Meningkat, Ancaman Global Berkedok
Kemasan Rokok
Thomas Lesnak ; Konsultan
Keamanan; Pernah bekerja di Departemen
Luar Negeri AS dan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api & Bahan Peledak AS
|
MEDIA INDONESIA,
01 Juni 2016
ADA satu kebenaran
fundamental yang mendasari pemikiran setiap organisasi kriminal: jika dengan
menjual suatu produk akan menghasilkan keuntungan, juallah. Perdagangan
obat-obatan ilegal dan terlarang di seluruh dunia bukanlah hal yang baru. Itu
hampir tidak dikenal publik dan tidak tampil di layar lebar. Produk itu
menjadi salah satu primadona dalam perdagangan kriminal global yang menyaingi
ukuran dan keuntungan penyelundupan obat-obatan terlarang serta dengan cepat
menjadi favorit organisasi kriminal dan teroris internasional: produk
tembakau ilegal.
Untuk yang belum tahu,
mudah untuk menganggap tembakau ilegal sebagai sesuatu yang tidak berbahaya
dan dapat dijual di bagian belakang toko serbaada di lingkungan sekitar atau
sudut jalan. Kenyataannya, produk itu jauh lebih berbahaya daripada
kelihatannya. Departemen Luar Negeri AS, Interpol, PBB, dan organisasi
lainnya menganggap tembakau ilegal sebagai epidemi yang mendanai organisasi
kriminal dan teroris di seluruh dunia.
Pada Maret lalu, 700
polisi Kanada menggagalkan operasi penyelundupan tembakau terbesar dalam
sejarah Amerika Utara. Keuntungan dari hasil operasi penyelundupan itu,
menurut rencana, akan digunakan untuk membeli kokain dan melakukan tindak
pencucian uang sampai ke Eropa. Baru-baru ini, pihak berwenang menyita
tembakau dan senjata yang ditujukan untuk sejumlah kelompok teroris di Libia.
Setiap tahun, lebih
dari 400 miliar batang rokok dijual secara ilegal di seluruh dunia. Itu
menjadikannya sebagai produk legal yang paling banyak diselundupkan. Mengapa?
Tidak ada komoditas lain yang mudah untuk diselundupkan; cukup melintasi
perbatasan dengan sedikit risiko demi keuntungan yang besar.
Pola pelanggaran hukum
yang dilakukan organisasi penyelundup tembakau mengalami peningkatan di
seluruh dunia. Di waktu yang sama, pemerintah mengusulkan peraturan baru yang
hanya dapat dipatuhi industri tembakau yang sah.
Penerapan kebijakan
'kemasan polos' untuk semua produk tembakau yang dijual di Australia menjadi
contoh yang tepat dalam menunjukkan bahwa pemerintah, tanpa disadari, membuat
sebuah kejahatan yang sudah dipandang sebagai kejahatan yang sepele, menjadi
semakin mudah dilakukan dan semakin menguntungkan.
Tahun ini Organisasi
Kesehatan Dunia mengangkat tema kemasan polos untuk peringatan Hari tanpa
Tembakau Sedunia yang berlangsung setiap tahun. Banyak yang akan mengatakan
kebijakan kemasan polos akan menjadi alat efektif membantu meningkatkan
kesehatan masyarakat. Sayangnya, sedikit yang akan mengatakan tentang
bagaimana kemasan polos akan menambah pundi-pundi para pelaku kriminal dan
teroris di seluruh dunia. Australia ialah negara pertama yang menerapkan
kebijakan kemasan polos, yang melarang penggunaan semua merek dagang pada
kemasan rokok, serta mengharuskan semua produk tembakau dijual dengan
menggunakan kemasan rancangan pemerintah yang tidak menarik dan hampir serupa
satu sama lain. Tujuannya untuk mengurangi konsumsi rokok. Hasilnya sejauh
ini: menguntungkan pelaku kriminal.
Pemerintah Indonesia
juga berada di bawah tekanan yang luar biasa untuk mempertimbangkan kebijakan
kemasan polos dalam waktu dekat. Sebuah studi yang didukung Bea dan Cukai
Indonesia menunjukkan rokok ilegal di Indonesia terus meningkat secara
konsisten, minimal 1% per tahun--sebesar 6,8% pada 2010 ke 11,6% pada 2014.
Persentase tersebut berarti kerugian pemerintah sebesar US$300 juta-US$700
juta, menurut sebuah studi lain dari Universitas Indonesia. Kerugian
pemerintah berarti keuntungan para pedagang produk tembakau ilegal.
Para pelaku kriminal
tidaklah bodoh. Lihat saja Provisional IRA yang memiliki peringkat di antara
penyelundup rokok yang paling produktif di dunia. Penyelidikan terbaru
menunjukkan mereka sedang mempelajari bagaimana kemasan polos--diberlakukan
di Irlandia pada Mei--telah menyebabkan penjualan tembakau ilegal di
Australia melambung. Hampir 30% dari rokok yang dijual di Irlandia ialah
rokok ilegal, merugikan pemerintah sebesar 600 juta euro per tahun. Angka
penjualan rokok ilegal dan kerugian pemerintah diperkirakan akan meningkat
setelah Mei.
Di seberang Laut Irlandia,
tembakau ilegal telah menyebabkan pemerintah Inggris kehilangan pendapatan
sebesar 2 miliar pound sterling per tahun--jumlah yang sangat besar dan
mencengangkan. Inggris akan segera memberlakukan kebijakan kemasan polos dan
tidak diragukan lagi, para pelaku kriminal di Inggris akan memantau IRA untuk
mencari cara hal itu juga dapat mempertebal dompet mereka.
Di Kanada, tempat
terjadinya penggerebekan besar-besaran oleh polisi pada Maret lalu, jajaran
pejabat pemerintah di bawah kepemimpinan Trudeau telah mengumumkan akan
menerapkan kebijakan kemasan polos; kabar gembira bagi para pelaku kriminal
di Kanada.
Tentunya, produk yang
dijual pelaku kriminal ini tidak bisa dipercaya. Tembakau ilegal berisiko
menimbulkan beragam masalah kesehatan yang signifikan. Pelaku kriminal sering
kali menggunakan zat-zat yang terkandung dalam cairan pembersih lantai atau
lebih buruk lagi.
Para pelaku kriminal
juga tidak peduli siapa yang membeli produk mereka. Mereka tidak sungkan
menjual rokok murah kepada anak di bawah umur dan tidak ada yang dapat
menghentikan mereka melakukan hal itu.
Di tingkat global,
Protokol untuk Menghilangkan Perdagangan Produk Tembakau Ilegal oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berpotensi mengurangi penjualan tembakau
ilegal. Akan tetapi, itu juga bisa tidak efektif karena adanya anggota WHO
yang mengabaikan fakta di dunia nyata. Dunia nyata telah berbicara: kemasan
polos adalah teman baik penyelundup tembakau. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar