Rabu, 13 Juli 2022

 

Memprediksi Dampak Metaverse

Rico Usthavia Frans: Anggota Steering Committee Indonesia Fintech Society

KOMPAS, 12 Juli 2022

 

                                                

 

Metaverse, dunia virtual yang paralel dengan dunia nyata, sudah mulai menjadi kenyataan. Metaverse merupakan evolusi cara kita mengonsumsi internet. Awalnya internet hanyalah jaringan situs statis berisi teks. Kemudian muncul konten gambar dan foto.

 

Saat ini, konten video sudah jamak kita nikmati melalui aplikasi Youtube, Instagram, Tiktok, dan lainnya. Selanjutnya, dengan teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), kita bisa masuk ke dunia metaverse yang lebih imersif.

 

Pemain besar berlomba-lomba masuk ke metaverse. Facebook akan berinvestasi 10 miliar dollar AS dan mengubah nama menjadi Meta untuk menunjukkan keseriusannya. Microsoft membeli Activision Blizzard, pembuat gim daring, senilai 70 miliar dollar AS sebagai salah satu pintu masuk ke metaverse. Alibaba menyuntik 60 juta dollar AS ke Nreal, perusahaan pembuat kacamata AR, untuk menyusul Tencent yang memimpin industri gaming di China.

 

Metaverse akan mengakibatkan beberapa pergeseran signifikan terhadap kehidupan kita secara sosial dan ekonomi. Platform ini bermula dari industri gaming. Para pemain gim hardcore menjadi penggerak awal. Namun, dengan menjamurnya gim kasual, seperti Beat Saber, Population One, dan berbagai aplikasi fitness, pemain kasual akan menyumbang mayoritas pendapatan gim metaverse. Model bisnis beli putus akan bergeser ke model berlangganan yang didukung dengan in-app purchases.

 

Dari gaming, metaverse akan merambah ke dunia kerja. Pandemi Covid-19 telah memopulerkan konsep kerja dari mana saja. Namun, platform video konferensi, seperti Zoom, Google Meets, atau Microsoft Teams, membuat karyawan kehilangan interaksi fisik dan sosial.

 

Oleh karena itu, Microsoft mulai membangun Mesh dan Facebook mengembangkan Horizon Workrooms sebagai platform meeting metaverse yang memungkinkan kolaborasi dengan interaksi fisik dan sosial secara imersif.

 

Penggunaan metaverse di dunia kerja juga akan mendorong penggunaannya untuk keperluan pribadi. Efek jaringan metaverse akan mempercepat adaptasi aplikasi metaverse ke dunia pribadi. Ini seperti halnya adaptasi platform pesan instan yang awalnya dimulai dari dunia kerja. Ibu-ibu bisa melakukan arisan secara virtual tanpa kehilangan kesempatan ”bergosip” dengan nuansa keakraban dunia fisik.

 

Metaverse akan mengubah e-dagang menjadi virtual commerce. Perusahaan riteler, seperti Nike dan Zara, menyadari bahwa mereka harus hadir di metaverse karena di situlah konsumen akan berkumpul. Dengan metaverse, konsumen dapat mencoba produk dan melakukan personalisasi tanpa harus datang ke outlet fisik mereka. Hal ini menghasilkan skalabilitas bisnis yang tinggi dan meningkatkan loyalitas konsumen.

 

Selain itu, akan hadir pula augmented commerce. Alibaba berencana membangun pusat belanja di mana konsumen berbelanja menggunakan kacamata augmented reality (AR) agar dapat melihat tambahan informasi, seperti bahan baku dari makanan yang dibeli dan resep yang bisa dicoba.

 

Teknologi AR juga bisa dinikmati dengan menggunakan kamera ponsel, misalnya agen realestat bisa memakai aplikasi yang menampilkan harga rumah dan estimasi cicilannya jika rumah tersebut dipindai menggunakan kamera ponsel.

 

Kesempatan kerja global

 

Metaverse akan membuka kesempatan kerja global. Tenaga ahli geek economy dapat melamar kerja ke perusahaan di negara lain tanpa harus migrasi. Metaverse memungkinkan mereka bekerja jarak jauh tanpa kehilangan interaksi sosial dengan rekan setempat. Dengan demikian, penghasilan akan dapat dinikmati pada ekonomi lokal di mana mereka tinggal.

 

Pusat pembelajaran dengan pengajar, kelas, alat bantu ajar, dan peserta di dunia metaverse akan bermunculan. Dengan metaverse, setiap orang seolah-olah berada dalam ruangan kelas yang sama. Hal ini bisa mengurangi biaya pendidikan secara signifikan. Dengan tingkat keahlian yang meningkat, produktivitas akan meningkat, gaji meningkat, pajak meningkat, dan semua itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

 

Dalam dunia metaverse, aset-aset, seperti tanah, rumah, mobil, dan benda lain, termasuk mata uang, akan berbentuk digital. Awalnya akan terjadi spekulasi sebelum akhirnya bergeser ke utilitas aset digital yang lebih fungsional. Misalnya, non-fungible token (NFT) akan bergeser ke utilitas yang lebih jelas di dunia virtual dan dunia nyata. Mata uang kripto akan bergeser dari spekulasi ke arah pendapatan pasif melalui proses staking. Pemilik tanah virtual akan menyewakan tanah menggunakan smart contract.

 

Keuangan terdesentralisasi

 

Didukung teknologi blockchain, metaverse akan mendorong decentralized finance (DeFi) di mana konsumen dapat bertransaksi tanpa intermediasi dari institusi keuangan tradisional. DeFi akan menghasilkan sistem ekonomi berbiaya rendah dan keuntungan yang lebih tinggi bagi semua pihak.

 

Kesimetrian informasi yang terjadi akan mendorong transparansi dan ekonomi efisien tanpa oligopoli oleh institusi finansial tradisional. Perdagangan tanpa friksi yang didukung pembayaran menggunakan mata uang digital dengan nilai tukar yang ditentukan oleh pasar akan menjadi kenyataan. Semua itu akan menciptakan ekonomi yang lebih inklusif.

 

Model bisnis metaverse yang masih mencari bentuk memang membuat ketidakpastian tinggi bagi para investor awal. Namun, jika terlambat berinvestasi juga berbahaya. Oleh karena itu, untuk memitigasi risiko, perusahaan yang berinvestasi di metaverse harus mencari keseimbangan seberapa besar dan kapan investasi harus dilakukan dengan kesempatan dan kompetisi yang ada.

 

Kurangnya regulasi formal di dunia metaverse, bisnis model yang terdesentralisasi, serta utilitas baru yang bermunculan di metaverse akan menantang regulator untuk memahami dan mengantisipasi dampak sosial dan ekonominya. Pemerintah dan bank sentral akan kesulitan mengatur ekonomi di dunia metaverse karena kewenangan formal dunia nyata perlu ditransfer ke dalam dunia metaverse yang secara natural punya otonomi mandiri.

 

Metaverse niscaya akan hadir dan berdampak terhadap dunia nyata. Tantangannya adalah bagaimana kita memastikan kedua dunia ini dapat hadir bersama demi kemaslahatan semua pihak

 

Sumber :   https://www.kompas.id/baca/opini/2022/07/11/memprediksi-dampak-metaverse

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar