Pengentasan
Kemiskinan
Rahmat Hidayat ;
Pengajar
di Pascasarjana Universitas Trisakti & Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah-Jakarta,
Anggota Dewan Pakar ICMI, Pengurus Pusat MES dan Ikatan
Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
|
KORAN
SINDO, 11 September 2014
Salah
satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan
yang memerlukan perhatian dan penanganan secara serius, sistematis dan
berkesinambungan (sustainable),
serta memerlukan komitmen bersama untuk mengatasinya.
Ali
bin Abi Thalib, salah seorang khalifah (khulafa-arrasyidin)
mengatakan: “Seandainya kemiskinan berwujud manusia, niscaya aku akan
memeranginya”. Kemiskinan merupakan masalah kompleks dan multidimensional,
alam literatur ekonomi pembangunan dikenal dengan lingkaran setan (vicious cycle) kemiskinan. Pendidikan
yang rendah, produktivitas yang rendah, serta tingkat hidup yang rendah yang
sering kali dijadikan alat pengukur kemiskinan, pada hakikatnya hanyalah
merupakan suatu mata rantai dari sejumlah faktor yang menyebabkan kemiskinan.
Dari
segi politik-ekonomi, kemiskinan sering kali dipahami sebagai hasil dari
relasi (hubungan) kekuasaan dalam masyarakat yang keseluruhannya menciptakan
kondisi miskin. Sebut saja nelayan yang terbelenggu oleh mata rantai
eksploitasi tauke-nelayan, petani gurem yang terjerat dalam belenggu utang
piutang dengan pelepas uang, serta indeks nilai tukar petani yang mengalami
penurunan nilai (deteriorasi) karena tidak mampu beradaptasi dengan sektor
modern.
Dari
segi politik-ekonomi ini, kemiskinan dipandang sebagai konsekuensi dari
proses yang telah mendorong konsentrasi kekayaan dan kekuasaan di satu pihak
dan menumbuhkan masa pinggiran (marginal) yang mempunyai posisi tawar yang
lemah di lain pihak (Moeljarto, 1996).
Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasi miskin menjadi: hampir miskin,
miskin dan miskin kronis. Hampir miskin dengan pengeluaran per bulan per
kepala antara Rp233.740- 280.488 atau Rp7.780-9.350 per orang per hari,
jumlahnya mencapai 30,02 juta; miskin dengan pengeluaran per orang per bulan
per kepala Rp233.740 ke bawah atau sekitar Rp7.780 ke bawah per orang per
hari, jumlahnya mencapai 31 juta; dan sangat miskin (kronis) tidak ada
kriteria berapa pengeluaran per orang per hari.
Tidak
diketahui dengan pasti berapa jumlah pastinya. Namun, diperkirakan mencapai
sekitar 15 juta (Kemenpera, 8 Juli 2014).
Berdasarkan klasifikasi dan kriteria BPS tersebut, total penduduk miskin
(hampir miskin, miskin dan sangat miskin) sebanyak 76,02 juta orang. Bank
Dunia membuat kriteria miskin yaitu orang yang berpenghasilan USD2/orang/
hari. Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah penduduk miskin di Indonesia
diperkirakan sebanyak 47% dari total penduduk Indonesia. Jika jumlah
Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan 246 juta, penduduk miskin diperkirakan
berjumlah 115,62 juta. Berdasarkan kedua kriteria di atas, jumlah penduduk
miskin di Indonesia sangat besar. Kemudian jumlah pengangguran juga sangat
besar.
Untuk
pengangguran terbuka, jumlahnya diperkirakan sebanyak 7,39 juta orang dan
setengah menganggur sebanyak 13,56 juta orang (BPS, Mei 2013). Implikasi dari persoalan di atas menyebabkan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih rendah, berada di peringkat
121 dari 187 negara (UNDP, 2013). Daya saing ekonomi Indonesia juga berada di
ranking ke 38 dari 148 negara yang disurvei dan berada pada ranking ke 5 dari
negara-negara (World Competiveness Year
Book , 2013-2014). Namun di sisi lain penduduk Indonesia yang masuk
kategori kelas menengah jumlahnya cukup besar sekitar 45 juta orang pada 2012
(Mc Kinsey GI, 2012).
Bahkan
berdasarkan dataTribun News Com, 26 Oktober 2011, pendapatan 60 orang terkaya
di Indonesia setara dengan pendapatan 40 juta penduduk miskin. Berbagai data
di atas menunjukkan tingkat kesenjangan kaya vs miskin sangat lebar dan
tergambar juga dari angka rasio gini yang berada pada kisaran 0,43 pada tahun
2013. Tingkat kesenjangan ekonomi di Indonesia sering digambarkan seperti dua
piramida berbalik, di mana sekelompok kecil orang superkaya Indonesia
menikmati bagian terbesar dari sumber daya ekonomi Indonesia, sebaliknya
sebagian besar rakyat Indonesia menikmati bagian terkecil sumber daya ekonomi
Indonesia.
***
Jokowi-JK yang akan dilantik pada 20 Oktober nanti akan menghadapi tantangan
dan tanggung jawab yang berat untuk mengurangi angka kemiskinan secara
signifikan di Indonesia. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan nanti.
Pertama, menjaga pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam lima tahun ke
depan pada kisaran 6,3%- 6,8% bahkan lebih, agar dapat menciptakan lapangan
kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja serta mengurangi tingkat
kemiskinan secara signifikan. Kedua, harus ada grand design dan road map
untuk memutus mata rantai dan lingkaran setan kemiskinan.
Caranya
melalui berbagai kebijakan dan program yang secara nyata berpihak kepada
masyarakat miskin yang harus dilakukan secara terpadu, konsisten dan berkesinambungan.
Ketiga, membuat terobosan untuk memastikan kebutuhan dasar (pokok) rakyat
miskin seperti pendidikan, kesehatan, sanitasi, rumah murah serta kebutuhan
dasar lainnya dapat terpenuhi, antara lain melalui kemudahan akses, harga
yang terjangkau, serta keamanan pasokan (supply).
Keempat, menghapus korupsi di semua lini sampai ke akar-akarnya, karena telah
nyata-nyata merusak dan merugikan masyarakat, bangsa dan negara serta
menyebabkan tidak terpenuhinya pelayanan masyarakat (public services) sebagaimana mestinya.
Kelima,
menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat
yang bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan
masyarakat perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan
kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Keenam, menggalakkan zakat, infak,
sekedah, wakaf, dan dana sosial keagamaan lainnya untuk membantu mengatasi
masalah kemiskinan. Ketujuh, menciptakan pembangunan yang inklusive (development for all), yang melibatkan
dan memberikan akses sebanyak-banyaknya masyarakat termasuk masyarakat
miskin. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin semakin berkurang secara
signifikan dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar