Jumat, 01 Januari 2016

Ekonomi Dunia dan Program Penyesuaian 2016

Ekonomi Dunia dan Program Penyesuaian 2016

  Elfindri  ;  Profesor Ekonomi SDM dan Direktur Center for Human and Sustainable Development Goals Universitas Andalas (Unand)
                                                KORAN SINDO, 30 Desember 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Ekonomi dunia dalam satu tahun terakhir cukup dinamis. Kedinamisan yang diperlihatkan dari perjuangan untuk keluar dari krisis ekonomi dialami oleh berbagai negara Eropa Selatan seperti Yunani, Italia, dan Prancis.

Masalah terutama dipicu oleh krisis keuangan negara Yunani sehingga memberikan efek domino dampaknya pada daerah sekeliling. Tidak terkecuali gelombang imigrasi dari negara asal resesi ke daerah yang masih potensial tumbuh ekonominya seperti Turki dan Jerman (2,9% dan 1,9%). Saat bersamaan juga diperlihatkan oleh semakin berkurangnya percepatan laju pertumbuhan ekonomi Asia Timur.

China telah menikmati pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam abad ini, pada kisaran9-11% rata-ratapertahun selama 1995-2013. Namun, pada tahun-tahun terakhir, 2014 saja, laju pertumbuhan ekonomi China walaupun masih tinggi, namun berkurang menjadi sekitar 6,9%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2016-2020, suatu yang relatif optimistis, di mana diperkirakan Asia Timur akan tumbuh ekonominya pada kisaran 6,2% (Economists, November, 2015).

Jika China ekonominya sudah mulai memanas, Jepang tidak diuntungkan karena ekonominya tumbuh pada laju yang capaian premium, kisaran 0,7%. Pada 2015 beberapa perusahaan besar yang selama ini menguasai pasar elektronika dan kendaraan mulai gulung tikar. Ada yang memperkirakan pada 2016 ekonomi Jepang justru jauh lebih sulit. Tidak sepertinya, negara rival tetangganya, Korea Selatan.

Korea Selatan kembali bangkit ekonominya, mengingat berbagai perusahaan yang sama bangkrut di Jepang, namun sebaliknya semakin kuat di Korea Selatan. Ekonomi dunia tumbuh sangat diuntungkan oleh kembalinya ekonomi Amerika Serikat yang tumbuh 2,4% selama 2015. Pada 2016 juga diperkirakan sedikit membaik sekitar 3,6%.

Ini buah dari semakin stabilnya nilai dolar dan mulai mengalirnya investasi ke Amerika Serikat setelah negara ini sebelumnya juga dilanda pelambatan pertumbuhan ekonomi. Tidak terkecuali Indonesia dan berbagai daerah yang ada di dalamnya. Pertumbuhan ekonomi selama 2015 diperkirakan 4,73% walaupun gelombang optimisme memperkirakan pada 2016 sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun ini.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh berbagai pihak, ADB dan Bank Dunia, setelah dilakukan revisi kembali pada kisaran 5,2-5,4%. Bisa jadi sebagai akibat dari dua hal. Pertama realisasi investasi infrastruktur dan efek investasi asing ke Indonesia. Tentunya Indonesia, karena masih tumbuh ekonominya relatif tinggi, dibandingkan dengan negara-negara tetangga, daerah ini masih cukup dipercaya sebagai daerah tujuan investasi.

Sinyal Melemahnya Harga Dunia

Laporan harga-harga komoditas dunia dari periode Oktober 2014-2015 memperlihatkan bukti kelesuan ekonomi dunia. Hampir seluruh komoditas ekstraktif seperti batu bara, besi, emas, tembaga, dan nikel mengalami penurunan indeks harga. Penurunan tersebut bisa pada rentang 10- 20%. Batu bara misalnya turun harganya dari USD63,7/mt pada 2014 menjadi USD52,2/mt dengan pertumbuhan penurunan sebesar -18,05%.

Tidak terkecuali komoditas pertanian dan kelautan di antaranya karet, CPO, dan udang. Tiga komoditas ekspor andalan Indonesia selama ini juga mengalami pertumbuhan negatif. Harga udang justru turun sekitar - 28,9%, harga CPO turun-19,11%, karet-19,9%. Hanyaharga cokelat satu-satunya komoditas pertanian “seksi” yang masih naik selama satu tahun terakhir, sekitar USD310/kg pada 2014 menjadi USD320/kg.

Tiga komoditas pertanian yakni karet, CPO, dan udang cukup andal selama ini sebagai komoditas yang banyak menghidupi petaninya. Demikian juga para petambak udang. Namun, tentu dengan sinyal pelemahan harga seperlima dari tahun sebelumnya, diperkirakan permintaan akan komoditas tersebut juga akan menurun.

Jika saja komoditas pertanian adalah inferior (elastisitas harga kecil dari 1), diperkirakan permintaan akan komoditas tersebut akan melemah sekitar 10% dari tahun sebelumnya dan akan berlanjut pada 2016. Sinyal pelemahan dari komoditas pertanian jelas merugikan petani. Perusahaan perkebunan memang bisa mengalami shock harga. Namun, biasanya karena sifat pasarnya adalah relatif monopsony, kerugian terbesar sebenarnya ada para produsen utama yakni petani.

Karena pada pasar monopsony, pembeli tunggal akan melakukan penundaan pembelian dengan mengontrol stok dan mempermainkan harga. Pengalaman di lapangan memperlihatkan bahwa memang harga tandan kelapa sawit menjadi turun secara drastis. Dampak penurunan harga tandan sawit telah berakibat pada banyak perkebunan kelapa sawit rakyat yang ditinggal pergi dan dijual.

Atau, penundaan pemupukan akibat sulitnya membiayai operasionalisasi dari perkebunan. Karet juga demikian, walaupun karet masih tidak luput dengan waktu dan bisa ditumpuk oleh petani, penyadap karet masih bisa bekerja. Produk karet bisa tidak dijual oleh petani kepada pengumpul pada hari ketika harga rendah, namun pada rentang waktu yang terbatas.

Dampak dari pelemahan harga internasional dan kelesuan ekonomi mesti akan terasa pada peningkatan angka kemiskinan dan pengangguran. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku di mana komoditasnya melemah akan mengurangi tenaga kerja. PHK demi PHK juga akan meningkat. Saat bersamaan, tuntutan akan kenaikan upah minimum tampaknya sesuatu yang tidak masuk akal saat ini.

Antisipasi Penyesuaian 2016

Mengingat kelesuan ekonomi dunia dirasakan juga oleh Indonesia, dampak terbesar diperkirakan pada petani kecil dan buruh. Maka itu, pada 2016 pemerintah dapat mengantisipasi masalah yang bekal muncul dengan program tangkal resesi. Program yang diutamakan pada mereka yang paling besar mengalami dampak yakni petani dan buruh perkotaan.

Ketahanan kehidupan mereka mesti diupayakan melalui berbagai paket program prioritas. Pertama, program diversifikasi usaha bagi petani skala kecil. Telah banyak uji ilmiah yang menunjukkan bahwa rumah tangga petani akan dapat bertahan ketika mereka memperbesar alokasi total waktu kerja di luar sektor pertanian dan nelayan.

Program perluasan pekerjaan off-farms, off-fishing employment, salah satu yang strategis untuk didorong dan dikembangkan di daerah-daerah. Terutama untuk menghasilkan quick yielding bagi petani dan nelayan. Fokus perluasan lapangan kerja di luar pertanian bagi rumah tangga tani dan pekerjaan luar perikanan bagi rumah tangga nelayan adalah suatu pilihan yang dirasa perlu.

Tidak terkecuali untuk wanita. Kedua, bagi buruh perkotaan persoalan lay-off juga mesti diantisipasi dengan berbagai program public works perkotaan. Berbagai program peningkatan mutu sarana pelayanan publik, pembangunan perumahan murah, pembuatan jalan-jalan poros, perbaikan saluran air, dan berbagai program infrastruktur diharapkan akan dapat membuka lapangan kerja.

Intensitas program infrastruktur diharapkan dapat dipastikan terjadi di luar Pulau Jawa agar juga dapat memperbaiki ketimpangan. Program memperbaiki ketimpangan pendapatan melalui pemerataan program infrastruktur adalah baik. Ketiga, mengharapkan instrumen moneter tentu agak sulit saat ini, tatkala bunga bank masih cukup tinggi untuk keperluan pengembangan UMKM.

Penurunan suku bunga dalam waktu dekat seperti tidak mungkin. Apalagi, pada 2015 cukup besar jumlah dari debitor UMKM yang tergelepar akibat penundaan dari pinjaman yang lebih banyak dialami oleh lembaga bank dan nonbank. Gejala non-performing loan akan menyebabkan semakin sulitnya masyarakat akses ke lembaga formal dan nonformal.

Penyediaan modal kerja pada lembaga nonbank dan mendorong inisiasi pemda dalam membuat program terobosan di daerah-daerah dapat dilakukan melalui penyediaan skim dana kompetisi untuk pengembangan usaha start up atau program wake up. Sumber permodalan dari zakat dan dana titipan umat adalah bagian yang masih besar potensinya untuk dioptimalkan.

Keempat, pemerintah diharapkan selalu mempermudah upaya-upaya masyarakat untuk menghasilkan tenaga kerja besertifikasi. Pada analisis penulis sebelumnya pernah mengajukan mendorong agar lembaga selevel akademi komunitas dapat mendidik dan melatih para pemuda untuk terbekali keterampilan mereka. Pendidikan kejuruan untuk level tiga dan empat selama enam bulan sampai satu tahun sangat penting karena permintaannya masih terbuka luas. Kemudian lembaga sertifikasi BNSP segera siap diri untuk menguji dan menilai mereka.

Kelima, memastikan agar skema investasi dalam negeri dipermudah, sekaligus investasi asing agar dibantu dalam penyediaan tenaga kerja sesuai level yang mereka perlukan. Dinas tenaga kerja setempat dapat membuka informasi penyediaan tenaga kerja setempat, setidaknya sebagai liaison officer dari perusahaan-perusahaan yang akan memperluas investasinya di daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar