Siapa Sakit, Siapa Waras
Jakob Sumardjo ;
Budayawan
|
KOMPAS, 20 April
2016
Sedang terjadi kekacauan serius di Indonesia antara yang disebut
manusia sakit dan manusia waras, manusia jahat dan manusia baik, manusia
bersih dan manusia kotor, manusia lurus dan manusia bengkok. Hanya mereka
yang jernih hati dan pikiran dapat membedakannya.
Pepatah lama mengatakan bahwa suara (hati) rakyat adalah suara
Tuhan karena rakyat adalah obyek kekuasaan sehingga amat peka memilah mana
kekuasaan yang memihak kepentingan rakyat dan kekuasaan yang menyeleweng
(sakit). Sebagai obyek kekuasaan,
rakyat memang hanya diam. Namun, mereka teramat peka menilai apakah kekuasaan
sedang di tangan orang-orang waras atau orang-orang sakit yang menganggap
dirinya waras.
Penguasa-penguasa sakit sekarang sedang mempermainkan rakyat,
membalik dunia agar dirinya yang sakit dianggap waras dan mereka yang waras
menjadi sakit. Tidak ada kekacauan dunia tanpa disebabkan oleh cara berpikir
yang saling berseberangan itu. Dan rakyat kurang terlatih dalam pemikiran
sehingga mereka mudah dimanipulasi oleh kekuasaan.
Yang jelas rakyat tidak pernah kehilangan hati nurani. Rakyat
hanya dapat melihat dan menyaksikan kenyataan. Dari zaman nenek moyang bangsa
Indonesia yang "primitif", mereka tahu bahwa kenyataan adalah hasil
perbuatan, sedangkan perbuatan jelas-jelas memperlihatkan niat baik atau niat
jahat.
Hanya ada dua niat kekuasaan: mengorbankan diri sendiri untuk
rakyat atau mengorbankan rakyat untuk dirinya sendiri. Kekuasaan yang waras
mengabaikan kepentingan diri demi rakyat, kekuasaan yang sakit mengacu pada
kepentingan diri sendiri tanpa peduli nasib rakyat.
Rakyat
bersabar
Sebagai obyek kekuasaan, rakyat hanya dapat melihat dan menunggu
tingkah polah para pemegang kekuasaan yang semakin banyak di negara ini.
Dengan sabar mereka menyaksikan penguasa-penguasa sakit diseret ke pengadilan
KPK, satu-satunya "wakil rakyat" yang masih dipercaya oleh rakyat.
KPK mewakili hati nurani rakyat sungguh suatu berkat Tuhan
warisan pemerintahan SBY. Semua orang-orang sakit (kekuasaan) yang ditangkap
KPK terbukti bersalah di pengadilan. Belum ada yang lolos dari pengadilan
berkat penyelidikan KPK.
Hanya orang-orang sakit yang menggugat eksistensi KPK. Setiap
orang yang berpikiran waras tahu bahwa KPK itu lembaga waras. Di dunia orang
sakit, yang waras menjadi ancaman. Setiap manusia sakit berupaya agar lembaga KPK menjadi sakit.
Namun, rakyat hanya percaya kepada hasil perbuatan KPK. Rakyat melihat. Rakyat
tidak mau mendengar pikiran kaum sakit yang berbelit-belit dan sukar dicerna
itu. KPK telah teruji tidak pernah gegabah menangkap penguasa- penguasa
sakit. Semua terbukti berpenyakit korupsi, bahkan sudah stadium empat.
Persoalan jiwa sehat dan jiwa sakit ini telah ada sejak dahulu
kala dipersoalkan para seniman. Bahkan, film-film Hollywood sering mengungkap
hal ini. Dimulai dengan dokter jiwa yang benar- benar waras, diberi tugas di
sebuah asylum terpencil. Sejak awal, dia sudah curiga penanganan
dokter-dokter jiwa di situ berbeda terhadap para pasien. Akhirnya diketahui
bahwa dokter itu sebenarnya pasien yang berhasil meng-"kudeta"
asylum.
Para dokter sakit ini berupaya menerapkan terapi agar para
dokter dan perawat waras menjadi sakit jiwa, yang pada pandangan para dokter
gadungan ini justru kewarasan.
Kalau Anda menjadi pejabat kekuasaan negara, hati-hati, apakah
Anda akan memasuki lembaga asylum atau lembaga waras. Kalau salah mutasi ke
lembaga asylum, waspadalah bahwa Anda akan diproses kewarasan Anda menjadi
"kewarasan" lain yang berlaku di lembaga sakit itu.
Orang yang tidak eling dan waspada akan mudah berubah dari waras
menjadi sakit dalam jagad walikan (dunia terbalik) mereka, yang waras dinilai
sakit dan yang sakit justru dinilai waras. Anda akan memasuki dunia baru yang
menjanjikan kehidupan serba makmur dan nikmat duniawi. Anda sudah tidak
mengenal diri Anda lagi.
Dunia orang
sakit
Di dunia orang sakit semacam itu, kebohongan adalah kebenaran,
pengkhianatan adalah kesetiaan, kriminal adalah kepahlawanan, hipokrit adalah
ketulusan, rasialis adalah patriotisme, merampok adalah mengambil milik
sendiri. Anda akan hidup nyaman dalam komunitas semacam itu. Kalau Anda
ketangkap KPK, Anda akan tetap tenang dengan kebenaran dan kewarasan, baru
itu. Anda merasa tidak bersalah sama sekali karena di luar Anda ada komunitas
yang membenarkan perbuatan Anda.
Suatu komunitas (yang semakin besar) yang membenarkan, yang
memandang waras-waras saja apa yang Anda lakukan. Apalagi tahu bahwa karya
besar Anda dalam korupsi tidak sesen pun berkurang. Tenang saja, mumpung
Indonesia sedang dalam Zaman Edan, sebelum zaman ini lewat dengan munculnya
"orang edan", musuh Anda itu.
Ya, boleh saja punya pikiran semacam itu, tetapi kata orang-orang
tua bahwa Tuhan tidak tidur (meski setan juga tak pernah tidur), dan rakyat
juga tidak tidur. Rakyat mengenal mana yang waras, mana yang sakit. Tidak
mungkin rakyat sakit sehingga sumber waras dijadikan sumber penyakit. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar