Membaca
Peta Pilkada Jatim
Anna Luthfie ; Ketua DPP Partai Perindo
|
KORAN
SINDO, 09 Juni 2017
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang akan
digelar serentak dengan daerah lain pad a tahun 2018 kembali akan menjadi ajang
pertarungan gengsi tokoh-tokoh yang selama ini beredar di provinsi paling
timur Pulau Jawa ini.
Berbed a dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah, dua provinsi
yang juga menggelar pilkada, Pilkada Jatim akan tetap menj adi per - tempuran
tokoh-tokoh lama, meskipun potensi pendatang baru tetap terbuka. Per tempuran
tokoh-tokoh lama ini terkonfirmasi dari hasil sur vei terkait Pilkada Jatim.
Salah satunya dilakukan oleh The Inisiative Institute. Dua nama yang selama
dua pilkada langsung di Jatim menjadi rival tetap di prediksi meramaikan
hajatan politik tahun depan.
Nama Khofifah Indar Para - wansa dan Wagub Jatim Saifullah
Yusuf atau Gus Ipul adalah dua nama yang melekat dalam rivalitas Pilkada
Jatim. Selain dua nama lama ter - sebut, nama-nama baru juga mun cul dalam
bursa Pilkada Jatim. Nama Wali K ota Sura baya Tri Rismaharini muncul sebagai
nama baru dalam pang gung po - litik Jatim. Popularitas Risma bah kan
mengimbangi popu - laritas Gus Ipul dan Khofifah. Dari hasil survei yang
digelar The Inisiative Institute ini menyim - pulkan ketiga tokoh ini akan
bersaing ketat d an bukan tid ak mungkin akan menjadi tiga po - ros kekuatan
yang akan mewar - nai Pilkada Jatim.
Hal ini te re - kam dar i persaingan popula ritas dan
elektabilitas ketiga tokoh yang relatif ketat. Sementara ini baru PKB yang
sudah memberikan pe - rnyataan dukungan kepad a Syaifullah Yusuf (Gus Ipul)
un - tuk ber pasangan dengan Halim Iskandar, apakah tawaran paket pasangan
ini bisa menjadi re - katan koalisi? Tentu g uliran waktu yang akan bisa men
jawab - nya . B elum terasa ketatnya per - saingan ini juga tidak lepas dari
belum jelasnya sebagian besar dukungan partai politik kepad a ketiga tokoh
tersebut atau yang lain.
Variabel partai politik men jadi penentu peluang pa -
sangan calon mend apatkan du - kungan dari konstituen partai, meskipun bukan
menjadi jaminan mutlak kemenangan. B agaimanapun dalam pilkad a langsung ,
preferensi pilihan pemilih tetap banyak bertumpu pada sosok calon yang
diusung. Dalam tradisi pilkada langsung , jarang sekali pasangan calon yang
berlaga bisa sukses jika melalui jalur nonpartai.
Pengala man pilkad a langsung sejak tahun 2005 di Jatim me
- mang muncul puluhan pasang - a n calon dari jalur perorangan, independen
atau nonpartai. Namun, tidak satu pun pa sang - an calon dar i jalur
nonpartai ini sukses memenangi pilkada, bahkan suara yang diraihnya jauh dari
syarat dukungan yang berhasil dikumpulkan seba gai syarat pencalonan.
Tiket Partai
Dengan minimnya peluang calon perorangan, besar ke - mung
kinan Pilkada Jatim 2018 juga tidak ada pasangan calon melaju dari jalur ini.
Bisa di - prediksi persaingan awal akan terjadi dalam memperebutkan tiket
partai politik. Bagaimana peluang ketiga tokoh tersebut merebut tiket par tai
politik? Penulis mencoba meng urai bagaimana peta persaingan ketiganya
tersebut .
Dari ketiga nama di atas, baru Gus Ipul yang secara jelas
mengutarakan niatnya untuk maju kembali sebagai calon gubernur tahun depan.
Setelah mendapat dukungan dari PKB, Gus Ipul melakukan road show ke
partai-par tai seperti Partai Demokrat, selain juga sebagai pendaftar pertama
di PDI Per - juangan. PKB sedang melaku kan gerakan atau menginisiasi Pilgub
2018 cukup dengan calon tung gal. Apakah gerakan ini ber - hasil? Tentu salah
satu partai yang bisa menjawab ad alah Ger indra, karena Sekretaris DPD Partai
Gerindra Jatim Anwar Sadad jauh hari su - dah melakukan penolakan atas
gagasan calon tunggal.
Gus Ipul dan PKB tentu akan melakukan gerilya yang luar
biasa keras un - tuk bisa mewujudkan gagasan calon tunggal di Pilgub 2018
nanti, lagilagi waktu yang bisa menjawabnya. Sementara dua nama lain nya
masih belum secara terbuka mengutarakan niatnya ma ju dalam perhelatan
pilkada Jatim 2018. Namun demikian, sinyal maju cukup terlihat dari Khofifah.
Bahkan, dalam sosial media tersebar niat menteri sosial
tersebut mengundurkan diri dari jabatannya sebagai men teri untuk berlaga di
Pilkada Jatim. Namun, secara jelas memang sang menteri belum mengutarakan
niatnya tersebut di hadapan publik. Meskipun demikian, kuat diduga peluang
Khofifah maju kembali di Pilkad a Jatim cukup bes ar karena beberapa hal.
Pertama, mod al sosial Khofifah lebih besar di Jatim
dengan jaringan muslimat NU yang di pimpinnya . Kedua, dua pilkada yang sebe
lum - nya diikuti Khofifah menun juk - kan du kung an te rh adap toko h ini
masih besar di Jatim. Ketiga, peluang Khofifah men dapat du - kungan Presiden
Joko Widodo lebih besar. Sebagai menteri sosial di Kabinet Kerja Jokowi, ada
misi agar program-prog ram pemerintah berjalan dan tentu kepentingan mem per
tahankan kekuasaan di Pemilu 2019 cukup strateg is bagi Jokowi untuk meme -
nang kan Jatim setelah Banten dan DKI Jakarta lepas d ar i partai politik pengusung
utama Jokowi, PDI Perjuangan.
Mendukung Khofifah lebih strategis buat Jokowi untuk
mengamankan suara pemilih di Jatim yang terbanyak setelah Jabar. Lalu,
bagaimana dengan Tri Rismaharini? Wali Kota Sura - baya ini juga belum jelas
me - nyatakan kesediaannya maju di Pilkada Jatim. Namun, pernya - ta annya
ketika namanya di - sebut-sebut dalam bursa Pilkada DKI tahun lalu boleh jadi
mem - beri sinyal, Risma sebenarnya ingin menuntaskan amanah - nya di
Surabaya sampai 2020.
Namun, bukan tid ak mungkin desakan partai (PDIP) atau par
- tai politik lain akan meng - goyahkan Risma. Jatim tentu berbeda dengan DKI
Jakarta. Popularitas dan elektabilitas Risma, seperti yang disebut di atas,
tidak kalah dengan Gus Ipul dan Khofifah. Penulis me - lihat tingkat
persaingan ketiga - nya akan semakin kuat jika Khofifah dan Risma sudah me -
nyatakan kesediaannya ma ju di Pilkada Jatim.
Dukungan Politik
Jika kesediaan sudah pasti, per tarungan akan masuk per -
buruan dukungan politik. Tiket par tai akan menjadi kunci apa - kah sang
tokoh berhasil masuk kontestasi, apalagi setelah fenomena calon perorangan
bukan pilihan yang strategis dalam kontestasi politik. Gus Ipul, Khofifah,
dan Risma tentu akan sama-sama berpeluang d an memperebutkan tiket dari
partai-partai besar di Jatim.
Setelah PKB memberi dukungan ke Gus Ipul dilanjutkan
mendaftar ke PDI Perjuangan dan melakukan konsolidasi ke partai yang lain
menjadikan poin tersendiri bagi Gus Ipul. Peluang Gus Ipul untuk men dapatkan
dukungan partai-par tai menjadi lebih besar, bukan hanya karena Gus Ipul
sebagai calon incumbent , tapi juga karena Gus Ipul ingin menang , untuk
menang diper lu - kan konsolidasi par tai-partai, ter masuk jauh hari Gus
Ipul juga sudah melakukan per temuan dengan Ketua Umum Par tai Perindo Hary
Tanoesoedibjo.
Sementara jika melihat latar belakang kepartaian, Risma tentu
memiliki peluang besar maju melalui PDIP karena dirinya disokong penuh partai
ini ketika memenangi Pilkada Kota Surabaya. Namun, Khofifah boleh jadi juga
berpeluang jika skenario untuk mengamankan Jokowi di 2019 di Jatim, nama
Khofifah lebih berpeluang maju melalui partai pemenang Pemilu 2014 ini.
Apalagi, jika kemudian skenarionya Risma tidak maju karena ingin menyelesaikan
jabatan wali kotanya. Gus Ipul boleh jadi menjadi pilihan terakhir PDIP jika
Risma dan Khofifah gagal melalui par - tai ini.
Bagaimanapun seba gai wakil guber nur petahana, Gus Ipul
memilik daya tarik tersen - diri. Namun, trauma kekalahan di lima pilkada
gubernur di 2017 tentu menjadi pertimbangan ba gi partai ini untuk tidak ge -
gabah dalam menentukan so - sok yang didukung. K ampanye penolakan terhadap
partai-par - tai pendukung Ahok di Pilkada DKI tentu harus dipertimbangkan
oleh PDIP.
Ahok effect boleh jadi menular ke Jatim. Bagaimana dengan
PKB? Dengan lebih awal memberi du - kungan kepada Gus Ipul dengan dipasangkan
dengan Halim Iskand ar, PKB sedang ser ius me lakukan gerakan atau kam -
panye calon tunggal, walaupun kemungkinan kecil, PKB bakal all out melakukan
ini kalau ing in paket Gus Ipul-Halim meleng - gang. Jalan terjal itu bakal
men - jadi ujian atas gagasan Calon Tunggal Pilg ub Jatim 2018 yang
diinisiasi oleh PKB Sementara partai-partai lainnya seperti Demokrat, PPP,
Nasdem, dan Hanura akan cen - derung bermain di level pen - dukung, meskipun
fenomena koalisi Gerindra dan PKS bukan tidak mungkin bisa mencuri perhatian
dalam Pilkada Jatim nanti.
Koalisi ini diprediksi akan memunculkan satu poros baru
yang segar dan bisa menjadi alternatif. Siapa yang didukung, ya tentu ketiga
nama di atas sama-sama ber peluang atau juga di luar tiga nama tersebut.
Sementara nama Ridwan Hisyam, La Nyala Mataliti, Hasan Aminudin, Saiful R
ahman, Kadis Pendidikan Provinsi masuk radar calon wakil gubernur. Meskipun
koalisi Gerindra- PKS kalau itu terbangun di atas kertas, hal itu tidak akan
bisa bertemu dengan PDIP dalam satu koalisi. Kepentingan 2019 menjadi
pembatas tegas koalisi Gerindra-PKS dengan PDIP.
Begitu juga kemungkinan Golkar melahirkan Poros lain juga
masih terbuka. Namun, yang jelas faktor kesediaan dan niat dari sang tokoh
untuk maju menjadi variabel penting untuk memastikan peta Pilkada Jatim.
Semakin jelas sikap dari sang calon, publik akan semakin memahami wajah
Pilkada Jatim. Apakah akan sama saja dengan dua pilkada sebelumnya atau akan
ada warna baru seperti hadirnya sosok Risma. Kita tunggu saja! ●
( Mohon maaf, karena proses edit belum diselesaikan )
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar