Kans Duet Anies-AHY di Pilpres 2024
yang Disokong Kekuatan SBY & JK Irfan Amin : Jurnalis Tirto.id |
TIRTO.ID, 23 Juli 2022
Ketua DPP
Partai Nasdem, Zulfan Lindan membuka kartu truf baru dalam proses penentuan
bakal calon presiden dan wakil presiden 2024. Dia menyebut Anies Baswedan dan
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai kandidat kuat yang akan diusung
partainya. Meski saat ini masih ada dua orang lain yang juga ikut diusung seperti
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Jenderal Andika
Perkasa. “Saya kira
kalau terjadi duet antara Anies dengan AHY, ini selesai. Sehingga sebenarnya
kita sudah tahu tanpa pemilu siapa yang akan jadi presiden,” kata Zulfan
dalam diskusi di kanal YouTube Total Politik pada Minggu (17/7/2022). Zulfan menilai
Anies sudah memiliki kunci di Pulau Sumatera. Hal tersebut bisa
dikombinasikan dengan AHY yang unggul di wilayah Jawa Timur. “Jadi hasil
penelusuran dengan insting politik dan diskusi di sejumlah daerah, Anies bisa
menyapu bersih area Sumatera. Namun kalah di Jawa Tengah, adapun Jawa Barat
bisa menang dengan bagi 2 bersama Prabowo. Jawa Timur ada AHY, dan itu kuat.
Kita tahulah bagaimana perkembangan terakhir Demokrat saat ini di Jawa
Timur," jelasnya. Selain itu,
Zulfan menyoroti usia AHY yang saat ini masih terbilang muda untuk menjadi
calon kontestan pada Pilpres 2024. Hal itu menjadi nilai unggulan dan
kekuatan bila digabungkan dengan Anies Baswedan. “Saya kira
kita tahu kenapa Demokrat bisa begitu bersabar, karena faktor ketua umumnya
masih muda. Sehingga ini masih ada kemungkinan untuk keluar 3 nama
calon," terangnya. Mendengar nama
ketua umumnya disebut-sebut oleh kader Nasdem, Koordinator Juru Bicara DPP
Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menyebut bahwa itu bukanlah hal baru.
Sebab, survei internal Demokrat menunjukkan Anies dan AHY sudah menguat untuk
menjadi kandidat pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden. “Nama AHY
sudah semakin menguat saat mampu mengalahkan Moeldoko yang melakukan KLB di
Deli Serdang yang diselenggarakan pada tahun lalu," kata Herzaky saat
dihubungi reporter Tirto pada Rabu (20/7/2022). Herzaky juga
optimistis bahwa sejumlah kepala daerah banyak mendukung nama Anies dan AHY
walaupun bukan dari basis Partai Nasdem, Demokrat atau PKS. “Saat ini juga
banyak kepala daerah yang mendukung dua nama itu, bahkan mereka tidak melihat
latar belakang partai, yang penting Anies-AHY," terangnya. Sebagai tindak
lanjut, Herzaky mengaku sudah ada perbincangan serius untuk menjadikan AHY
sebagai bakal calon wakil presiden. Salah satunya upaya membangun koalisi
dengan Nasdem dan PKS. “Sejauh ini,
kami merasa nyaman dengan Partai Nasdem dan PKS, memiliki komunikasi yang
baik dengan saudara Anies Baswedan, dan ada kesamaan pandangan dalam berbagai
hal," ungkapnya. Adapun
deklarasi Anies-AHY, Herzaky masih belum menyebutkan kapan akan dilaksanakan.
Dirinya menyebut komunikasi masih berlangsung demi meraih kemenangan bersama. “Pada saatnya
nanti, dalam menentukan pasangan calon presiden dan wakil presiden, semua
mitra koalisi berada dalam posisi yang setara dan akan membicarakan secara
bersama. Tentu dengan mempertimbangkan berbagai masukan dari masyarakat dan
peluang untuk kemenangan Pilpres 2024," ujarnya. Saat ini ketua
umum Demokrat dan Nasdem semakin rutin bertemu dan tak segan menunjukkan
kemesraan seperti saling memuji satu sama lainnya. “Dalam
beberapa pertemuan terakhir, Ketum AHY dengan Ketum Nasdem Bang Surya Paloh
menunjukkan keakraban. Ketokohan Bang Surya Paloh dalam dunia politik dan
kebangsaan sudah sangat teruji, dan beliau memberikan perhatian khusus dalam
mendorong tokoh-tokoh muda untuk tampil sebagai pemimpin nasional,"
terangnya. Terkait dua
nama, yakni Anies dan AHY, hingga saat ini PKS masih belum memutuskan untuk
memberikan dukungan. Juru Bicara PKS, Muhammad Kholid menjelaskan, partainya
masih memperhatikan dinamika masyarakat dan membuka sejumlah komunikasi
politik dengan partai lain. “Sekarang DPP
masih penjajakan komunikasi koalisi. Karena DPP PKS tidak punya kewenangan
menentukan koalisi dan pencapresan. Kewenangan di Majelis Syuro. DPP
ditugaskan bangun komunikasi politik untuk kemudian dilaporkan ke Majelis
Syuro untuk diputuskan," ungkapnya. Kholid tidak
memungkiri bahwa di dalam internal partainya, Anies Baswedan adalah nama
terkuat yang saat ini dipilih. Meski demikian, semua keputusan diserahkan ke
Majelis Syuro. “Usulan ini
saya kira cukup rasional karena mayoritas pemilih PKS (menurut beberapa
lembaga survei) memilih Pak Anies. Tentu aspirasi ini akan jadi pertimbangan
penting yang akan disampaikan DPP ke Majelis syuro nanti," jelasnya. PKS yang masih
sabar menunggu hasil keputusan Majelis Syuro juga merasa yakin tidak akan
ketinggalan gerbong, disaat partai lain mulai menyebut nama kandidat calon
presiden. “Tergantung
Majelis Syuro kapan akan dilakukan musyawarah," imbuhnya. Kandidat Kuat di Luar Kubu Pemerintah Dosen Ilmu
Politik Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komaruddin mengungkapkan,
pasangan Anies dan AHY akan menjadi kuda hitam yang berada di luar gerbong
pemerintah Jokowi dan Ma'ruf Amin. Hal ini menjadi antitesis dari kandidat
lain yang masih berada dalam barisan Istana. “Posisi ini
memiliki dampak positif dan negatif, adapun positifnya akan menjadi
representasi dari orang-orang yang tidak menyukai pemerintah saat ini. Adapun
dari segi negatifnya akan tidak disukai oleh orang yang pro pemerintah,"
kata Ujang saat dihubungi Tirto. Duet
Anies-AHY, kata Ujang, juga menjadi representasi kaum muda sehingga menjadi
salah satu daya tarik bagi pemilih milenial yang ikut mendominasi daftar
peserta Pemilu 2024. Latar belakang keduanya juga memiliki kombinasi antara
Islam kanan dan nasionalis sehingga menjadi daya tawar bagi umat islam saat
ini. “Lalu juga gabungan
antara kekuatan Islam dan nasionalis. Walaupun Anies memiliki latar belakang
nasionalis, namun banyak didukung oleh kelompok Islam," kata Ujang. Namun sokongan
dari kelompok Islam kanan juga bisa menjadi serangan bagi Anies-AHY. Karena
berpotensi untuk dilekatkan dengan stempel intoleran dan garis keras, kata
Ujang. “Kalau ada
Anies, maka akan ada stempel tokoh yang terlalu kanan seperti kelompok garis
keras. Walaupun ucapan itu tidak terbukti, namun akan terus dimainkan oleh
lawan politiknya," ungkapnya. Meskipun
keduanya tidak memiliki dukungan dari partai penguasa, namun Ujang menyebut
masih ada back up dari SBY selaku Ketua Dewan Pembina Demokrat dan Jusuf
Kalla yang sering menjadi orang di balik gerak gerik Anies Baswedan. Bahkan
SBY dan JK sempat melakukan pertemuan secara tertutup di Cikeas yang mereka
sebut sebagai bentuk reuni dari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 1. “Walau
bagaimanapun Pak SBY pernah jadi presiden, dan Pak JK pernah jadi wakil
presiden, selain itu beliau masih memiliki posisi di Dewan Masjid Indonesia
dengan kekuatan finansial mumpuni. Sehingga keduanya masih kuat untuk
mendukung Anies dan AHY," terangnya. Namun di sisi
lain, keberadaan Jusuf Kalla dan SBY belum berarti kunci kemenangan sudah ada
di tangan. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno
mengingatkan, di kubu lawan juga masih ada raksasa yang bisa menjadi tokoh di
balik layar dengan kekuatan yang tak kalah besar. “Sekuat-kuatnya
SBY dan JK tetap di kubu seberang ada Megawati dan Jokowi yang saat ini
memegang kendali pemerintahan. Selain itu mereka juga sangat powerful,"
kata Adi. Selain itu,
dalam hitungan survei, kata Adi, kans kemenangan Anies-AHY hanya bisa
diharapkan bila lawan politiknya adalah kandidat dengan elektabilitas rendah.
Namun bila dihadapkan dengan kandidat berelektabilitas tinggi akan rawan
menuju kekalahan. "Anies-AHY
akan mudah kalah bila dihadapkan dengan Ganjar [Pranowo], apalagi kalau
Prabowo [Subianto] dengan Ganjar bersatu. Atau sebut nama lain seperti
Prabowo dan wakilnya adalah Ridwan Kamil. Sulit itu," terangnya. Oleh
karenanya, kata Adi, bila ada partai politik yang mau mendukung dua nama
tersebut, maka bisa dipastikan memiliki PR yang teramat berat. “Mereka harus
kerja keras untuk meraih suara. Tapi yang terpenting ada partai politik yang
mau mendukung," jelasnya. Peneliti
politik PRP BRIN, Wasisto Raharjo Jati menambahkan, nama Anies-AHY perlu
diperkuat dengan partai parlemen lain terutama yang ada dalam kabinet Jokowi.
Sehingga kans kemenangan semakin besar. “Sebenarnya
kalau dalam kalkulasi politik, baik AHY maupun Anies belum aman karena belum
merapatnya partai parlemen yang merapat keduanya. Dalam konteks ini, potensi
duet AHY-Anies bisa jadi opsi untuk merubah kalkukasi politik itu,"
ujarnya. ● |
Sumber
: https://tirto.id/kans-duet-anies-ahy-di-pilpres-2024-yang-disokong-kekuatan-sby-jk-guji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar