Apa Itu Puasa
Intermiten Yosea Arga Pramudita : Meminati isu-isu urban dan lingkungan |
MAJALAH TEMPO, 4
September 2023
SUDAH cukup lama Menteri
Luar Negeri Retno Marsudi memilih menjalani intermittent fasting, pengaturan
pola makan dengan cara berpuasa. Selain berpuasa intermiten, beberapa tahun
terakhir Retno sudah tidak mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, terutama
nasi. “Setiap hari saya intermiten,” katanya saat berbincang dengan Tempo di
ruang kerjanya di gedung Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon,
Jakarta Pusat, Selasa, 29 Agustus lalu. Selama menjalani puasa
intermiten, Retno biasanya mengakhiri konsumsi makanan pada pukul 1 atau 2
siang. Setelah itu, dia akan berpuasa. Dia akan kembali makan esok paginya.
Pada jam sarapan, dia biasa memakan alpukat atau pepaya. Kadang ia juga
menyantap roti panggang. Saat makan siang, Retno memperkaya nutrisi dengan
asupan vitamin dan sayur-sayuran. Meski begitu, Retno kadang
memberi jeda pada puasa intermiten yang ia jalani. Biasanya hal itu ia
lakukan untuk sekadar meredakan keinginan makan. Apabila hendak menyantap
kudapan, Retno akan makan secukupnya. “Jadi let it go, tapi basic-nya adalah
hidup sehat. Hidup sehat berarti makannya hati-hati, ya, karena sudah tidak
muda lagi,” ujar perempuan yang lahir di Semarang, 27 November 1962, ini. Tak hanya berpuasa
intermiten, Retno juga rutin berolahraga joging atau jalan kaki setiap pagi
sebelum bekerja untuk membuat kondisi kesehatannya lebih optimal. Hasilnya,
ia merasakan efek yang sangat positif: tubuhnya tetap bugar dan tidak mudah
sakit. Meski digempur rutinitas yang padat sebagai pejabat pemerintahan,
perempuan 60 tahun ini masih tampak fit dan sehat. Pagi itu, sebelum menerima
Tempo di ruang kerjanya, mengenakan busana bernuansa monokrom, Retno lebih
dulu menerima kunjungan tamu dari Amerika Serikat. Lalu ia menjalani sesi
wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta. Intermittent fasting juga
menjadi pilihan dokter Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) sebagai metode diet
untuk menjaga kebugaran dan menurunkan berat badan. Awalnya, pada 2017, Ketua
Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ini merasa tidak bugar
lantaran bobotnya mencapai 97 kilogram. Ketika menyetir mobil, Piprim kerap
dilanda kantuk. Kadang, saat sedang duduk, dia bisa tiba-tiba tertidur. Piprim kemudian mencari
referensi dan rujukan tentang diet untuk menurunkan berat badan. Akhirnya dia
memilih intermittent fasting. Pola diet puasa ia imbangi dengan rutinitas
berolahraga. “Setelah menjalaninya sekitar setahun, berat badan saya turun
menjadi 69 kilogram,” kata Piprim kepada Tempo, Rabu, 23 Agustus lalu. Sudah hampir enam tahun
pria yang lahir pada 15 Januari 1967 itu menjalani puasa intermiten. Piprim
biasa menjalani diet puasa pada Senin-Jumat setiap pekan. Dia memilih
berpuasa selama 16 jam dengan waktu makan 8 jam. Dia akan makan pada pukul 12
siang dan berhenti sebelum pukul 8 malam. Khusus pada Senin dan
Kamis, Piprim biasa mengkombinasikan pola itu dengan puasa sunah. Dengan
demikian, durasi berpuasanya bisa lebih lama. “Kalau makan terakhir pukul 9
malam, mungkin 21 jam saya puasa. Itu kosong kalori,” ujar Piprim. Selain mengatur durasi
berpuasa, Piprim sangat memperhatikan jenis makanan yang akan ia konsumsi.
Menurut dia, makanan yang dikonsumsi untuk hidup sehat dan bugar harus
bergizi tinggi serta kaya nutrisi. Dia sudah lama menghindari makanan junk
food yang miskin protein. “Saya kembali ke real food,” katanya. Selama menjalani diet puasa,
Piprim menghindari makanan dengan kandungan kalori tinggi tapi miskin
nutrisi, seperti makanan berbahan tepung dan aneka minuman manis. Dia banyak
memperkaya asupan nutrisi dengan makanan yang kaya serat seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan. Piprim juga menghindari
konsumsi karbohidrat berlebih, terutama pada Sabtu dan Ahad—saat dia libur
berpuasa intermiten. Saat hendak makan masakan Padang, misalnya, dia hanya
akan menyantap lauknya, seperti kikil, tunjang, atau sup kepala kakap.
"Tetap, tidak pakai nasi," ucapnya. Kadang dia juga menyantap sate
atau rawon ketika sedang tak berpuasa intermiten. Merujuk sejumlah
literatur, menurut Piprim, berpuasa bisa meningkatkan sinyal autofagi, yakni
proses metabolisme berupa pemecahan komponen sel melalui lisosom. Apabila
tidak ada kalori yang masuk ke dalam tubuh, proses autofagi akan
menghancurkan sel-sel yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi. Ada dua kondisi yang
menyebabkan berlangsungnya proses autofagi. Pertama, ketika seseorang
kekurangan oksigen. Piprim mencontohkan seseorang yang berolahraga hingga
terengah-engah. Sinyal autofagi akan menguat ketika pembakaran kalori
berlangsung. Dengan begitu, unsur-unsur sampah akan dihilangkan dan ada
energi baru. Kedua, autofagi akan terjadi ketika seseorang berpuasa dalam
jangka waktu yang cukup panjang. Karena itu, Piprim tidak
hanya menjalani puasa intermiten. Dia juga rutin berolahraga untuk menguatkan
sinyal autofagi. “Hal itu sering saya lakukan. Jadi saya sering berolahraga
ketika sedang puasa intermiten. Kan, selama berpuasa intermiten kita masih
bisa minum air putih, sehingga tidak terlalu berat,” tutur Piprim. Piprim selalu menyempatkan
diri berolahraga di tengah rutinitasnya yang padat. Bagi dia, olahraga bisa
dilakukan di mana saja dan kapan saja. Makanya dia melengkapi ruang kerjanya
dengan empat kettlebell yang tersusun rapi di bagian pojok. Bobot dua alat latihan
beban berwarna hitam yang berbentuk seperti meriam peluru dengan pegangan
tersebut 20 kilogram dan 24 kilogram. Dua lainnya yang berwarna kuning
masing-masing berbobot 16 kilogram. Empat kettlebell di ruang kerjanya itu
menjadi penunjang untuk menjaga dirinya tetap bugar. Piprim juga memilih
berolahraga sambil berpuasa untuk menguatkan pembakaran lemak dalam tubuh.
Bahkan, ketika berpuasa pada Ramadan, ia kerap berolahraga ringan. “Makanya
hal ini bagus buat orang-orang dengan obesitas, yang memang butuh pembakaran
ekstra-kalori dalam tubuhnya,” ujar pria 56 tahun itu. Supaya memberikan hasil
maksimal, Piprim menambahkan, pola diet puasa ini perlu dibarengi dengan
berolahraga. “Kalau orang hanya berpuasa tanpa berolahraga, ya badannya
peyot. Ketika tua, rapuh. Saya kira itu yang harus dibudayakan,” ucapnya. ••• INTERMITTENT fasting
adalah metode diet yang menerapkan pengaturan pola makan dengan berpuasa.
Metode ini umumnya dilakukan dengan waktu puasa 16 jam dan 8 jam untuk
mengkonsumsi makanan sehingga dikenal sebagai metode 16/8. Dengan pola diet
tersebut, orang-orang biasanya makan terakhir pada pukul 8 malam dan tidak menyantap
sarapan esoknya. Selanjutnya, mereka akan kembali makan pada siang. Belakangan, puasa
intermiten menjadi pilihan banyak orang sebagai salah satu metode diet untuk
menurunkan berat badan. Pola diet ini juga diyakini ampuh menurunkan indeks
massa tubuh dan lemak tubuh. Alasan lain: metode ini bisa diterapkan untuk
menjaga kebugaran tubuh. Apalagi orang yang menjalaninya masih boleh minum
air putih meski sedang berpuasa. Selain Menteri Retno
Marsudi dan Piprim Basarah Yanuarso, penyanyi Tika Panggabean menjalani
metode diet ini . Sudah hampir 10 tahun anggota grup musik Project Pop itu
berpuasa intermiten. Tika melakukannya secara bertahap. Mula-mula ia
menerapkan metode 12/12, yakni 12 jam berpuasa dan 12 jam untuk mengkonsumsi
makanan. Perempuan 52 tahun itu
mengakhiri aktivitas makan pada pukul 8 malam. Setelah itu, Tika akan
berpuasa dengan durasi waktu tak terlalu lama, yakni 12 jam. Dia lantas
kembali mengkonsumsi makanan pada pukul 8 pagi. “Pada fase ini,
tantangannya tidak terlalu berat dan masih bisa saya atasi. Apalagi selama
berpuasa masih boleh minum air putih atau teh dan kopi tanpa gula,” kata Tika
ketika berbincang dengan Tempo, Rabu, 23 Agustus lalu. Tika kemudian memangkas
durasi makannya menjadi 8 jam dan menambah waktu berpuasa menjadi 16 jam.
Bahkan sejak 2014 dia menerapkan metode 20/4 dengan menurunkan waktu makannya
menjadi 4 jam. Namun belakangan dia kadang mengkombinasikannya dengan pola
puasa 16 jam dan jendela makan 8 jam. Dengan metode 20/4, Tika
biasa memulai aktivitas makan pada pukul 2 siang. Dia biasa menyantap nasi
hitam atau nasi porang. Sebagai lauk-pauk, dia memilih sayur-sayuran dan
makanan berprotein tinggi. Sebagai alternatif, dia menyantap gado-gado atau
karedok. Setelah itu, Tika tidak
makan berat lagi. Dia memilih menyantap kudapan seperti kue. Sesekali dia
memanjakan lidahnya, misalnya bila ingin menyantap es krim. “Ya, tapi
lagi-lagi porsinya sedikit aja, ya,” ujarnya. Menginjak pukul 6 petang, Tika
lantas mengakhiri segala aktivitas makannya. Meski merasa tantangan di
awal menjalani diet puasa tidak terlalu berat, Tika rupanya harus berhadapan
dengan pola pikirnya sendiri. Sementara sebelumnya bisa makan kapan saja, dia
kini harus benar-benar bisa mengerem keinginannya. Sejak awal Tika tidak punya
target muluk-muluk dalam berpuasa intermiten. Dia hanya ingin hidup sehat
tanpa tujuan utama menurunkan berat badan. Menurut dia, selama ini banyak
sekali makanan yang sebenarnya tidak terlalu penting masuk ke tubuhnya.
Bahkan hal itu kerap terjadi pada jam-jam saat semestinya tubuhnya tidak
menerima asupan makanan. “Ya, tujuannya ingin hidup sehat saja,” ucap Tika.
Sejak saat itu, dia jarang sekali menimbang berat badannya. Selain rutin menjalani
diet dengan berpuasa, Tika menerapkan gaya hidup sehat dengan ajek
berolahraga. Pada medio 2019-2020, ketika pandemi Covid-19 merebak, pemeran
Mak Doru dalam film Ngeri-Ngeri Sedap itu menghabiskan banyak waktu dengan
berjalan kaki dan berenang. “Karena, kalau kita cuma mengandalkan
intermittent, tidak bergerak, kayaknya itu yang bikin stagnan,” tuturnya. Sejak Tika menerapkan
metode puasa intermiten dan rajin berolahraga, banyak rekannya yang merasa
pangling melihat perubahan fisiknya. Mereka pun menanyakan strategi apa yang
ia tempuh hingga bisa mendapatkan fisik yang bugar tersebut. “Ya, saya bilang
dengan menjalani diet intermittent fasting.” Delapan bulan terakhir,
puasa intermiten juga menjadi pilihan Lilu Fitriani, 29 tahun, sebagai gaya
hidup sehat. Awalnya karyawan swasta yang berbasis di Jakarta ini tertarik
pada jargon pola diet itu yang menyebutkan makanan apa saja bisa disantap
ketika jendela makan dibuka. Dia juga merasa jenuh dengan menu makanan yang
sudah terpola ketika menjalani diet tertentu. Seiring dengan waktu, Lilu
makin sadar dan ketat dalam memilih makanan yang hendak ia konsumsi.
"Akhirnya jadi sadar sendiri dengan apa yang dimakan karena merasa badan
lebih enteng dan tidak gampang capek,” kata Lilu. Pada bulan pertama, Lilu
langsung menjajal diet ini dengan bantuan aplikasi yang bisa diunduh di
platform iOS. Aplikasi itu, Lilu menjelaskan, bisa mengkalkulasi durasi puasa
dan jenis makanan yang sesuai dengan selera. Dia mengatakan informasi itu
bisa menjadi rujukan bagi dia yang baru pertama kali mencoba puasa
intermiten. Lilu juga mengisi waktu
dengan berolahraga. Dalam seminggu dia bisa lima kali berolahraga yoga
ataupun pilates. “Tapi memang jadi tidak sengaja turun 3 kilogram dari berat
saya biasanya,” ujarnya. Maria A. Lapian, 49 tahun,
juga menempuh strategi diet intermiten sebagai upaya menjaga kebugaran
tubuhnya. Perempuan yang aktif di Komunitas Nulis Aja Dulu itu baru menjajal
metode diet ini sekitar empat bulan lalu. Durasi puasa yang ia tempuh bisa
berkisar 14-16 jam. Maria mengaku tidak
membatasi secara khusus jenis makanan yang ia konsumsi. Dalam praktiknya, dia
hanya mengurangi porsi makan sehari-hari. Meski manfaatnya belum terasa
secara signifikan, sejak menjalani diet itu Maria merasa tubuhnya menjadi
lebih nyaman. "Kalau aku intermittent belajar sendiri saja dengan tetap
menjaga stamina sehari-hari, seperti minum air putih yang cukup dan
mengkonsumsi suplemen,” katanya. Adapun Ridwan Tjandra, 48
tahun, punya alasan lain untuk berpuasa intermiten. Lelaki yang sehari-hari
bekerja sebagai desainer grafis itu sudah dua tahun menjalani diet puasa
dengan tujuan menurunkan kadar gula darah. Ridwan akan mengakhiri aktivitas
makan pada pukul 7 malam. “Jadi durasi puasanya 16-18 jam, tergantung
kesibukan,” ucapnya. Ridwan mulai menerapkan
diet puasa dengan mengurangi asupan karbohidrat dan gula. Makanan yang
menjadi prioritasnya adalah telur, daging, dan kacang-kacangan. “Apabila
masih mengkonsumsi karbohidrat dan gula, diet yang saya lakukan menjadi tidak
efektif, dong,” tutur Ridwan. ••• DOKTER spesialis gizi
klinik, Diana Felicia Suganda, menyebutkan diet puasa intermiten menjadi
salah satu jalan bagi orang-orang yang mempunyai nafsu makan tinggi. Dengan
penerapan diet ini, jam makan akan relatif lebih teratur. Cara ini bisa mulai
dijalani dengan jendela makan yang tidak terlalu sempit. Misalnya berpuasa
dengan durasi 12 jam dan jendela makan 12 jam. Apabila badan sudah mulai
beradaptasi dan tidak ada keluhan kesehatan, jendela makan bisa dipangkas
atau dipersempit. “Intermittent fasting membantu mengurangi jam makan sehingga
idealnya diharapkan, dengan jam makan yang lebih sedikit, orang-orang lebih
sedikit intake makanannya," kata Diana kepada Tempo. Dalam menjalani diet
tersebut, prinsip gizi seimbang turut menjadi poin penting yang disoroti
Diana. Menurut dia, harus diperhatikan pula pilihan makanan yang hendak
dikonsumsi ketika jendela makan berlangsung. Artinya, ada hal-hal lain yang
harus diperhatikan, seperti protein, vitamin, mineral, dan kadar karbohidrat
yang masuk ke tubuh. “Jadi jangan sampai ada pikiran kita yang
penting sudah berpuasa, jadi pada saat jendela makan, yang dikonsumsi bisa
apa saja,” ujar Diana. Puasa intermiten juga
memberi tubuh kesempatan tidak mendapatkan energi dari luar. Dengan rentang
waktu berpuasa 12-18 jam, misalnya, tubuh akan mencari sumber energi dari
cadangan lemak. "Sehingga terjadi fatless atau pengurangan massa lemak.
Itu sebenarnya yang bisa menjadi salah satu manfaat intermittent fasting
ini,” ucap Diana. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/gaya-hidup/169619/apa-itu-puasa-intermiten |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar