Bolehkah Anak Balita Berbelanja?
Agustine Dwiputri ; Penulis Kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas
Minggu
|
KOMPAS,
13 September 2015
Di supermarket, kita
sering melihat anak merengek minta dibelikan sesuatu. Jika tidak dipenuhi,
anak tersebut akan menjatuhkan badannya ke lantai atau menjerit-jerit
sehingga menarik perhatian orang lain. Kemudian, orangtua akan memarahi,
membentak, atau mencubit anaknya. Salah siapakah ini?
Seorang ibu berusia 35
tahun di Jakarta punya seorang putra berusia 3 tahun. Suaminya bertugas di
luar pulau dan hanya dapat berkumpul dengan keluarga sebulan sekali. Hidup
sehari-hari hanya bersama anak dan seorang adik laki-laki yang bekerja di
kantor, sering tidak ada asisten rumah tangga, membuat sang ibu harus membagi
waktu untuk mengurus anak, membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan
berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Masalah yang ditanyakan berhubungan
dengan berbelanja bersama anak. Apakah sehat jika anak sejak bayi sudah
dibawa ke tempat publik, mulai umur berapa anak dapat diajak berbelanja, dan
bagaimana ibu dapat mengajari anak balitanya ikut berbelanja tanpa menjadi
rewel.
Jawaban
Menurut hemat saya, di
masa sekarang ini, ada banyak fasilitas dan kemudahan bagi ibu untuk membawa
bayi atau anak balitanya ikut bepergian ke ruang publik, seperti
tempat-tempat berbelanja dan berekreasi, yang cukup nyaman suhu udaranya,
bersih, cukup bebas kuman, dan tidak harus berdesakan dengan pengunjung lain.
Mungkin dahulu para ibu berpikir berkali-kali jika akan membawa bayi ke pasar
terbuka yang panas, berbau, dan sesak dengan kerumunan orang dewasa. Saat
ini, anak balita yang sudah dapat berjalan sendiri, usia 2-3 tahun, dapat
diajak pergi dan belajar menemani orangtua pergi berbelanja.
Masalah belanja dengan anak balita
Bagaimanapun,
bepergian dengan anak balita perlu ada persiapan khusus. Menurut Matthew
Sanders (1997), berbelanja dengan anak kecil dapat menjadi pengalaman yang
melelahkan, terutama ketika mereka lelah atau lapar atau ketika mereka
berperilaku tidak sesuai/”nakal”. Masalah yang biasa terjadi, antara lain,
adalah anak-anak menuntut orangtua membelikan sesuatu bagi mereka, anak senang
menyentuh/memegang berbagai barang tanpa izin, berjalan atau lari ke sana
kemari di sepanjang lorong, tersesat, merengek, atau menjadi tidak terkendali
(temper tantrum).
Alasan utama anak
kecil menjadi rewel dan tidak betah dalam kegiatan berbelanja bersama
orangtua adalah bahwa tak ada hal apa pun yang mereka lakukan. Anak-anak yang
kemudian merasa bosan sering menjadi pengganggu. Hal ini sangat mungkin
terjadi jika orangtua tidak melibatkan anak dalam kegiatan berbelanja, hanya
mengabaikan, dan baru memperhatikan ketika anak mulai berulah menjadi nakal.
Sangat disarankan agar
orangtua melihat setiap kegiatan belanja sebagai kesempatan bagi anak untuk
belajar sesuatu, misalnya bagaimana menjadi pembeli yang terampil. Orangtua
perlu berfokus pada apa yang anak harus lakukan, bukan pada bagaimana
menghentikan perilaku buruknya. Rencanakan serangkaian kegiatan berbelanja
singkat selama seminggu. Kegiatan pertama Anda harus cukup singkat, sekitar 5
menit saja, di supermarket, kemudian secara bertahap meningkat hingga 30
menit.
Program belanja yang efektif
Program dari Sanders
(1997) ini mencoba untuk mengatasi masalah gangguan berbelanja bersama anak
kecil dengan sebelumnya mempersiapkan sang anak. Program ini akan berjalan
dengan baik bagi anak-anak yang sudah terbiasa mengikuti arahan orangtua.
Jika anak mempunyai kesulitan berdisiplin di rumah, gunakan rencana program
ini untuk meningkatkan kepatuhan anak.
Langkah-langkah
1. Mulailah dengan
mendiskusikan bersama anak, apa yang Anda harapkan dari seorang pembelanja
yang baik.
2. Persiapkan anak
untuk pergi ke supermarket dengan menjelaskan apa yang akan terjadi.
3. Jelaskan secara
singkat, sederhana, dan tenang apa masalah terakhir ketika Anda pergi
berbelanja bersamanya.
4. Jelaskan empat
peraturan bagi anak untuk menjadi seorang pembelanja yang baik.
a. Pembelanja yang
baik tetap berada dalam jangkauan tangan atau pandangan ibu atau ayah mereka.
b. Pembelanja yang
baik tidak menyentuh barang apa pun di rak atau tempat memajang barang tanpa
izin dari orangtua.
c. Pembelanja yang
baik tidak berlarian di lorong, berkelahi, berteriak, menjerit, atau
melakukan tindakan tantrum.
d. Pembelanja yang
baik tidak meminta sesuatu sampai kegiatan belanja selesai.
Beri tahu anak mengapa
Anda ingin dia mematuhi aturan-aturan tersebut dengan menyampaikan: ”Ibu
tidak suka kalau kamu menuntut dibelikan ini-itu ketika kita pergi
berbelanja”.
5. Diskusikan
imbalan/hadiah baginya jika ia dapat menjadi pembelanja yang baik.
6. Pilihlah waktu
pergi berbelanja yang tidak mengganggu rutinitas normal anak Anda.
7. Pujilah anak ketika
menjadi seorang pembelanja yang baik, misalnya dengan mengatakan: ”Manisnya
anak Ibu, kamu terus ada di dekat Ibu dan tidak memegang gelas itu”. Berikan
pujian ini setiap 2-3 menit.
8. Upayakan agar anak
tetap sibuk.
Caranya antara lain
dengan mencari hal-hal yang dapat dilakukan anak selama Anda berbelanja,
seperti menanyakan di mana kira-kira tempat barang tertentu yang akan dibeli
atau apa yang akan dibeli untuk sarapan besok, memberikan informasi tentang
produk-produk tertentu, meminta anak membantu Anda menempatkan barang yang
baru diambil ke dalam troli, dan sebagainya.
9. Hadapi gangguan
dengan tegas.
Jika anak Anda
bertingkah dengan melanggar salah satu dari empat peraturan, hentikan apa
yang Anda lakukan. Minta perhatian dari anak Anda dan katakan bahwa dia tidak
bisa mendapatkan hadiah kecuali jika beberapa menit berikutnya dia dapat
mematuhi aturan kembali.
10. Perbolehkan anak
Anda mengambil/memilih beberapa barang yang sudah disepakati akan dibeli.
Tinggalkan belanja
barang yang sulit, seperti membeli pakaian atau belanja bulanan yang butuh
waktu lama, hingga anak Anda dapat berbelanja tanpa kesulitan. Pada
minggu-minggu pertama, hindarilah situasi yang membuat anak menunggu untuk
waktu lama.
Selamat berlatih. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar