Hercules
Trias Kuncahyono ;
Penulis Kolom KREDENSIAL Kompas
Minggu
|
KOMPAS, 05 Mei 2016
Akan
dikenang sebagai apakah Mikhail Gorbachev, nantinya? Apakah mantan pemimpin
Uni Soviet itu akan dikenang sebagai pahlawan? Ataukah ia akan dicatat sebagai
pengkhianat? Gorbachev disebut pengkhianat karena dialah Uni Soviet bubar.
Karena itu, menurut tulisan Neil Macfarquhar di International New York Times,
dia harus diadili.
Mereka
yang mencatat Gorbachev—Mikhail Sergeyevich Gorbachyov adalah politikus Rusia
dan pemimpin Uni Soviet periode 1985 hingga bubarnya pada tahun 1991. Pada 11
Maret 1985, ia menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet yang
kelima untuk menggantikan Konstantin Chernenko—sebagai pahlawan berpendapat
bahwa dialah yang membuka Uni Soviet; Gorbachev-lah yang membuka pintu Rusia
sehingga memungkinkan angin kebebasan masuk ke negeri itu.
Lilia
Shevtsova, seorang analis politik Rusia, menyebut Gorbachev sebagai pemimpin
Rusia pertama yang mendekonstruksi dan mendesakralisasi kekuasaan menjadi
simbol era baru. Mikhail Gorbachev adalah tokoh Partai Komunis Uni Soviet
yang membuka gerbang demokratisasi dan reformasi Uni Soviet hingga berujung
runtuhnya ideologi komunis di negara adidaya tersebut. Ia menjadi tokoh kunci
liberalisasi dan disintegrasi Uni Soviet serta komunisme di Eropa Timur.
Keengganan
Gorbachev mengirim pasukan Uni Soviet untuk menyelamatkan pemerintahan
komunis di negara-negara Eropa Timur—mulai dari Polandia yang menggelar
pemilu bebas pada Juni 1989 dan dimenangi Serikat Buruh Solidaritas; tuntutan
reformasi di Jerman Timur di awal 1989 yang diwarnai dengan runtuhnya Tembok
Berlin serta berakhir dengan bersatunya Jerman Barat dan Timur; November 1989
pemerintah komunis Cekoslovakia mundur; bulan Desember penguasa komunis
Romania Nicolai Ceausescu dipaksa turun dan dihukum mati; tahun 1990,
parlemen Bulgaria menarik dukungan monopoli kekuasaan partai komunis; tahun
1991, rakyat memaksa kabinet komunis Albania mundur—meratakan jalan ke
kuburan Partai Komunis Uni Soviet. Kegagalan kudeta pimpinan komunis terhadap
Gorbachev pada Agustus 1991, mengakhiri kuasa partai terhadap militer dan
pemerintah.
Mengapa
Gorbachev tidak mau mengirim tentara? Alasannya sederhana: ia tidak mau
mengulang pertumpahan darah seperti ketika terjadi Prague Spring (1968). Ia
memberikan kesempatan kepada dua Jerman untuk bersatu, negara-negara bekas
satelit Soviet merdeka. Namun, harga yang harus dibayar memang sangat mahal:
Uni Soviet ambruk! Partai Komunis mati! Sampai di sini, di mana mesti
meletakkan Mikhail Gorbachev. Apakah, rakyat Rusia sekarang ini pantas
menyematkan tanda jasa dan bintang kehormatan pada Gorbachev atau sebaliknya
mengecapnya sebagai pengkhianat bangsa dan negara?
”Sejumlah
orang mencintainya, karena ia membawa kebebasan. Tetapi, sejumlah orang
lainnya membencinya, karena alasan yang sama, membawa kebebasan,” kata Dmitri
Muratov, editor Novaya Gazeta, salah satu dari sedikit koran yang masih
independen di Rusia (International New
York Times, 3/6).
Kalau
menurut ukuran kita—berdasarkan definisi kata pahlawan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia; pahlawan bermakna pejuang yang gagah berani, orang yang
menonjol keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran—maka Gorbachev
adalah pahlawan. Sebab, pahlawan adalah seseorang yang memiliki sifat sebagai
warga bangsa yang ideal, baik fisik maupun nonfisik. Selain itu, seorang
pahlawan juga memiliki kriteria dan ciri unggul seolah di atas kemampuan
manusia biasa dan cenderung ”berlebihan”.
Berdasarkan
ukuran atau definisi seperti itulah, di negeri ini lahir banyak pahlawan.
Dalam Nation and Civilization in Asia (2002), sejarawan Wang Gung Wu
menyatakan, di Asia Tenggara, hanya Vietnam dan Indonesia yang memiliki
catatan kepahlawanan saat meraih kemerdekaannya.
Apakah
banyaknya pahlawan menjadi penentu bahwa sebuah negara akan tercatat sebagai
negara dan bangsa besar? Atau pertanyaan lainnya, berapa banyak jumlah
pahlawan yang dibutuhkan agar suatu negeri dapat menjadi bangsa yang besar?
Tahun lalu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, jumlah
pahlawan nasional ada 168 orang. Apakah ini berarti bangsa kita adalah bangsa
yang besar. Bukankah, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pahlawannya? Entah bangsa besar atau bangsa kecil, yang pasti sejarah memerlukan
peristiwa. Peristiwa memerlukan tokoh. Dari tokoh-tokoh itulah lahir
pahlawan.
Namun,
apakah sekarang ini kita masih butuh pahlawan? Pahlawan seperti apa yang
dibutuhkan? Jangan-jangan yang dibutuhkan adalah pahlawan setengah dewa dalam
mitologi Yunani, seperti Achilles, Thesus, ataupun Hercules. Atau pahlawan
model AS, seperti Superman atau Superhero atau pahlawan seperti Mikhail
Gorbachev yang ditolak sebagian rakyat Rusia, bahkan ada yang mengusulkan
agar diadili, meski sudah memberikan kebebasan dan membunuh komunisme. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar