahkan
menganjurkan agar bitcoin dilarang karena hanya membikin gaduh dengan nilai
yang sangat berfluktuasi dan kecil manfaat sosialnya.
CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon mengatakan
bitcoin merupakan suatu rekayasa penipuan (fraud), sedangkan Warren Buffets
menyebutnya sebagai mirage, sesuatu yang berbeda dari yang tampak. Ada
sejumlah bank sentral yang menerima atau mempertimbangkan untuk mengakuinya
sebagai uang, seperti Bank of Japan dan Swiss National Bank dan yang lain,
tetapi ada juga yang menolaknya, seperti People Bank of China dan Bank
Indonesia dan yang lain.
Tulisan ini tidak berpretensi membuat semua
permasalahan menyangkut bitcoin akan menjadi jelas. Selain konsepnya memang
tidak sederhana, keterbatasan ruang dalam suatu kolom tidak memungkinkan
adanya uraian secara lengkap dan rinci sehebat apa pun kemampuan penulisnya.
Mengartikan
bitcoin
Saya kira perlu diketahui dari awal bahwa
orang menggunakan istilah bitcoin, selain memang tidak dapat didefinisikan
secara sederhana, juga sebetulnya untuk dua pengertian atau konsep yang
berbeda. Bitcoin sebagai suatu mata uang (currency) merupakan satuan nilai
digital untuk pertukaran barang dan jasa atau mata uang lain, seperti mata
uang dollar AS, rupiah, dan renminbi.
Sejak diciptakan dan diperkenalkan pada
2009, nilainya terhadap mata uang yang dikeluarkan oleh otoritas keuangan
(bank sentral atau pemerintah), seperti dollar AS, bergejolak. Waktu pertama
dikeluarkan, tetapi belum ada peminatnya, nilainya ya tidak ada. Baru tahun
2010 tercatat ada nilainya karena mulai ada transaksi. Nilai awalnya tak
pernah mencapai 1 dollar AS, hanya 39 sen dollar AS. Namun, semakin banyak
yang berminat semakin tinggi harganya, dan dalam setahun terakhir ini
meningkat luar biasa.
Inilah bitcoin yang diributkan dan menarik
perhatian orang banyak akhir-akhir ini. Dalam artian sebagai mata uang
digital atau virtual money atau cryptocurrency, bitcoin adalah nama dari
salah satu uang digital, selain masih banyak lagi nama yang lain.
Namun, bitcoin juga digunakan sebagai
istilah teknologi untuk menamakan sistem protokol suatu program komputer guna
menghubungkan komputer satu dengan yang lain sehingga semua dapat
berkomunikasi satu sama lain dalam suatu sistem. Untuk membedakan kedua macam
konsep ini, biasanya dalam arti teknologi ditulis dengan huruf besar ’B’,
sedangkan sebagai mata uang ditulis dengan huruf kecil ’b’. Namun, tak semua
orang menggunakan pembedaan ini, bahkan mengenai yang mana yang dimaksud tak
selalu jelas.
Dalam buku Cryptocurrency, tulisan Paul Vigna dan Michael Casey yang terbit
tahun 2015, dijelaskan bahwa sebagai teknologi, sistem protokol bitcoin
dijalankan untuk sejumlah komputer yang bergabung dalam suatu jaringan
(network) melalui suatu buku besar/neraca/ledger bersama dan dengan sistem
keuangan, disebut sebagai blockchain. Sistem protokol ini memberikan petunjuk
operasional untuk proses bekerjanya komputer dan informasi yang diinginkan
oleh pengguna guna mengikuti proses komputasi, termasuk melakukan verifikasi
terhadap pengguna lain (seperti user name dan password) di antara mereka yang
menggunakan teknologi bitcoin. Komunikasi dalam sistem ini menggunakan
enkripsi sandi (encryption) untuk pengamanan dalam memastikan integritas dan
autentikasi dari sebuah pesan.
Dengan demikian, pihak-pihak yang
berhubungan dapat melakukan verifikasi lawan bicaranya sehingga percaya
mengenai kredibilitasnya. Jadi, misalnya seseorang melakukan transfer
sejumlah bitcoin atau melakukan pembayaran atau transaksi lain, penerima
transfer atau pembayaran dapat memverifikasi kebenaran pembayar bahwa dia
tidak ditipu, tanpa tahu nama atau siapa dia. Verifikasi ini juga untuk
mengecek bahwa suatu bitcoin yang sudah digunakan untuk membayar suatu
transaksi benar sudah keluar dari kepemilikannya (dari wallet-nya) dan tidak
mungkin digunakan lagi karena sudah bukan miliknya. Dalam bahasa uang digital
verifikasi ini menjamin tidak akan terjadi double spending. Hal ini yang
menjamin timbulnya kepercayaan (trust), suatu syarat mutlak untuk uang
sebagai alat tukar.
Kita menggunakan uang kertas yang nilai
instrinsiknya hampir tidak ada, hanya karena percaya bahwa kertas ini dijamin
oleh bank sentral, maka ia punya daya beli seperti tercantum sebagai nilai
nominalnya, sehingga disebut sebagai fiat money.
Kehebatan bitcoin sebagai teknologi adalah
bahwa transaksi ini langsung, dari yang membayar kepada yang menerima (peer
to peer/P to P), tanpa melalui pihak ketiga, yang untuk uang kertas atau
kredit dijalankan oleh bank sentral sebagai penjamin dan bank/lembaga
keuangan sebagai perantara. Bitcoin sebagai mata uang dikeluarkan/dihasilkan
oleh bekerjanya komputer menyelesaikan algoritma dalam blockchain, bukan oleh
bank sentral atau pemerintah.
Karena komunikasi ini langsung tanpa
perantara, pendukungnya mengatakan ini meningkatkan efisiensi, lebih murah,
tanpa kehilangan sifatnya sebagai uang, yaitu dipercaya nilai atau daya
belinya. Dan karena peran pihak ketiga, yang biasanya dijalankan oleh bank
atau lembaga keuangan dalam hal kredit atau bank sentral dalam hal mata uang,
bitcoin sebagai uang oleh para pendukungnya disebutkan sebagai jalan keluar
untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan bank dan bank sentral seperti
terjadinya krisis keuangan. Bukan kebetulan bahwa waktu pertama kali
dikenalkan, bitcoin dengan menggunakan blockchain disebutkan diciptakan oleh
ahli komputer dan enkripsi bernama Satoshi Nakamoto pada 2009 saat dunia
sedang dilanda krisis keuangan dahsyat (global financial crisis/GFC).
Sebaliknya, karena ini diciptakan oleh atau
melalui algoritma komputer, berbeda dari uang biasa yang merupakan utang
(liability) dari yang mengeluarkan (bank sentral), bitcoin bukan liability
siapa pun. Akan tetapi, karena selain diketahui melalui proses algoritma
untuk verifikasi, masing-masing pihak tidak tahu persis siapa yang ada di
pihak lain, maka bitcoin sangat menarik untuk digunakan guna melayani
kegiatan yang tak ingin diketahui umum, seperti illicit financing, judi,
pencucian uang, dan pendanaan kegiatan terorisme.
Beberapa waktu lalu ada pembajakan
(hacking) terhadap ratusan ribu komputer di banyak negara. Disebutkan bahwa
pelakunya menyandera data. Data perusahaan logistik seperti Fedex, banyak
rumah sakit di Inggris dan negara lain disandera dan pemiliknya tak dapat
mengakses data mereka sendiri, kecuali membayar tebusan kepada pelaku
(hacker). Pembayarannya diminta dalam bitcoin karena tidak mudah ketahuan
siapa penerima uang (bitcoin) tebusan tersebut. Ini yang mendasari kritik
agar bitcoin dalam arti uang jangan diterima menjadi mata uang resmi karena
akan mempermudah segala transaksi melawan hukum dari penipuan sampai
terorisme.
Akan tetapi, lepasnya kendali terhadap
kegiatan keuangan-perbankan yang sangat dirasakan—terutama setelah GFC
berkecamuk—dan turunannya yang menghasilkan ketidakpastian tinggi sebagai
”situasi normal baru (the new normal) dewasa ini memang telah mengurangi
faktor utama dari uang dan kelembagaannya, yaitu kepercayaan (trust). Penulis
kolom keuangan ternama, Rana Faroohar, dalam bukunya, Makers and Takers,
mengemukakan, sektor keuangan (takers) bukan hanya tak lagi memberikan pelayanan
sektor riil (makers) yang jadi tugasnya, tetapi malah jadi kendala
(headwind). Karena itu, buat pendukungnya, bitcoin alat tukar alternatif yang
dapat dipercaya.
Sebagai mata uang, meskipun paling besar
nilainya dan paling populer, bitcoin ternyata bukan satu-satunya
cryptocurrency. Ada sejumlah uang digital yang sudah cukup dikenal orang,
seperti Ethereum, Ripple, Litecoin, dan Dash. Namun, berapa sebenarnya jumlah
uang digital sejenis bitcoin ini tetap belum jelas. Menurut Bloomberg, dewasa
ini ada 600-900 jenis uang digital sejenis bitcoin yang aktif diperdagangkan.
Menurut perkiraan, jumlah keseluruhan nilai dari uang digital ini lebih dari
200 miliar dollar AS. Penggunanya, mereka yang memiliki uang digital
sebagaimana dicatat dalam neraca mereka sejumlah enam juta orang, tersebar di
seluruh dunia.
Kalau diteliti lebih dalam dari perdebatan
tentang bitcoin, mungkin yang tampaknya mencuat adalah sebagai berikut.
Bitcoin sebagai mata uang mungkin pro dan kontranya masih boleh dikatakan
berimbang sehingga tampaknya sukar untuk tumbuh konsensus untuk menerima
bitcoin sebagai mata uang dalam arti alat pembayaran atau alat tukar. Hanya
saja, dalam arti peranti untuk menyimpan harta (store of value), tampaknya
sukar didebat kalau kita lihat bahwa setahun terakhir ini kian banyak
peminatnya sehingga nilainya dalam dollar AS telah sampai menjadi 14 kali
lipat dalam setahun.
Dalam alam yang tidak pasti, apalagi kalau
sampai timbul krisis keuangan,biasa terjadi pergerakan untuk menyelamatkan
kekayaan (flight to safety), orang ingin memegang sesuatu yang nilainya bisa
diandalkan. Bitcoinmenunjukkan kualitas demikian secara jelas dengan nilai
yang melonjak dari awal lahirnya sampai tahun lalu menjadi sekitar 1.000
dollar AS dan di akhir tahun ini melonjak luar biasa.
Tentu saja, sikap dari bank-bank sentral
yang mendukung atau menerima dan keputusan bahwa mulai bulan ini di pasar
modal Chicago, Chicago Mercantile Exchange (CME), perusahaan perdagangan
derivatif dan futures dalam keuangan akan mulai menyajikan quotation untuk
”Future Bitcoin”, merupakan pengakuan bahwa bitcoinmerupakan obyek
perdagangan seperti mata uang dan derivatif yang akan menarik dana pensiun
dan yang lain untuk diinvestasikan di dalamnya.
Ini yang mendorong bitcoinmasuk dalam arus
utama (mainstream), artinya diterima oleh pelaku pasar dan karena itu akan
menjadi instrumen penanaman modal seperti yang lain.
Catatan
sementara
Bitcoinsebagai mata uang dan obyek
perdagangan uang tampaknya tidak akan bisa dibendung meskipun ada bank-bank
sentral yang tidak mau mengakuinya. Namun, untuk resmi menjadi alat tukar
tampaknya masih sulit karena masih ”ribetnya” melakukan pengelolaan bitcoin.
Hanya mereka yang ahli komputer dan enkripsi yang dapat memanfaatkannya;
menerima atau mentransfer, menjual dan membeli, menggali (mining) atau
membayar dengan bitcoin.
Kalau Anda membaca iklan ada yang menjual
jasa bagi yang berminat untuk berinvestasi dalam bitcoin, artinya ya masih
harus melalui mereka sebagai pihak yang melakukan perdagangan untuk kita, tentu
dengan fee (bayaran), karena rumitnya proses yang harus dilakukan. Jadi, ada
batasan secara alamiah untuk menggunakan bitcoinsebagai uang karena tidak
semudah kita menggunakan internet untuk mengirim dan menerima e-mail.
Namun, bitcoin sebagai teknologi, sistem
protokol yang menghubungkan jaringan komputer yang tidak mudah dipalsukan,
tepercaya, efisien melalui blockchain ledger, merupakan sesuatu yang
diperlukan oleh perbankan dan lembaga keuangan, bahkan bank sentral. Karena
itu, bitcoindalam arti teknologi dengan menggunakan blockchain merupakan
penemuan yang akan menyumbang kepada perbaikan industri perbankan dan
keuangan yang rawan terhadap rekayasa, hacking, pemalsuan, dan lain-lain yang
akan dapat dikurangi dengan memanfaatkan blockchain ledger. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar