Mencari
Menteri ESDM Ideal
Ferdy Hasiman ; Peneliti pada Indonesia Today, Jakarta
|
KOMPAS,
15 Oktober 2014
KASUS
korupsi yang menyeret Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik harus
menjadi peringatan bagi presiden terpilih Joko Widodo-JK untuk selektif
memilih menteri ESDM yang strategis dan sentral. Kementerian yang strategis
berpotensi penyalahgunaan wewenang (abuse
of power) yang ujung-ujungnya adalah uang.
Kementerian
ESDM mengontrol Ditjen Minyak dan Gas, Ditjen Mineral dan
Batubara, Ditjen
Listrik, dan Ditjen Energi Baru Terbarukan. Selain itu, masih ada Satuan
Kerja Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan BPH Migas
yang bertugas mendistribusikan BBM dan penanganan pipa migas. Semua bidang
itu berlimpah uang.
Jika
Jokowi-JK mengikuti habitus politik lama, yang berpeluang mengisi posisi
menteri ESDM adalah PDI-P atau orang profesional yang dekat dengan parpol
pemenang pemilu. Habitus lama membuka peluang terjadinya oligopoli dan
oligopsoni.
Oligopoli
adalah penguasaan komoditas oleh beberapa produsen. Oligopsoni adalah
penguasaan komoditas oleh beberapa pembeli. Di sektor migas, merekalah yang
menjadi agen utama barang-barang impor dan ekspor dan sekaligus merenggut
kedaulatan ekonomi.
Tegas dan berani
Menteri
ESDM pada era Jokowi-JK sebaiknya bukan titipan partai politik untuk
mengamankan pundi-pundi ekonomi partai. Bukan juga titipan pengusaha untuk
mengamankan blok-blok minyak dan gas yang akan habis masa kontraknya.
Idealnya pilih yang memiliki visi tentang kedaulatan ekonomi demi
kesejahteraan umum.
Menteri
ESDM harus berani memerintahkan perusahaan-perusahaan batubara, seperti KPC,
Arutmin, Adaro Energy, dan Indika Energy, memasok batubara ke PLN (domestic market obligation), agar
memenuhi kebutuhan listrik domestik. Menteri ESDM tegas menjalankan regulasi
agar produsen batubara tak sekadar mencari untung.
Menteri
ESDM baru harus berani dan mampu mengawal implementasi UU No 4/2009 tentang Mineral
dan Pertambangan. UU tersebut mengamanatkan agar semua perusahaan tambang
lokal-global wajib membangun smelter dalam negeri. Itu artinya, tak ada
cerita bagi perusahaan global, seperti Freeport Indonesia dan Newmont Nusa
Tenggara, untuk mengekspor konsentrat tanpa harus membangunsmelter dalam
negeri.
Konsekuensinya
menteri ESDM harus siap berhadapan dengan tuntutan korporasi lokal yang
pemiliknya dekat dengan parpol. Pemerintah juga akan berhadapan dengan
tuntutan negara asal korporasi yang kerap menekan pemerintah melalui IMF dan
Bank Dunia agar pemerintah melunak.
Untuk
menjalankan tugas konstitusional di atas, menteri ESDM tak cukup jika hanya
dari kalangan profesional dan memiliki keterampilan di sektor hulu-hilir
pertambangan. Ia harus memiliki integritas moral dan keberanian tinggi untuk
mengembalikan kedaulatan pertambangan ke pangkuan konstitusi UUD 1945.
Di
tangan menteri ESDM, fajar baru kedaulatan energi akan ditentukan. Sampai
tahun 2010, hanya 30 persen blok migas yang dikelola perusahaan negara dan
swasta-domestik. Sisanya 70 persen dalam genggaman pihak asing. Itu artinya,
ketersediaan energi di hulu tergantung pada kebaikan hati dan kinerja
perusahaan asing.
Di
tangan menteri ESDM baru, nasib ke-21 blok migas yang akan habis masa kontraknya
2014-2019 akan ditentukan, apakah masih dikontrol korporasi asing atau
membuka ruang bagi Pertamina untuk mengolah blok migas potensial. Kementerian
ESDM juga ditantang untuk menertibkan pertambangan di daerah agar
meningkatkan kontribusi bagi penerimaan negara.
Menteri
ESDM bukan bagian dari mafia, tetapi harus berani melawan mafia. Ia harus
memiliki kacamata investigatif untuk memberantas mafia migas dan mafia
tambang yang telah merugikan negara. Menteri yang tegas dan berani akan mampu
memberantas mafia migas yang membuat harga BBM melambung tinggi.
Harapan rakyat
Jokowi-JK
harus bisa membuktikan komitmen mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
berintegritas. Jokowi-JK harus selektif memilih menteri ESDM yang tak pernah
tersangkut korupsi, independen, dan bebas kepentingan bisnis-politik. Maka,
masukan dari berbagai kalangan, termasuk KPK dan masyarakat, perlu didengar.
Menteri
ESDM baru perlu meningkatkan transparansi dalam pengambilan kebijakan
strategis, seperti tender blok-blok migas yang akan berakhir masa kontraknya
dan alokasi gas.
Selama
ini, mekanisme tender hanya diputuskan para elite dengan dalih, proses dan
mekanisme tender sudah transparan karena sudah diumumkan di media.
Publik
tidak pernah mengetahui mekanisme dan proses penyeleksian perusahaan pemenang
tender. Publik baru paham perusahaan itu setelah KPK menangkap tangan
pemberian suap. Maka, menteri ESDM baru perlu membuka informasi semua calon
peserta tender dan calon pemenang tender.
Kementerian
harus menjelaskan track record
pemenang tender, bagaimana kiprahnya, tenaga kerjanya, dan kepatuhan
perusahaan memenuhi pasokan energi domestik.
Menteri
ESDM baru juga harus mendahulukan pasokan, baik gas maupun batubara untuk
PLN, gas untuk perkuat industri pupuk nasional. Memprioritaskan kebutuhan
domestik menjadi penting agar industri dan ketahanan pangan nasional kita
tahan banting. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar