Rabu, 04 Juni 2014

C2B : Model Operasi Masa Depan

C2B : Model Operasi Masa Depan

Alberto Hanani  ;   Founder dan Managing Partner BEDA & Company
KORAN SINDO,  03 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Saat pelaku bisnis masih melakukan model operasi yang berbasis B2C (business to consumer), Alibaba mulai beralih dari model tersebut. Setelah berkecimpung dan sukses di industri e-commerce. Alibaba, yang adalah perusahaan e-commerce terbesar di dunia saat ini, mempromosikan sebuah model operasi baru, yaitu C2B (consumer to business).

B2C merupakan model operasi inside-out, informasi dan penentuan produk berasal dari produsen kepada konsumen. C2B merupakan kebalikannya. Informasi dan penentuan produk berasal dari konsumen kepada produsen, sebuah model operasi outside-in. Pergeseran dari model operasi tersebut diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan internet dan jejaring sosial. Zeng Ming, Chief of Staff Alibaba, mengatakan bahwa peningkatan itu akan meningkatkan kekuatan konsumen dalam menentukan produk seperti apa yang laku. Konsumen akan menjadi kekuatan utama yang memengaruhi value chain sebuah produk, bukan produsen.

Hal ini menciptakan penciptaan dan pengembangan produk yang diarahkan oleh konsumen, bukan produsen. Saat gelombang baru ini mulai menggilas model operasi yang lama, model bisnis akan mengacu pada customization. Customization menuntut produsen untuk dapat menyesuaikan produknya dengan permintaan yang unik dari masingmasing konsumen. Customization membuat produsen menciptakan kapabilitas baru di dalam organisasinya untuk dapat memenuhi permintaan yang unik tersebut.

Customization memerlukan kemampuan organisasi untuk memberikan produk yang memenuhi kebutuhan unik masing- masing konsumen, variasi yang banyak, diproduksi dalam satuan produksi yang kecil, dan respons yang cepat. Dengan berkembangnya internet dan jejaring sosial, Alibaba percaya bahwa masa depan ecommerce lebih dari sekadar berpindahnya jalur distribusi ke media elektronik. E-commerce adalah C2B, di mana konsumen memiliki kekuatan untuk menentukan produk seperti apa yang mereka mau.

Sukses dengan C2B

Selain Alibaba yang mulai giat mempromosikan dan menjalankan C2B, perusahaan-perusahaan multinasional mulai memperhatikan suara konsumen dan mulai mengaplikasikan C2B. Esteban Kolsky melakukan riset berdasarkan wawancara pimpinan perusahaan-perusahaan multinasional seperti Coba Cola, HP, dan Kraft. Berdasarkan riset tersebut, Kolsky menyatakan bahwa perusahaan- perusahaan tersebut mengadopsi C2B mengingat kecepatan (velocity), volume, validitas, dan nilai (value) dari suara konsumen yang didapat dari jejaring sosial.

Kolsky percaya bahwa perusahaan yang lebih dulu mengadopsi C2B benar-benar meraih keunggulan kompetitif. C2B memungkinkan perusahaan untuk memenuhi keinginan konsumen secara tepat, merespons kebutuhan secara cepat dan berinovasi lebih dahulu. Hal tersebut menciptakan loyalitas konsumen yang lebih tinggi. Kolsky menyampaikan aplikasi C2B yang komprehensif mencakup tiga hal utama. Pertama, kemampuan mengasimilasi informasi dalam langkah yang sistematis mengenai konsumen dan pasar.

Kedua, C2B menuntut operasionalisasi dari set data yang sama dari seluruh anggota perusahaan untuk secara tepat menentukan respons yang paling tepat bagi konsumen. Ketiga, menjalin kerja sama dengan konsumen mengenai bagaimana seharusnya bisnis itu dijalankan. Untuk dapat menjalankan aplikasi C2B yang komprehensif tersebut, disampaikan lima langkah kunci untuk diambil agar perusahaan dapat melaksanakan model operasi C2B yang efektif. Pertama, menciptakannya sebagai inisiatif strategis. Mengadopsi model operasi yang baru memerlukan adopsi keseluruhan dari anggota dan bagian organisasi.

Oleh karena itu, arah dari pemimpin puncak menjadi penting mengenai perubahan ini. Kedua, adopsi model operasi ini harus dijalankan pada seluruh lini dan fungsi di dalam organisasi. Adopsi ini memerlukan keterlibatan seluruh lini dan fungsi, mengingat perubahan ini merupakan perubahan mendasar model operasi untuk mendasarkan pengambilan keputusan berdasarkan informasi konsumen dan pasar. Ketiga, menciptakan satu set data yang terukur mengenai pasar dan konsumen. Informasi di internet dan jejaring sosial sangat beragam dan tidak terkalibrasi.

Perusahaan perlu menentukan satu set data yang relevan dan terukur dalam memahami pasar dan konsumen. Informasi yang terstandarisasi akan memudahkan pengumpulan data dan membangun pemahaman yang sama di antara berbagai fungsi dan lini di dalam organisasi. Keempat, menyusun laporan yang berbasis media sosial. Berdasarkan studi, Kolsky mendapati bahwa 70% dari perusahaan- perusahaan yang menjadi objek studinya memiliki laporan berbasis media sosial. Laporan berbasis media sosial mencakup pengukuran aktivitas di media sosial, indikator kinerja kunci tertentu, dan metodologi tertentu yang relevan dengan kebutuhan spesifik organisasi.

Kelima, bekerja sama dengan konsumen untuk cocreate (menciptakan bersama) dan co-market (memasarkan bersama). Dengan adanya data set yang kaya mengenai konsumen dan pasar, perusahaan dapat mendorong konsumen yang puas untuk menciptakan bersama inovasi produk dan membantu memasarkan produk-produk perusahaan. Menjadi bisnis yang berbasis C2B memerlukan komitmen dan perubahan organisasi yang menyeluruh. Dengan gelombang internet dan jejaring media yang kuat, model bisnis ini menjanjikan kesempatan yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar