C2B
: Model Operasi Masa Depan
Alberto
Hanani ; Founder dan Managing Partner BEDA & Company
|
KORAN
SINDO, 03 Juni 2014
Saat
pelaku bisnis masih melakukan model operasi yang berbasis B2C (business to consumer), Alibaba mulai
beralih dari model tersebut. Setelah berkecimpung dan sukses di industri e-commerce. Alibaba, yang adalah
perusahaan e-commerce terbesar di
dunia saat ini, mempromosikan sebuah model operasi baru, yaitu C2B (consumer to business).
B2C
merupakan model operasi inside-out, informasi dan penentuan produk berasal
dari produsen kepada konsumen. C2B merupakan kebalikannya. Informasi dan
penentuan produk berasal dari konsumen kepada produsen, sebuah model operasi outside-in. Pergeseran dari model
operasi tersebut diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan internet dan
jejaring sosial. Zeng Ming, Chief of
Staff Alibaba, mengatakan bahwa peningkatan itu akan meningkatkan
kekuatan konsumen dalam menentukan produk seperti apa yang laku. Konsumen
akan menjadi kekuatan utama yang memengaruhi value chain sebuah produk, bukan
produsen.
Hal ini
menciptakan penciptaan dan pengembangan produk yang diarahkan oleh konsumen,
bukan produsen. Saat gelombang baru ini mulai menggilas model operasi yang
lama, model bisnis akan mengacu pada customization. Customization menuntut
produsen untuk dapat menyesuaikan produknya dengan permintaan yang unik dari
masingmasing konsumen. Customization membuat produsen menciptakan kapabilitas
baru di dalam organisasinya untuk dapat memenuhi permintaan yang unik
tersebut.
Customization memerlukan kemampuan organisasi
untuk memberikan produk yang memenuhi kebutuhan unik masing- masing konsumen,
variasi yang banyak, diproduksi dalam satuan produksi yang kecil, dan respons
yang cepat. Dengan berkembangnya internet dan jejaring sosial, Alibaba
percaya bahwa masa depan ecommerce lebih dari sekadar berpindahnya jalur
distribusi ke media elektronik. E-commerce adalah C2B, di mana konsumen
memiliki kekuatan untuk menentukan produk seperti apa yang mereka mau.
Sukses dengan C2B
Selain
Alibaba yang mulai giat mempromosikan dan menjalankan C2B,
perusahaan-perusahaan multinasional mulai memperhatikan suara konsumen dan
mulai mengaplikasikan C2B. Esteban Kolsky melakukan riset berdasarkan
wawancara pimpinan perusahaan-perusahaan multinasional seperti Coba Cola, HP,
dan Kraft. Berdasarkan riset tersebut, Kolsky menyatakan bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut mengadopsi C2B mengingat kecepatan (velocity), volume,
validitas, dan nilai (value) dari suara konsumen yang didapat dari jejaring
sosial.
Kolsky
percaya bahwa perusahaan yang lebih dulu mengadopsi C2B benar-benar meraih
keunggulan kompetitif. C2B memungkinkan perusahaan untuk memenuhi keinginan
konsumen secara tepat, merespons kebutuhan secara cepat dan berinovasi lebih
dahulu. Hal tersebut menciptakan loyalitas konsumen yang lebih tinggi. Kolsky
menyampaikan aplikasi C2B yang komprehensif mencakup tiga hal utama. Pertama,
kemampuan mengasimilasi informasi dalam langkah yang sistematis mengenai
konsumen dan pasar.
Kedua,
C2B menuntut operasionalisasi dari set data yang sama dari seluruh anggota
perusahaan untuk secara tepat menentukan respons yang paling tepat bagi
konsumen. Ketiga, menjalin kerja sama dengan konsumen mengenai bagaimana
seharusnya bisnis itu dijalankan. Untuk dapat menjalankan aplikasi C2B yang
komprehensif tersebut, disampaikan lima langkah kunci untuk diambil agar
perusahaan dapat melaksanakan model operasi C2B yang efektif. Pertama,
menciptakannya sebagai inisiatif strategis. Mengadopsi model operasi yang baru
memerlukan adopsi keseluruhan dari anggota dan bagian organisasi.
Oleh
karena itu, arah dari pemimpin puncak menjadi penting mengenai perubahan ini.
Kedua, adopsi model operasi ini harus dijalankan pada seluruh lini dan fungsi
di dalam organisasi. Adopsi ini memerlukan keterlibatan seluruh lini dan
fungsi, mengingat perubahan ini merupakan perubahan mendasar model operasi
untuk mendasarkan pengambilan keputusan berdasarkan informasi konsumen dan
pasar. Ketiga, menciptakan satu set data yang terukur mengenai pasar dan
konsumen. Informasi di internet dan jejaring sosial sangat beragam dan tidak
terkalibrasi.
Perusahaan
perlu menentukan satu set data yang relevan dan terukur dalam memahami pasar
dan konsumen. Informasi yang terstandarisasi akan memudahkan pengumpulan data
dan membangun pemahaman yang sama di antara berbagai fungsi dan lini di dalam
organisasi. Keempat, menyusun laporan yang berbasis media sosial. Berdasarkan
studi, Kolsky mendapati bahwa 70% dari perusahaan- perusahaan yang menjadi
objek studinya memiliki laporan berbasis media sosial. Laporan berbasis media
sosial mencakup pengukuran aktivitas di media sosial, indikator kinerja kunci
tertentu, dan metodologi tertentu yang relevan dengan kebutuhan spesifik
organisasi.
Kelima, bekerja sama dengan konsumen untuk cocreate (menciptakan
bersama) dan co-market (memasarkan bersama). Dengan adanya data set yang kaya
mengenai konsumen dan pasar, perusahaan dapat mendorong konsumen yang puas
untuk menciptakan bersama inovasi produk dan membantu memasarkan
produk-produk perusahaan. Menjadi bisnis yang berbasis C2B memerlukan
komitmen dan perubahan organisasi yang menyeluruh. Dengan gelombang internet
dan jejaring media yang kuat, model bisnis ini menjanjikan kesempatan yang
besar. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar