Cinta
dan Kerinduan
Agoes Ali Masyhuri ;
Pengasuh
Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim
|
JAWA
POS, 02 Januari 2015
MARI
kita belajar ikhlas dalam beramal. Sebab, keikhlasan bagaikan mata air jernih
yang menyuburkan. Hati yang ikhlas bagaikan tanah yang subur. Sekecil apa pun
benih kebaikan mudah tumbuh dan berkembang. Buahnya lebat, manis rasanya,
hasilnya pasti sempurna. Jauhi sikap tamak karena sikap tamak bagaikan ’’air
limbah’’ yang mematikan.
Barang
siapa menyangka bahwa ia punya penolong yang lebih utama dan lebih kuat
daripada Allah, itu berarti ia benar-benar belum mengenal Allah dengan baik.
Berbahagialah orang yang akal sehatnya dapat mengendalikan nafsu. Jika engkau
mengenal Allah, cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong bagimu. Jika
engkau belum mengenal Allah, carilah orang yang telah mengenal-Nya hingga ia
membimbing dan menunjukimu kepada-Nya. Berjuanglah dengan penuh kesabaran
agar kita mencintai Allah. Jika kita mencintai Allah, Allah akan mencintai
dan memerintah seluruh makhluk-Nya untuk mencintai kita.
Allah
SWT berfirman, ’’Katakanlah, ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.’’ (QS Ali Imran: 31)
Allah
memerintah Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika
mereka benar menaati Allah, hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad
SAW, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang
diturunkan Allah kepadanya. Jika mereka telah berbuat demikian, niscaya Allah
meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan
serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh,
baik dalam iktikad maupun amal saleh, akan menghilangkan dampak maksiat dan
kekejian jiwa mereka serta menghapus kezaliman yang mereka lakukan
sebelumnya.
Di
sisi lain, memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan
orang-orang yang mengaku mencintai Allah setiap saat, sedangkan amal
perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapannya itu. Mustahil dapat berkumpul
pada diri seseorang cinta kepada Allah dan saat yang sama membelakangi
perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah; tapi tidak mengikuti jalan dan
petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta.
Sebagaimana sabda beliau Rasulullah SAW: ’’Siapa melakukan amal tidak berdasarkan
perintah kami, maka perbuatan itu ditolak.’’ (HR Bukhari)
Barang
siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri
kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan diri dengan
amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.
Rasulullah
SAW bersabda, ’’Sesungguhnya ketika Allah SWT mencintai seorang hamba, Dia
memanggil malaikat Jibril dan berfirman, ’Sesungguhnya Aku mencintai si
fulan, maka cintailah dia’, maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril
menyeru kepada seluruh penghuni langit dan berkata, ’Sesungguhnya Allah SWT
mencintai si fulan, maka aku mencintainya dan semua penghuni langit juga
mencintainya, maka di bumi dia akan dicintai.’ Dan ketika Allah SWT membenci
seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, ’Sesungguhnya Aku membenci
si fulan, maka bencilah dia’ maka Jibril membencinya dan menyeru kepada
seluruh penghuni langit bahwa sesungguhnya Allah SWT membenci si fulan, maka
bencilah dia, maka mereka pun membencinya dan di bumi dia juga dibenci.’’ (HR
Muslim)
Mencintai
Allah adalah modal hidup yang teramat mahal, tidak mudah meraihnya. Untuk
mewujudkan hal itu, perlu upaya dan kerja yang sungguh-sungguh, takwa kepada
Allah dalam keadaan apa pun, mencintai Rasul beserta seluruh keluarganya,
mencintai orang-orang saleh, menunaikan seluruh kewajiban, memperbanyak
ibadah nafilah, rela berkorban dalam kebajikan, indah dan lembut dalam
bergaul dengan sesama, serta merawat hati dan ucapan.
Di
sini penting kita yakini bahwa orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada
Allah akan mudah dicintai dan diterima oleh orang banyak. Semuanya terjadi
bukan karena sogokan materi, melainkan karena mereka takut kepada Allah dan
merasakan kehebatan Allah. Akhirnya Allah pun membalas dengan menjatuhkan ke
dalam hati sanubari mereka rasa cinta, penghargaan, dan keterikatan batin
dengan orang-orang bertakwa. Sejalan dengan pesan suci Alquran pada surat
Al-A’raf ayat 26: ’’Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.’’ (QS
Al-A’raf: 26)
Tidak
ada seorang pun manusia yang tidak luput dari keburukan. Andai manusia tidak
memperindah diri dengan pakaian yang menutup aurat, niscaya aurat yang tampak
akan memperjelas keburukan manusia. Belum lagi bila ditambahkan dengan
keburukan perilaku dan kebodohan. Jika semua ada, sungguh lengkap sudah
keburukan manusia hingga tidak ada seorang pun yang berkenan mendekatinya.
Betapa
besar kasih sayang Allah kepada manusia, Allah membimbing kita untuk
mempercantik penampilan dengan gaun yang dapat menutup aurat yang tampak,
yaitu ketakwaan. Hanya ketakwaanlah yang dapat memperindah pemakainya,
menghiasinya dengan karisma hingga ia dapat meraih cinta dari seluruh
makhluk.
Mahabbatur Rasul
Jika
kita menanam pangkal pengetahuan di hati kita, niscaya akan tumbuh di
dalamnya pohon kecintaan. Jika pohon itu kukuh dan kuat, maka akan membuahkan
ketaatan. Jika jiwa dan raga bersih, pikiran menjadi jernih. Setiap langkah
akan terasa ringan, ide-ide baru akan muncul, selalu berprasangka baik kepada
setiap orang dan kita menjadi orang yang menyenangkan.
Imam
Sahal bin Abdullah at-Tustari berkata, ’’Tanda cinta Allah adalah cinta
Alquran. Tanda cinta Alquran adalah cinta Rasulullah SAW. Tanda cinta Rasul
adalah cinta sunah-sunahnya. Tanda cinta sunah adalah cinta akhirat. Dan
tanda tidak cinta akhirat adalah tidak cinta dunia.’’
Abu
Musa Al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, ’’Seseorang itu akan
bersama-sama orang yang dicintai.’’ (HR Bukhari Muslim)
Anas
ra meriwayatkan bahwa ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW,
’’Kapankah datangnya hari kiamat?’’ Rasulullah SAW balik bertanya, ’’Apa yang
telah engkau persiapkan untuk menghadapi kiamat itu?’’ Si Badui itu menjawab,
’’Mencintai Allah dan Rasul-Nya.’’ Lalu, sabda Rasulullah SAW, ’’Engkau akan
bersama orang yang engkau cintai itu.’’ (HR Bukhari dan Muslim)
Semoga
kita menjadi pribadi yang senantiasa mencintai Rasulullah SAW dan merasakan
nikmatnya ketaatan dan hidup mati kita berada dalam kebaikan. Ketahuilah!
Orang yang paling merugi adalah seorang musafir yang sesat pada akhir
perjalanannya, padahal dia sudah dekat dengan rumahnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar