Pembocor Data Panama
Papers Bersuara untuk Pertama Kalinya Setelah Enam Tahun Agoeng Wijaya : Jurnalis
Tempo |
KORAN TEMPO, 23 Juli 2022
AWAL April 2016, lebih
dari 100 media massa lintas negara secara serentak mempublikasikan Panama
Papers, proyek kolaborasi riset dan peliputan investigasi yang bersumber dari
bocoran dokumen rahasia Mossack Fonseca, firma hukum asal Panama.
Dikoordinasi oleh International Consortium of Investigative Journalists
(ICIJ), publikasi Panama Papers menguak praktik lancung perusahaan-perusahaan
cangkang di negara-negara suaka pajak yang menjadi kedok konglomerat,
politikus kondang, selebritas, olahragawan, hingga buronan kejahatan
keuangan. Dampak terbongkarnya data
rahasia sebesar lebih dari 2,6 terabita—disebut-sebut sebagai bocoran
terbesar dalam sejarah jurnalisme—itu begitu masif. Perdana Menteri Islandia
Sigmundur Davíd Gunnlaugsson mengundurkan diri. Perdana Menteri Pakistan
Nawaz Sharif juga lengser, kemudian dihukum 10 tahun penjara dan didenda US$
10,6 juta dalam kasus korupsi, setelah kekayaan keluarganya terbongkar.
Hingga saat ini, otoritas di sejumlah negara juga dilaporkan melanjutkan
investigasi terhadap dugaan kejahatan oleh individu dan korporasi yang
terungkap dalam Panama Papers. Kala itu, Tempo, sebagai
satu-satunya media di Indonesia yang bergabung dalam proyek Panama Papers,
turut mengungkap sederet taipan dan politikus papan atas di antara ratusan
warga negara Indonesia yang mendirikan perusahaan cangkang lewat Mossack
Fonseca. Kendati pemerintah berikrar akan menindaklanjuti skandal Panama
Papers, sejauh ini hanya Harry Azhar Azis yang terkena sanksi ringan berupa
teguran oleh Mahkamah Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan. Kala itu, Harry,
yang menjabat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, tercatat memiliki perusahaan
cangkang di British Virgin Islands. Data jumbo Panama Papers
tersebut datang dari seorang pelapor anonim yang menyebut dirinya "John
Doe". Setahun sebelum laporannya meledak sebagai Panama Papers, dia
menghubungi Süddeutsche Zeitung (SZ), media Jerman yang kemudian menginisiasi
kolaborasi riset dan peliputan di bawah ICIJ karena luasnya cakupan data. Sejauh ini, “John Doe”
hanya berbicara secara terbuka di satu kesempatan, dalam bentuk manifesto
yang diterbitkan empat minggu setelah Panama Papers mencuat. Di dalamnya,
pelapor kejahatan—atau biasa disebut peniup peluit (whistleblower)—tersebut
meminta para pembuat kebijakan mengambil tindakan untuk memerangi
ketidaksetaraan global. Sejak itu, kisah pembocoran data ini telah terbit
dalam buku-buku, podcast, dokumenter, dan bahkan film Hollywood yang
dibintangi Meryl Streep. Namun "Jhon Doe", si pelapor, tetap diam. Kini, enam tahun sejak
ledakan Panama Papers, “John Doe” kembali bersuara dalam wawancara dengan
Frederik Obermaier dan Bastian Obermayer, dua mantan jurnalis SZ yang
sekarang bekerja untuk majalah Der Spiegel. Untuk memastikan anonimitas,
wawancara dengan sumber ini dilakukan melalui koneksi Internet dan dienkripsi
menggunakan perangkat lunak yang mengucapkan jawaban pelapor. Wawancara juga
berlangsung di hadapan seorang saksi. Hasilnya telah dipersingkat agar mudah
dibaca, diedit dengan ringan, dan diserahkan kepada "Jhon Doe"
untuk otorisasi sebelum dipublikasikan. Tempo kembali turut
mempublikasikan hasil wawancara Der Spiegel ini bersama sedikitnya 59 media
massa secara serentak mulai kemarin. Naskah wawancara “Jhon Doe” dalam bahasa
Inggris dapat dibaca di Der Spiegel. Publik juga bisa melihat pemegang saham
dan pengurus perusahaan cangkang yang terungkap dalam Panama Papers di portal
offshore leak ICIJ yang diluncurkan pada Mei 2016. Apa
kabar? Apakah Anda dalam kondisi yang aman? Sepengetahuan saya, saya
masih aman. Kita hidup di dunia yang berbahaya dan terkadang hal itu
membebani saya. Tapi, secara keseluruhan, saya baik-baik saja dan menganggap
diri saya sangat beruntung. Anda
tutup mulut selama enam tahun. Apakah Anda tidak tergoda untuk menunjukkan
diri kepada khalayak bahwa Anda-lah yang membuka transaksi rahasia para
kepala negara, kepala pemerintahan, kartel narkoba, dan pelaku kriminal? Saya sering bergumul,
seperti yang saya pikir banyak orang lakukan, ihwal masalah yang
diatribusikan untuk pekerjaan saya. Ketenaran tidak pernah menjadi bagian
dari perhitungan. Satu-satunya perhatian saya adalah tetap hidup cukup lama
untuk menyampaikan cerita kepada seseorang. Membuat keputusan untuk
mengumpulkan data yang tersedia untuk saya di Mossack Fonseca membutuhkan
waktu berhari-hari dan terasa seperti melihat ke dalam satu tong yang penuh
dengan senapan terisi. Pada akhirnya, saya harus melakukannya. Anda
menghubungi harian Jerman, Süddeutsche Zeitung, yang memprakarsai kolaborasi
lebih dari 400 jurnalis dan dikoordinasikan oleh ICIJ. Ketika Anda
menghubungi kami, apa yang ada dalam pikiran Anda? Ketika menghubungi Anda,
saya sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi atau apakah Anda akan
menanggapinya. Saya berkorespondensi dengan banyak jurnalis yang tidak
tertarik, di antaranya jurnalis New York Times dan Wall Street Journal.
WikiLeaks bahkan tidak peduli untuk menjawab saat saya menghubungi mereka di
kemudian hari soal masalah ini. Pada
3 April 2016, tim jurnalis global mulai mempublikasikan Panama Papers.
Bagaimana Anda melihat hari itu? Hari itu seperti Ahad pada
umumnya. Saya bertemu dengan beberapa teman untuk makan dan terkejut
mengetahui bahwa Edward Snowden memiliki minat luar biasa terhadap proyek
tersebut dengan mendiskusikannya di Twitter. Snowden,
seorang whistleblower di Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), yang
sekarang tinggal dalam pengasingan di Rusia. Entah bagaimana dia mengetahui
penyelidikan dan mencuitkan “kebocoran terbesar dalam sejarah jurnalisme
data”, bahkan sebelum kami menerbitkannya… Saya ingat melihat ribuan
unggahan lewat di media sosial. Kejadian itu seperti tidak pernah saya lihat.
Sebuah ledakan informasi literal. Orang-orang yang sedang bersama saya
langsung membicarakan itu setelah mereka mendengarnya. Saya berusaha untuk
bertindak sama seperti yang lain, yang baru mendengar informasi tersebut
untuk pertama kalinya. Banyak
ahli membandingkan Panama Papers dengan Watergate. Sumber paling penting
dalam Watergate adalah Associate FBI Director Mark Felt yang menyamar sebagai
“Deep Throat” dan pada akhirnya mengungkapkan identitasnya 33 tahun setelah
Watergate… Dari waktu ke waktu, saya
telah memikirkan Mark Felt dan berbagai jenis risiko yang dia hadapi.
Sepertinya risiko saya terlihat sedikit berbeda darinya. Saya mungkin harus
menunggu sampai saya terbaring di ranjang kematian saya. Mengapa? Panama Papers melibatkan
begitu banyak organisasi kriminal transnasional yang berbeda. Beberapa di
antaranya memiliki hubungan dengan pemerintah sehingga sulit untuk
membayangkan keamanan diri saya sendiri. Felt sewaktu itu harus
khawatir terutama terhadap Richard Nixon dan kroni-kroninya. Nixon
mengundurkan diri dua tahun lebih sedikit setelah kasusnya terbongkar, yang
membuatnya tidak berdaya. Kalau saya, saya merasa bahkan dalam 50 tahun,
kemungkinan beberapa kelompok dalam Panama Papers akan tetap berada bersama
kita semua. Apakah
Anda memberi tahu orang lain tentang peran Anda di Panama Papers? Setelah berita itu
tersiar, saya hanya memberi tahu beberapa orang yang paling saya sayangi. Anda
diam selama enam tahun. Mengapa sekarang Anda ingin berbicara? Selama enam tahun
terakhir, ada beberapa kesempatan ketika saya tergoda untuk angkat bicara.
Pada fase-fase itu, tampaknya dunia semakin dan tambah dekat lagi menuju
malapetaka sehingga kebutuhan untuk campur tangan selalu tampak semakin
mendesak. Namun, pada saat yang sama, saya harus menyeimbangkan beberapa
faktor. Apa
sebenarnya yang Anda maksud? Pertama, tentu saja,
keamanan diri saya sendiri dan keluarga saya. Kedua, adalah fakta bahwa dunia
adalah tempat dengan hiruk pikuk suara yang berusaha untuk menyampaikan
maksudnya masing-masing. Saya ingin kata-kata saya punya makna, tidak
tenggelam di bawah cuitan Donald Trump. Pada 2016, saya menulis (dalam
manifesto) ketakutan saya berdasarkan apa yang saya saksikan,
“Ketidakstabilan yang parah itu mungkin sudah dekat.” Saya khawatir
ketidakstabilan tersebut akhirnya tiba. Ketidakstabilan
seperti apa yang Anda maksud? Maraknya fasisme dan
otoritarianisme secara global, dari Cina hingga Rusia, ke Brasil hingga
Filipina. Namun terutama sekarang di Amerika Serikat. Amerika telah membuat
beberapa kesalahan besar dalam sejarahnya. Tapi hal itu telah menjadi
kekuatan penyeimbang melawan rezim-rezim terburuk saat dibutuhkan. Sayangnya,
keseimbangan itu secara fungsional sudah tidak ada lagi. Negara-negara
suaka pajak tampaknya menjadi hal yang sangat penting bagi “orang kuat” dalam
rezim otokratis… Putin lebih merupakan
ancaman bagi Amerika Serikat daripada Hitler, dan perusahaan cangkang adalah
sahabatnya. Perusahaan cangkang mendanai militer Rusia, yang membunuh warga
sipil tak berdosa di Ukraina ketika rudal Putin menargetkan pusat belanja.
Perusahaan-perusahaan cangkang yang menutupi konglomerat Cina adalah yang
membunuh penambang kobalt di bawah umur di Kongo. Perusahaan cangkang telah
menciptakan kengerian semacam ini, dan ini lebih memungkinkan dengan cara
menghapus akuntabilitas dari masyarakat. Namun, tanpa akuntabilitas,
masyarakat tidak dapat berfungsi. Panama
Papers ini tampak menjadi lebih relevan dari apa pun sebelumnya—disebabkan
oleh agresi Rusia di Ukraina. Misalnya, salah satu teman tertua dan terdekat
Vladimir Putin, pemain selo Sergei Roldugin, mendapat sanksi pada akhir
Februari. Alasan utamanya adalah telah ditemukan bukti di Panama Papers yang
menunjukkan bahwa Roldugin bertindak sebagai wakil untuk teman kuatnya dan
memiliki uang miliaran—setidaknya di atas kertas. Apakah Anda senang dengan
twist peristiwa itu? Saya senang melihat
Roldugin mendapat sanksi. Saya pikir itu brilian. Apakah
Anda takut Rusia akan balas dendam? Ini adalah risiko yang
saya jalani, mengingat pemerintah Rusia telah menyatakan fakta bahwa mereka
ingin saya mati. Sebelum Russia Today dibatasi selama serangan Rusia terhadap
Ukraina, media itu menayangkan sebuah drama dokumenter dua bagian Panama
Papers. Dalam pembukaan, dokumenter itu menampilkan karakter "John
Doe" menderita cedera kepala akibat penyiksaan. Setelah adegan itu,
sebuah perahu kartun berlayar di antara genangan darahnya, seolah-olah itu
adalah Terusan Panama. Betapa pun aneh dan
noraknya, cara itu tidaklah halus. Kami telah melihat orang lain, yang
memiliki hubungan dengan rekening luar negeri dan keadilan pajak, melakukan
pembunuhan. Seperti halnya tragedi yang melibatkan Daphne Caruana Galizia dan
Ján Kuciak. Kematian mereka sangat mempengaruhi saya. Dan saya meminta Uni
Eropa memberikan keadilan bagi Daphne dan Ján serta keluarga mereka. Serta
untuk mewujudkan supremasi hukum di Malta, salah satu bekas yurisdiksi
Mossack Fonseca. (Daphne Caruana Galizia
adalah seorang jurnalis yang menulis beberapa hasil investigasi Panama Papers
tentang koneksi politikus Malta dan perusahaan cangkang dalam blognya,
Running Commentary. Dia tewas dalam bom mobil pada 16 Oktober 2017. Sedangkan
Jan Kuciak adalah wartawan yang tewas dibunuh pada 21 Februari 2018.
Pembunuhan Kuciak ditengarai berkaitan dengan investigasinya bersama
Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) terhadap kelompok
kriminal Italia di Slovakia yang ditengarai terhubung dengan elite politikus
setempat.) Pada
2017, Kepolisian Federal Jerman mendapat banyak sekali dokumen dari Mossack
Fonseca, juga dari sumber anonim. Ya, itu saya. Sejak awal,
saya bersedia bekerja sama dengan otoritas pemerintah karena tampaknya cukup
jelas bagi saya bahwa perlu adanya penuntutan atas kejahatan yang dijelaskan
dalam Panama Papers. Terlebih, pemerintah Jerman meyakinkan saya bahwa mereka
akan membuat saya dan keluarga saya tetap aman. Dan setelah beberapa waktu,
kami berhasil membuat pengaturan yang tampaknya adil. Sayangnya, pemerintah
Jerman melanggar kesepakatannya segera setelah itu, dan dari sudut pandang
saya, membahayakan keselamatan saya. Dengan menyesal, saya tidak akan
merekomendasikan orang lain untuk mempercayai jaminan dari Jerman. Menurut
laporan media, Anda diberi hadiah 5 juta euro. Mengapa Anda tidak senang
dengan Kepolisian Federal Jerman? Ada tiga masalah utama.
Pertama, setelah Kepolisian Federal Jerman memiliki data, saya dibiarkan
sendiri untuk membela diri tanpa perlindungan apa pun. Saya merasa ini tidak
bijaksana karena ancaman terhadap keselamatan saya tidak berkurang sama
sekali dan, jika ada, malah meningkat. Tidak lama kemudian, terjadi
pembunuhan terkait dengan FSB di Berlin pada siang bolong. Itu bisa saja saya
yang dibunuh. Kedua, pemerintah Jerman
sebenarnya tidak menghormati pengaturan keuangan yang kami sepakati. Itu
menyebabkan masalah tambahan yang membahayakan keselamatan saya. Ketiga,
Kepolisian Federal Jerman berulang kali menolak kesempatan untuk menganalisis
lebih banyak data tentang dunia offshore di luar Panama Papers, yang
sejujurnya mengejutkan. Jadi,
menurut Anda, apakah pihak berwenang Jerman tidak berbuat cukup untuk membuat
Anda tetap aman? Saya ingin berlaku adil
kepada mereka. Mereka memang menawarkan sedikit perlindungan untuk saya, tapi
situasi ini merupakan situasi yang hanya perlu satu kesalahan untuk
menciptakan hasil yang buruk dan tidak dapat diubah. Untuk beberapa alasan,
saya tidak nyaman dengan pendekatan mereka secara keseluruhan, terutama
seiring dengan berjalannya waktu. Jika pemerintah Jerman benar-benar
menghargai pentingnya Panama Papers, saya yakin seharusnya penanganannya akan
jauh berbeda. Apa
sebenarnya yang Anda inginkan dari Kepolisian Federal Jerman (BKA)?
Perlindungan saksi? Sebuah identitas baru? Atau lebih banyak uang? Saya hanya bisa mengatakan
bahwa mereka tidak menghormati pengaturan keuangan yang kami sepakati. Polisi Jerman telah
membagikan data Mossack Fonseca dengan lusinan negara, tapi mereka
membatasinya hanya hingga data tentang warga negara yang bersangkutan.
Berdasarkan logika ini, data tentang oligarki hanya dapat dibagikan dengan
otoritas Rusia, kecuali jika ada investigasi kriminal di negara lain—situasi
yang tidak masuk akal—terutama mengingat bahwa orang-orang ini baru dikenai
sanksi akhir-akhir ini sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Sayangnya, baik pemerintah
Jerman maupun Amerika Serikat tidak terlalu tertarik dengan Panama Papers.
Sebaliknya, mereka berfokus pada kapal pesiar. Terus terang saja, kapal pesiar
itu tidak terlalu penting di luar nilai simbolis perusahaan offshore dan
urusan kepercayaan. Sanksi adalah salah satu alat penting, tapi ada hal yang
lain juga. Misalnya, Amerika Serikat dapat saja menyerang kantor-kantor
inkorporator perusahaan cangkang di tanah Amerika untuk mengirim sinyal bahwa
jenis kegiatan ini tidak lagi dapat diterima. Hal itu mudah untuk dilakukan
mereka. Tapi itu tidak terjadi. Para
elite Rusia secara rutin menyembunyikan kepemilikan rumah mewah, kapal
pesiar, jet, dan aset lain mereka melalui skema perusahaan cangkang yang
rumit. Bagaimana ini bisa dihentikan? Saya pikir dunia Barat
memandang Vladimir Putin sebagai gangguan untuk waktu yang lama. Namun lebih
tepatnya gangguan yang dapat mereka kendalikan dengan insentif ekonomi. Jelas
saja, itu tidak berhasil. Dibutuhkan upaya yang benar-benar luar biasa,
semacam Proyek Manhattan modern, yang tujuannya adalah menguraikan teka-teki
dunia offshore. Kapasitas komputasi untuk melakukan upaya ini tentu ada.
Pertanyaannya lebih kepada apakah kemauan politik mau melakukannya. Sejauh
ini, saya belum melihat banyak bukti. Menurut
Anda, mengapa kita belum melihat pelapor pelanggaran dari Rusia? Walaupun dengan sejumlah
keberanian yang diperlukan pun, dibutuhkan tingkat kebebasan tertentu untuk
menjadi seorang pelapor pelanggaran. Kebebasan yang dimaksud adalah kondisi
ketika seseorang harus ada pada titik tertentu untuk mendengarkan. Dan
setidaknya, harus terdapat keinginan untuk membuat perubahan. Terlepas dari
kenyataan bahwa Putin membunuh dan memenjarakan para pemberani, sangat sulit
menemukan kebebasan seperti itu di tempat seperti Rusia. Edward
Snowden terjebak di Rusia. Meskipun mengkritik pemerintahan Putin korup, dia
tidak bisa meninggalkan negara itu karena jika dia pergi tetap akan diadili
di AS… Snowden hanyalah salah
satu potongan teka-teki dalam perang informasi Rusia dalam melawan Amerika
Serikat selama sebagian besar abad terakhir ini. Jika komunitas intelijen AS
memiliki bukti yang menentang Snowden, bukti tersebut harus diungkap untuk
dapat dilihat semua orang. Jika tidak ada buktinya, Presiden Joe Biden harus
memaafkannya dan menyambutnya pulang. Hal ini sangatlah sederhana. Seberapa
puaskah Anda atas dampak kebocoran tersebut? Saya terkejut dengan
dampak dari Panama Papers. Apa yang dicapai ICIJ belum pernah terjadi
sebelumnya dan saya sangat senang, bahkan bangga, bahwa reformasi besar telah
terjadi sebagai hasil dari Panama Papers. Fakta bahwa terdapat pula
kolaborasi jurnalistik yang menyusul muncul dengan skala serupa juga
merupakan bukti kemenangan nyata. Sayangnya, hal itu masih belum cukup. Saya
tidak pernah berpikir bahwa merilis data satu firma hukum akan menyelesaikan
korupsi global sepenuhnya, apalagi mengubah sifat manusia. Tetap saja
politikus harus bertindak. Kita membutuhkan daftar
perusahaan yang dapat diakses publik di setiap yurisdiksi, dari Kepulauan
Virgin Britania Raya hingga Anguilla, Seychelles hingga Labuan sampai
Delaware, sekarang juga. Dan jika Anda mendengar suara penolakan, suara itu
adalah suara-suara politikus yang harus dipecat. Sejak
2016, ribuan cerita Panama Papers telah diterbitkan. Apakah menurut Anda
masih ada yang perlu dilihat oleh dunia? Ada begitu banyak cerita
yang belum terungkap. Salah satu yang terlintas dalam pikiran saya adalah
sebuah perwalian beserta cek kertas kuning yang kemungkinan dibuat untuk
kartel narkoba oleh perusahaan konsultan Kolombia, yang oleh bank besar
Amerika tampaknya telah diizinkan penggunaan langsung di rekening
korespondennya pada bank di Panama. Nama-nama penerima pembayaran pada cek
ini diketik dengan mesin tik. Untuk menyebut skema ini sebagai hal tidak
biasa adalah pernyataan yang cukup meremehkan. Sebab, mereka mungkin
sebenarnya juga telah menerbitkan cek yang sesungguhnya terlarang. Edward
Snowden pernah menyebut kasus Anda sebagai kasus dengan skenario terbaik bagi
seorang pelapor pelanggaran. Anda menciptakan dampak besar, belum diketahui
identitasnya, dan bebas. Apakah begitu cara Anda memandang peran Anda? Saya menganggap diri saya
sangat beruntung karena semua telah berjalan dengan baik, walaupun jika tidak
sempurna. Tetap menjadi anonim membawa manfaat untuk membuat saya relatif
aman. Tapi hal tersebut ada pengorbanannya juga, yaitu fakta bahwa saya belum
dapat menjaga masalah ini untuk selalu ada dalam pantauan publik seperti yang
dilakukan Edward Snowden dalam mengungkap penyadapan NSA. Tentu saja, untuk
tetap dilihat publik, ia menukar kebebasannya sampai tingkat tertentu. Selalu
ada pengorbanan. Pelajaran
apa yang Anda pelajari tentang membocorkan pelanggaran ini? Saya dapat mengatakan hal
terpenting dari contoh yang saya lakukan bahwa untuk membuat perbedaan besar
dan tetap mempertahankan kehidupan dengan baik itu mungkin, walaupun jarang.
Namun memang, untuk tetap berada selangkah lebih maju, diperlukan banyak
usaha dan keberuntungan. Apakah
ada yang ingin Anda rekomendasikan kepada calon pelapor pelanggaran lain? Mengatakan kebenaran
tentang hal-hal sensitif tidak pernah mudah. Saya akan mengatakan bahwa
faktor yang kurang dihargai adalah betapa sulitnya menjaga keseimbangan.
Apakah Anda berbicara dengan wartawan atau otoritas pemerintah, bersiaplah
untuk semuanya bergerak sangat lambat. Penting untuk bernapas dan menemukan
hal lain untuk dipikirkan dari waktu ke waktu. Jika
Anda dapat memutar waktu kembali, apakah Anda akan melaporkan pelanggaran
lagi? Dalam sekejap. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar