Apresiasi
untuk Alan Turing dan Lady Gaga
Tunggal
Pawestri ; Aktivis
Perempuan dan Anggota Klub Feminist Queer Menulis
SUMBER
: KORAN
TEMPO, 24 Mei 2012
Tidak banyak orang yang mengenal pria bernama
Alan Turing. Namun hampir semua mahasiswa elektro atau yang mempelajari ilmu
komputer pasti mengenalnya. Ia adalah ilmuwan matematika, seorang jenius asal
Inggris yang merupakan peletak dasar ilmu komputasi dan ilmu komputer modern.
Turing, dengan keahlian yang dimiliki, membantu pemerintah Inggris memecahkan
kode Enigma Nazi pada saat perang dunia kedua.
Pada 1952, ia melaporkan kejadian pencurian
yang dilakukan teman kencannya ke kantor polisi. Alih-alih polisi memeriksa
kasus pencurian tersebut, Alan Turing justru dikriminalkan oleh kepolisian
berdasarkan Criminal Law Amendment Act
1885 Section 11 karena teman kencannya adalah laki-laki. Turing diminta
memilih antara dihukum penjara atau hukuman percobaan dengan kewajiban
mengikuti terapi berupa penyuntikan hormon estrogen untuk mengurangi libido.
Turing memilih ikut terapi.
Pada 7 Juni 1954, Turing ditemukan meninggal
dunia di tempat tidurnya. Di samping tempat tidurnya ditemukan sebutir buah
apel bekas gigitannya yang mengandung racun sianida. Penyelidik menyimpulkan
bahwa Alan Turing meninggal dunia karena bunuh diri. Logo apel tergigit
diyakini sebagai penghormatan kepada Turing. Tapi Steve Jobs dan Steve Wozniak
menyangkalnya. Namun mereka mengakui Alan Turing berkontribusi besar terhadap
kemajuan teknologi komputer dan ponsel pintar. Inggris menghapus hukum yang
mengkriminalkan homoseksual pada 1967.
Bullying
Sebuah studi pernah dilakukan oleh Brian
Mustanski, peneliti dari Universitas Northwestern, Chicago, Illinois, dan
diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine pada Februari
2012. Terungkap bahwa 94 persen remaja LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan
transgender) yang menjadi responden pernah mengalami setidaknya dicemooh,
diludahi, dirusak barangnya, diancam, atau bahkan diserang. Sebanyak 31,3
persen dari remaja ini pernah mencoba bunuh diri.
September 2011, James Rodemeyer, seorang
remaja berusia 14 tahun, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah tak
sanggup menghadapi ejekan atau bully terus-menerus karena preferensi
seksualnya. Pada awal tahun ini, Eric James Borges, seorang remaja berusia 19
tahun, bunuh diri tepat sebulan setelah memfilmkan pengakuannya dan berkampanye
untuk tidak berhenti menyerah yang ditujukan kepada kaum muda LGBT lainnya.
Dalam video tersebut, Borges secara terbuka menyatakan bahwa tiap hari ia
diserang baik secara mental maupun fisik karena orientasi seksualnya. Ia pun
menceritakan bagaimana ibunya memanggil dukun pengusir setan untuk
"menyembuhkannya" sebelum kemudian mengusirnya dari rumah.
Meski belum ada dokumentasi yang lengkap,
diskriminasi, persekusi, dan kekerasan juga kerap dialami oleh remaja LGBT di
Indonesia. Dalam sebuah studi yang dilakukan pada 2010, Institut Ardhanary
menemukan bahwa sembilan dari sepuluh LGBT yang mereka wawancarai pernah
mengalami kekerasan, baik psikis maupun fisik. Pelakunya bisa berasal dari
keluarga, aparat penegak hukum, hingga masyarakat umum.
Penerimaan Diri
Secara psikologis, dampak yang paling sering
dirasakan oleh korban kekerasan adalah depresi, stres, rendah diri, bahkan
keinginan untuk bunuh diri. Karena itu, salah satu rekomendasi utama dari studi
yang dilakukan oleh Mustanki adalah pentingnya membangun sebuah mekanisme
pendukung bagi kaum remaja LGBT; mekanisme untuk mengurangi kekerasan,
diskriminasi, dan angka bunuh diri. Selain dukungan dari keluarga dan
lingkungan sekitar, penting untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja LGBT.
Tak dapat dimungkiri, pada titik itulah Lady
Gaga memiliki peran dan berkontribusi besar. Tahun lalu, Trevor Project, sebuah
organisasi internasional yang fokus pada kampanye advokasi LGBT dan anti-bullying,
memberikan penghargaan buatnya. Bersama ibunya, ia pun mendirikan sebuah
yayasan yang menargetkan pemberdayaan kaum remaja agar menjadi lebih percaya
diri, berani, kuat, dan penuh toleransi. Nama yayasan tersebut diambil dari
salah satu judul lagunya yang juga kemudian dipakai sebagai judul tur keliling
dunianya, yakni "Born This Way".
Dalam lagu tersebut, Lady Gaga menekankan
pentingnya menjadi diri sendiri tanpa harus takut dan rendah diri. Lirik lagu
tersebut juga mempromosikan toleransi serta penghargaan terhadap perbedaan.
Maka, harap diingat, tatkala Anda mungkin merasa telah mengambil keputusan
paling bijak dan benar dengan melarang Lady Gaga berkonser di Indonesia, bisa
jadi Anda ikut andil "membunuh" semangat dan kepercayaan diri kaum
remaja. Atau, bisa jadi Anda telah secara tak langsung "membunuh"
Alan Turing masa depan.
Bagi saya, saat seorang remaja memutuskan
bunuh diri atau menutup diri karena tak sanggup menghadapi diskriminasi dan
kekerasan yang tinggi dari lingkungan sekitarnya, sesungguhnya kita semua
berutang kehidupan kepadanya. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar