Selamat Datang Renminbi!
Rene L Pattiradjawane ;
Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
02 Desember 2015
Uang rakyat yang
disebut renminbi (RMB) atau yuan, yang digunakan di daratan Tiongkok,
akhirnya menjadi uang dunia. RMB akan setara dengan mata uang global lain,
seperti dollar AS, euro, yen Jepang, dan pound Inggris, ke dalam keranjang
mata uang Dana Moneter Internasional (IMF) yang bisa digunakan sebagai aset
cadangan internasional.
Keputusan ini layak
disambut karena kini ada dua negara di dalam keranjang mata uang Asia. Namun,
perlu diingat, keputusan IMF ini belum memberikan dampak karena baru berlaku
pada 1 Oktober 2016.
Masuknya RMB ke dalam
SDR akan memberikan bobot bagi mata uang RRT ini sebesar 10,92 persen dalam
keranjang mata uang IMF. Memang bobot ini lebih rendah daripada dollar AS dan
euro yang masing-masing memiliki bobot 41,73 persen dan 30,93 persen. Namun,
terhadap mata uang lain, seperti yen Jepang yang berbobot 8,33 persen ataupun
pound Inggris sebesar 8,09 persen, masih lebih tinggi.
Banyak pengamat
memperkirakan, mata uang RMB akan melemah karena nilainya masih terlalu
tinggi. Diperkirakan, dimulainya RMB dalam SDR, maka pelemahan mata uang RRT
mencapai 2-9 persen tahun depan.
Mata uang RMB pantas
untuk dijadikan acuan sebagai mata uang dunia. Tiongkok adalah negara dengan
ekonomi bernilai 10 triliun dollar AS, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 7
persen selama dekade terakhir. Laporan IMF sendiri menyebutkan, berdasarkan
perhitungan PPP (purchasing power parity), kekuatan ekonomi Tiongkok pada
tahun 2014 sudah melampaui Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia.
Pada tahun 2022, lebih
setengah rumah tangga di perkotaan Tiongkok akan berada di kelas menengah ke
atas (dengan pendapatan tahunan sebesar 20.000-40.000 dollar AS menurut nilai
tukar saat ini). Terjadi peningkatan lebih dari 100 juta rumah tangga selama
dekade mendatang, dari 14 persen pada tahun 2012. Ini berarti, sekitar 630
juta orang di daratan Tiongkok memiliki daya beli yang sangat besar.
Bagi negara-negara
Asia Tenggara, khususnya dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,
masuknya RMB dalam SDR akan menjadi faktor penting peningkatan kerja sama
ekonomi dan perdagangan Tiongkok-ASEAN. Pertama, Tiongkok akan menjadi pasar
yang tumbuh sangat masif. Kelas menengahnya secara bertahap akan banyak
membeli buah-buahan tropis, sayuran, sereal, minyak sayur, ataupun karet.
Kedua, perdagangan dua
arah Tiongkok dan ASEAN akan menjadi semakin rumit ketika neraca perdagangan
kedua pihak, baik secara regional maupun bilateral, akan berfluktuasi secara
drastis. Diperlukan mekanisme bersama bagi ASEAN dan Tiongkok memanfaatkan
ketersediaan RMB dalam mengelola kerja sama pembangunan bagi kepentingan
bersama.
Bagi Indonesia,
penggunaan RMB memberikan keuntungan menarik, terutama terkait berbagai
proyek infrastruktur yang sudah bisa menggunakan perhitungan dalam RMB.
Memang, ada persoalan defisit perdagangan yang harus segera dirundingkan
antara RI dan RRT agar tidak meluas menjadi persoalan liar yang tidak
tertangani. Selamat datang RMB! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar