Ali
Baba Persia, Hangzhou, dan Medan
Rokhmin Dahuri ; Guru Besar Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor
|
KORAN
SINDO, 02 Maret 2015
Hikayat Ali Baba sangat terkenal di Indonesia. Karya sastra asal
Persia karangan Abu Nawas (Abu Nuas) di zaman Khalifah Harun al-Rasyid itu
menceritakan nasib kakak beradik anak orang kaya, Kasim dan Ali Baba.
Setelah ayahnya yang kaya itu wafat, Kasim langsung merebut
seluruh harta warisan tanpa peduli terhadap adiknya, Ali Baba. Tak cukup
dengan harta warisan ayahnya yang melimpah, Kasim pun mengawini putri orang
kaya. Jadilah Kasim dan istrinya hidup mewah di kota dengan harta yang
berlimpah. Sebaliknya Ali Baba. Tak mendapat warisan, dia pun menikah dengan
orang miskin.
Suami istri miskin itu memutuskan untuk tinggal di tepi hutan di
daerah pegunungan. Ali Baba tak pernah minta bagian harta warisan ayahnya
yang dikuasai Kasim. Pada suatu hari, Ali Baba melihat 40 perampok
menyembunyikan hasil jarahannya di sebuah gua. Ali Baba menguntitnya dari
belakang dan mendengar mantra untuk membuka dan menutup gua itu. Sepeninggal
gerombolan penyamun itu, Ali Baba pun mengucapkan mantra ”iftah ya simsim”
dan berhasil membuka gua.
Betapa terkejutnya Ali Baba ketika melihat kepingan emas
berkarung-karung di gua itu. Lalu, ia pun mengambil sedikit emas tersebut dan
meminjam dacin (alat timbang) kepada kakaknya, Kasim. Sang Kakak curiga. Ia
pun menempelkan bahan perekat di bawah alat timbang itu agar tahu apa yang
akan ditimbang Ali Baba. Ketika dacin itu dikembalikan, beberapa keping emas
menempel di dacin dan Kasim tahu bahwa Ali Baba mempunyai emas yang banyak.
Walhasil, setelah dibujuk sang kakak, Ali Baba pun bercerita
tentang gerombolan penyamun itu. Seterusnya, tanpa sepengetahuan Ali Baba,
Kasim pun datang ke gua dan mengambil seluruh emas tersebut. Tapi celaka,
karena keserakahannya, Kasim lupa mantra untuk membuka gua itu. Akhirnya para
perampok pun datang ke gua dan membunuh Kasim! Itulah sekelumit kisah tentang
Ali Baba yang amat terkenal di Indonesia.
Rupanya, kisah asal Persia ini cukup favorit di China. Seorang
anak pendongeng dari Hangzhou, Tiongkok, bernama Jack Ma belum lama ini (19
September 2014) mengejutkan bursa saham Wall- Street, New York. Betapa tidak,
ketika ia membuka initial public offering (IPO)–menawarkan saham perusahaan
online -nya yang diberi nama Ali Baba untuk pertama kali—, hanya beberapa jam
terkumpul uang USD25 miliar.
Hanya sekejap, tulis Times, Jack Ma menjadi miliuner baru di
jagat ini mengalahkan Mark Zuckerberg (Facebook) dan Jeff Bezos (Amazon
.com). Padahal, situs e-commerce Ali Baba yang dibuat Jack Ma hanya
bermodalkan nekat! Jack Ma, tidak seperti Ali Baba Persia yang anak saudagar
kaya (meski disingkirkan kakaknya, Kasim), ia adalah anak pendongeng. Masa
kecilnya miskin.
Hiburannya pun cukup dengan dongeng-dongeng dari ayahnya. Hanya
bermodalkan bahasa Inggris China yang compang-camping yang diajarkan sang
ayah, Jack Ma nekat ke Amerika belajar membuat web . Lalu, jadilah
Alibaba.Com–sebuah situs e-commerce yang pengunjungnya jauh melebihi situs
serupa yang ada seperti eBay, Amazon, dan PayPal.
Bayangkan, lebih dari 8,5 juta toko yang menjual segala macam
barang di China bergabung di Ali Baba. Fantastis! Itulah sebabnya, ketika
Jack Ma ”melantai” di bursa Wall Street untuk pertama kali (IPO), orang-orang
di seluruh dunia berebut membeli sahamnya. Hasilnya, Jack Ma pun menjadi
orang kaya-raya! Sebuah perjuangan yang berhasil karena kerja keras, kreatif,
dan jujur.
Jika Ali Baba versi Persia menjadi kaya-raya karena kesabaran
dan kejujurannya dan Ali Baba versi Hangzhou kaya-raya karena pengembangan
bisnis on-line -nya, maka Ali Baba versi Medan kaya-raya karena kongkalikong
dengan mafia illegal fishing di
perairan Indonesia. Medan dan pelabuhan-pelabuhan ikan di Sumatera–seperti
dilaporkan majalah Detik.com— ibarat persembunyian gerombolan penyamun emas
dalam kisah Ali Baba tadi. Di kota inilah beragam mafia hidup nyaman.
Orang-orang dari Ditjen Pajak tahu betul–siapa pun yang akan
bertugas di Medan– siap-siaplah berlatih revolusi mental. Jika tidak, niscaya
akan masuk sarang mafia. Ali Baba–julukan mafia illegal fishing versi majalah Detik.Com ini–memang luar biasa.
Coba tangkaplah kapal pencuri ikan dari Thailand, Tiongkok, Filipina,
Vietnam, dan Malaysia. Lalu tunggu beberapa hari. Kapal itu sudah kembali ke
pemiliknya, lapor wartawan Detik.Com .
Siapa pelakunya? Mafia Ali Baba! Mafia ini yang terlihat adalah
orang setempat. Tapi jaringannya luas sekali, mulai dari pengusaha besar,
pejabat tinggi sipil, pejabat tinggi militer hingga pejabat tinggi politik.
Ali Baba rajin membeli kapal pencuri ikan yang dilelang aparat keamanan, lalu
kapal itu dikembalikan ke pemiliknya di luar negeri.
Hanya mengubah cat kapal, menempelkan bendera merah putih,
memberi nama kapal dengan bahasa Indonesia, kapal-kapal itu pun kembali
mencuri ikan. Jika kapal itu mencuri ikan lagi, ketahuan aparat lagi,
ditangkap lagi, diadili lagi, kapalnya dilelang lagi, tak lama kemudian kapal
itu pun kembali lagi ke pemiliknya dan dipakai untuk mencuri ikan lagi.
Sebuah lingkaran setan! Jokowi dan Susi yang hendak
menyelamatkan kekayaan negara senilai Rp300 triliun yang dicuri kapal-kapal
penangkap ikan ilegal tiap tahun memang harus meledakkan kapal-kapal tersebut
untuk memutus jaringan mafia Ali Baba. Sudah puluhan kapal pencuri ikan
dihancurkan. Mestinya lebih banyak lagi karena kapal pencuri ikan yang
menjarah laut Indonesia jumlahnya mencapai 5.000 buah. Itu pun data tahun
2003, kata Riza Damanik, Ketua Dewan Penasihat Kesatuan Nelayan Tradisional
Indonesia.
Sekarang tahun 2014, menurut Riza, jumlah kapal pencuri ikan
mencapai 5.400 kapal. Luar biasa! Kapal-kapal itu seperti ditelusuri majalah
Tempo di Thailand dan China baru-baru ini, nama di lambungnya sangat
Indonesia. Tapi sebetulnya milik asing atau kerja sama antara pihak asing dan
para mafioso pencuri ikan dalam negeri. Itulah tantangan Jokowi dan Susi ke
depan.
Tak ada lagi waktu untuk berdebat siapa yang salah (kepolisian,
tentara, Kementerian Kelautan, dan pemerintah pusat) sehingga pencuri leluasa
menjarah ikan di perairan Indonesia. Kini saatnya bangsa Indonesia harus
bersatu padu mengamankan perairan Nusantara.
Renungkan kata-kata Bung Karno, kalau Indonesia ingin jaya dan
disegani, tunjukkan ketegasan dan keberaniannya di laut! Ingat 75% wilayah
Indonesia adalah lautan. Karena itu, laut adalah kekuatan Indonesia, masa
depan Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar