Cerita di Balik Drone Elang Hitam yang
Gagal Terbang Zacharias Wuragil : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 27
Agustus 2023
PENGEMBANGAN Pesawat Udara
Nir Awak Medium Altitude Long Endurance atau PUNA MALE Elang Hitam bermula
pada 2015 dan melibatkan konsorsium besar pada 2017. Progresnya sudah sampai
tahap pengujian di darat pada akhir 2021. Dengan kemampuan durasi terbang
selama 24 jam dan jangkauan terbang hingga 250 kilometer, sejatinya inilah
bakal drone tercanggih yang bisa diproduksi Indonesia. Konsorsium besar di balik
Elang Hitam adalah Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, PT Dirgantara Indonesia
(PTDI), Institut Teknologi Bandung, PT Len Industri, dan yang belakangan
bergabung Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Tak mengherankan kalau
EH1, kode untuk Elang Hitam, masuk daftar prioritas riset nasional 2020-2024
sebagai drone militer alias kombatan. Pengujian di darat yang
dilakukan berupa taxi kecepatan rendah dan tinggi. Taxi adalah fase
pergerakan pesawat terbang di darat. Pengujian dilakukan di area PTDI di
Bandung. Hasilnya mengundang rasa puas para insinyurnya, termasuk Joko
Purwono, kepala teknisi Elang Hitam saat itu. "Walaupun belum otonom.
Kami menggunakan operator waktu itu," katanya saat ditemui di Kawasan
Sains Terpadu BJ Habibie, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin, 21
Agustus lalu. Pada Desember 2021, Elang
Hitam menjalani uji terbang perdana di lapangan terbang Nusawiru,
Pangandaran, Jawa Barat. Semua terpantau baik dengan drone menderu dan melaju
di atas landas pacu. Namun, saat mencapai jarak sekitar 1.400 meter, bukannya
lepas landas, Elang Hitam malah sedikit oleng. Keputusan cepat
membatalkan lepas landas pun diambil operator. Elang Hitam dibuat meluncur
bebas tanpa daya dorong, tapi nahas, landasan sudah tak tersisa. Diawali
beberapa kali mengalami selip, EH1 akhirnya terjerembap di rerumputan. Hasil analisis saat itu
menunjukkan pompa bahan bakar tidak bekerja optimal sehingga torsi kurang
memberi daya dorong maksimal bagi pesawat untuk bisa terbang. "Itu mudah
diperbaiki dan abort seperti ini biasa terjadi demi keselamatan
pesawat," tutur Joko. Masalahnya, roda Elang
Hitam patah. Kerusakan ini membutuhkan perbaikan dengan menariknya pulang ke
Bandung dan menunggu anggaran baru untuk penggantian. Joko membeberkan, roda
pendaratan termasuk bagian yang belum bisa dibuat sendiri oleh tim
konsorsium. Begitu juga mesin, sistem avionik, tangki bahan bakar, dan sistem
kendali terbang. “Kami baru mandiri untuk
desain, struktur, dan manufaktur. Kemudian operasi, integrasi, dan
pemeliharaan," kata Joko. "Ini biasa untuk tahap awal riset."
Yang tak biasa adalah lahirnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang
menghentikan dana pengembangan Elang Hitam pada 2022. Tenggat kembali ke
Nusawiru pada Maret 2022 pun berlalu begitu saja. "Padahal sudah di
ujung fase prove of concept bahwa ia bisa terbang," ucap Joko. Elang Hitam pun padam
sebelum terbang. Kementerian Pertahanan mengkonfirmasi pada akhir Juli lalu
telah membeli drone baru, Anka, dari Turki. “Kenapa (membeli) Anka? Karena
Elang Hitam masih dalam tahap awal pengembangan. Setelah itu mengajukan
permohonan sertifikasi, butuh sekitar tiga tahun lagi,” kata juru bicara
Kementerian Pertahanan, Edwin Adrian Sumantha, Rabu, 23 Agustus lalu. Kepala Pusat Riset
Teknologi Penerbangan BRIN Fadilah Hasyim membenarkan kabar bahwa PUNA MALE
Elang Hitam tak lagi menjadi prioritas. BRIN, Fadilah mengungkapkan,
menerapkan skema riset berbeda yang lebih mengarah pada teknologi wahana
nirawak tersebut. Misalnya membentuk kelompok riset khusus untuk mendalami
struktur agar Elang Hitam bisa lebih ringan atau mengembangkan sistem kendali
terbangnya. Konsekuensinya, Elang
Hitam sebagai produk pengembangan teknologi kini dipinjamkan secara utuh dan
lengkap kepada PTDI. "Karena ia produk jadi, diharapkan yang
mengembangkan adalah industri," tutur Fadilah. Asisten Manajer Komunikasi
Eksternal PTDI Kerry Apriawan mengatakan pengembangan PUNA MALE Elang Hitam
masih berlanjut. Bahkan kehadiran Anka buatan Turkish Aerospace Industries
dengan skema kerja sama alih teknologi, kata Kerry, bisa mendorong percepatan
pengembangan Elang Hitam. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/ilmu-dan-teknologi/169565/drone-elang-hitam |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar