Khalifah
Pun Terkejut
Adiwarman A Karim ;
Peneliti di Center for Indonesian Political
Studies
(CIPS)
Yogyakarta
|
REPUBLIKA,
16 Juni 2014
Jody Kraus, guru besar ilmu
hukum ekonomi di Columbia University, bersama Jules Coleman, guru besar ilmu
hukum di New York University, mengguncang dunia akademik dengan tulisan
mereka, "Morality and the Theory
of Rational Choice".
Menurut mereka, rasionalitas dan
moralitas bukanlah dua kubu yang berseberangan, melainkan satu konsep yang
sama. Rasionalitas adalah proses memaksimalkan kepuasan sedangkan moralitas
adalah proses memaksimalkan kepuasan dengan batasan tertentu. Dalam konsep ini,
moralitas pastilah rasional, namun rasionalitas belum tentu bermoral.
Praktik ekonomi yang bermoral
pastilah rasional dan memberikan keuntungan bisnis nyata. Pelarangan menipu,
mengurangi timbangan, merupakan contoh sederhananya. Dalam transaksi
"tipu-lari", si penipu memang dapat mengambil keuntungan besar,
tapi reputasinya akan rusak dan orang enggan melakukan transaksi bisnis lagi
dengan si penipu.
Dari sisi makroekonomi,
transaksi yang penuh penipuan akan mengecilkan volume perdagangan sehingga
pemerintah berkepentingan mengatur pasar agar bersih dari praktik-praktik
penipuan.
Jeffrey Butler, Paola Giuliano,
Luigi Guiso, para ekonom di National
Bureau of Economic Research Amerika Serikat, menegaskan hal tersebut
dalam penelitian mereka bertajuk "Trust
and Cheating". Bahkan, ketika penipuan itu dilakukan sah secara
hukum, tercederainya rasa keadilan tetap akan mengurangi volume transaksi.
Moral inilah yang membedakan suatu bangsa beradab dan tidak beradab,
civilizeddan uncivilized, santun dan songong.
Ketika khalifah Umar bin Khattab
RA melakukan ronda malam, beliau mendengar seorang ibu miskin penjual susu
meminta anak perempuannya untuk mencampur susu yang akan dijual dengan air.
Anaknya menolak dengan halus dan
mengingatkan, "Amirul Mukminin
melarang kita melakukan hal itu." Ibunya tetap mendesak, bukankah
Amirul Mukminin tidak akan tahu kecurangan itu. Anaknya menjawab, "Ibuku, Amirul Mukminin tidak tahu,
tapi Tuhannya Amirul Mukminin tahu." Khalifah pun terkejut dan
menangis mendengarnya. Anak perempuan itu dinikahkan beliau dengan putranya,
Asim bin Umar.
Umar RA berdoa, "Semoga lahir dari keturunan gadis
ini calon pemimpin Islam yang hebat yang kelak akan memimpin bangsa Arab dan
bangsa-bangsa selain Arab." Dari pernikahan itu lahirlah seorang
anak perempuan bernama Laila yang kemudian menikah dengan Abdul Aziz bin
Marwan. Dari pernikahan inilah lahir seorang pemimpin besar, Umar bin Abdul
Aziz RA. Mencampur susu dengan air adalah rasionalitas, menjaga kualitas susu
murni adalah moralitas.
Zaman pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz sering disebut masa khalifah kelima karena keberhasilan beliau
memulihkan keadaan negaranya seperti di zaman Khula faur Rasyidin,
menghilangkan kebencian dan pertentangan di masyarakat, ketegasannya,
kesederhanaannya, dan kebagusan akhlaknya.
Pada zaman beliaulah, tepatnya
tahun 718 M, seorang maharaja Sriwijaya, Sri Indrawarman, mengirimkan utusan
mengantar surat yang berisi permintaan kepada khalifah untuk mengirim seorang
ulama ke Indonesia yang dapat menjelaskan Islam kepadanya. Ibnu Abdu Rabbih
dalam bukunya, al Iqdu al Farid ,
dan Ibnu Taghribir di dalam bukunya, al
Nujum az Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah, mengutip surat tersebut. "Dari Raja sekalian para raja yang
juga adalah keturunan ribuan raja, yang istrinya pun adalah cucu dari ribuan
raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya
terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala
dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil."
Beliau melanjutkan, "Kepada raja Arab yang tidak
menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah, aku telah mengirimkan kepadamu
bingkisan yang tidak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi
mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya
kepadaku."
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun
terkejut. Beliau membalas surat dan hadiah itu serta mengirim seorang utusan
untuk mengajarkan Islam. Umar bin Abdul Aziz bertambah terkejut ketika
mengetahui bahwa Rasulullah SAW pernah mengirim Ukasyah bin Muhsin al Usdi sebagai
utusan ke Sriwijaya pada 623 M. Ukasyah kembali ke Madinah sebelum Rasulullah
SAW wafat. Ingatan khalifah jauh melayang bahkan sebelum beliau lahir tentang
peristiwa fenomenal sahabat Ukasyah pada akhir-akhir hayat Rasulullah SAW.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz semakin
bertambah terkejut ketika mengetahui sahabat-sahabat besar Rasulullah SAW
pernah mengunjungi dan berdakwah di Indonesia. Habib Bahruddin Azmatkhan
dalam kitab Qishatud Dakwah fil
Arahbiliyyah bahkan mencatat kunjungan sahabat Ali bin Abi Thalib ke
tanah Sunda pada 625 M. Sedangkan, pada 626 M, Jafar bin Abi Thalib ke Jawa
Dwipa, Ubay bin Ka'ab ke Minangkabau, Salman al Farisi dan Abdullah bin Mas'ud
ke Aceh, Abdurrahman bin Muaz bin Jabal ke Tapanuli. Sentuhan para sahabat
besar yang menjamah hati sanubari bangsa Indonesia, nilai-nilai moralitas
terhujam dalam lubuk hati, dibasahi dengan kecintaan kepada Rasulullah SAW,
keluarga, dan sahabat beliau.
Daniel Kahneman, Jack Knetsch,
Richard Thaler, masing-masing dari University
of California Berkeley, Simon Fraser University, Cornell University, secara
bersama-sama menulis "Fairness and
the Assumptions of Economics". Mereka menyimpulkan bahwa masyarakat
akan menetapkan standar rasa adil dalam transaksi-transaksi bisnis.
Masyarakat akan memberikan
insentif kepada pebisnis yang jujur dalam bentuk penghargaan atas reputasi
dan nama baik. Kadang kita lebih suka menunggu taksi lebih lama untuk
mendapatkan taksi dengan reputasi tertentu.
Masyarakat juga akan menghukum
yang tidak jujur dalam bentuk persepsi buruk dan peng hindaran transaksi
dengan mereka. Dalam beberapa kelompok masyarakat bahkan "pemboikotan"
dilakukan tanpa mengajukan keluhan terlebih dulu.
Pasar Indonesia adalah pasar
yang sangat besar, apalagi saat ini ekonomi kita telah masuk 10 besar dunia.
Populasi yang besar, daya beli semakin tinggi, dan porsi usia produktif yang
besar membuat Indonesia too big to be
ignored, terlalu besar untuk diabaikan oleh kekuatan ekonomi manapun.
Pasar yang semakin terdidik dan memiliki pilihan membuat pebisnis harus
semakin menghargai rasa adil masyarakat dalam melakukan transaksi bisnis.
Strategi pencitraan yang tidak
tulus tidak akan bertahan lama suksesnya. Anda mungkin dapat membohongi satu
orang selamanya, Anda mungkin dapat membohongi semua orang dalam satu saat,
tapi Anda tidak akan pernah dapat membohongi semua orang selamanya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar