Manuver Surya Paloh
dan Jusuf Kalla Menjadikan Anies Baswedan Calon Presiden 2024 Budiarti Utami Putri : Wartawan Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 25
Juni
2022
BERBINCANG dengan para pemimpin
media massa di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu, 22 Juni lalu,
Presiden Joko Widodo mengaku disodori sejumlah komposisi calon presiden dan
wakil presiden. Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dua kali muncul
dalam komposisi yang disorongkan kepada Jokowi. Tanpa menyebutkan siapa
penggagasnya, Presiden mengatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
periode pertama pemerintahannya itu diusulkan berduet dengan Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Puan Maharani. “Saya juga menerima usulan Pak Anies
dipasangkan dengan Pak Ganjar sebagai bentuk rekonsiliasi,” kata Jokowi,
merujuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Menurut Presiden, si
pengusung mengatakan komposisi tersebut bisa mencegah polarisasi dalam
Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Sehari seusai pernyataan Jokowi tersebut,
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengaku menyorongkan sejumlah nama
kepada Jokowi. “Insya Allah bisa bermanfaat bagi kepentingan bangsa,” Surya
mengklaim. Politikus 69 tahun itu
menyinggung kemunculan istilah “cebong”, “kampret”, dan “kadal gurun” alias
kadrun. Di media sosial, ketiga istilah itu kerap digunakan untuk disematkan
kepada para pendukung Jokowi dan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden
2019, serta Anies Baswedan. Namun Surya tak menjelaskan nama calon yang
diajukan kepada Jokowi. Wakil Ketua Umum NasDem
Ahmad H.M. Ali mengatakan bosnya mengajukan nama Anies, Puan, dan Ganjar
kepada Presiden. “Bisa Ganjar-Anies atau Anies-Ganjar, bisa juga Puan-Anies
atau sebaliknya,” ujar Ali. Kepada Tempo, tiga politikus
NasDem mengatakan usul itu disampaikan Surya saat bertemu dengan Jokowi di
Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa malam, 24 Mei lalu. Ketiganya menyatakan
bahwa Surya juga menyampaikan pandangan agar Presiden tak terlalu menunjukkan
ketidaksukaan terhadap bakal kandidat tertentu. Ketua Dewan Pertimbangan
NasDem Siswono Yudo Husodo mengatakan ide memasangkan Ganjar dengan Anies
sempat didiskusikan di lingkup internal partainya. Namun ada sejumlah
kombinasi lain yang dibicarakan. Misalnya peluang Menteri Badan Usaha Milik
Negara Erick Thohir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi calon
wakil presiden. Gagasan memasangkan Ganjar
dengan Anies juga disampaikan Surya kepada Ketua Umum Partai Amanat Nasional
Zulkifli Hasan, sehari sebelum pertemuan dengan Presiden. Pada Senin malam,
23 Mei lalu, Zulkifli mengunjungi kediaman Surya di kawasan Permata Hijau,
Jakarta Selatan. Politikus PAN, Bara
Krishna Hasibuan, yang mendampingi Zulkifli, membenarkan informasi tersebut.
“Memang benar Pak Surya mengusulkan digabungkannya Ganjar dengan Anies untuk
menghentikan polarisasi yang bisa timbul kembali,” kata Bara. Menurut Bara,
Zulkifli menyatakan gagasan itu bisa didiskusikan bersama. Nama Anies Baswedan dan
Ganjar Pranowo juga mencuat dalam rekomendasi calon presiden di Rapat Kerja
Nasional NasDem yang digelar pada 15-17 Juni lalu. Sebanyak 32 Dewan Pimpinan
Wilayah NasDem mendukung Anies. Sedangkan Ganjar meraup 29 suara. Selain
keduanya, ada nama Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Andika Perkasa. Dua politikus NasDem
mengatakan munculnya ketiga nama itu sebenarnya sudah diputuskan sebelum
Rakernas. Itu sebabnya, meski suara untuk Andika kalah dari Erick Thohir dan
Ketua Teritorial Pemenangan Pemilu Sulawesi NasDem Rachmat Gobel, nama mantan
Kepala Staf Angkatan Darat itu yang diputuskan masuk tiga besar rekomendasi
Rakernas. Menurut seorang di
antaranya, masuknya tiga bakal calon presiden itu ditetapkan sejak awal tahun
ini. Di kawasan Pacific Place, Jakarta Selatan, pada Januari lalu, Surya Paloh
mengumpulkan sejumlah orang dekatnya. Diskusi mereka malam itu menelurkan
tiga nama tersebut. Siswono Yudo Husodo, Ketua
Dewan Pertimbangan NasDem, membantah jika pengurus partainya disebut
menyiapkan ketiga nama itu sehingga seakan-akan menjadi usulan wilayah. Namun
ia tak menampik kabar bahwa Surya kerap menyebut nama-nama yang populer
berdasarkan hasil survei ketika ditanyai oleh kader NasDem di daerah. Walaupun ada tiga nama,
sejumlah narasumber yang ditemui Tempo meyakini NasDem bakal mencalonkan
Anies Baswedan dalam Pemilu 2024. Tiga politikus NasDem mengatakan peluang
partai amatlah kecil untuk mencalonkan Ganjar Pranowo. Berbeda dengan Anies
yang tak menjadi anggota partai, Ganjar adalah kader Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan. Kepada wartawan yang
menemuinya di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Ganjar
menegaskan sebagai kader partai banteng. “Partainya PDIP, markasnya PDIP,”
ujar Ganjar, Kamis, 16 Juni lalu. Sebaliknya, Anies Baswedan
memiliki kedekatan dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh. Ia ikut
mendeklarasikan organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat—embrio Partai
NasDem—pada 2010. Anies pun pernah menjadi pembawa acara di Metro TV, stasiun
televisi milik Surya. Sejumlah politikus NasDem
yang ditemui Tempo menyebutkan Surya dan Anies intens berkomunikasi. Setelah
menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies kerap menyambangi Kaliage, pulau milik
Surya di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Di sela-sela kunjungan kerja ke
London pada April lalu, Anies menemui Surya yang tengah berlibur di kota yang
sama. Lewat akun Instagram-nya,
Wakil Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Peter F. Gontha menulis, dalam
persamuhan itu mengapung pembicaraan soal kinerja Anies di DKI Jakarta.
Misalnya mantan Rektor Universitas Paramadina itu mengeluarkan puluhan izin
pembangunan gereja. Kepada Tempo, Anies
Baswedan mengatakan hanya mengobrol santai dengan Surya Paloh dalam
perjumpaan di London itu. “Lebih banyak bercerita kisah perjalanan hidup,”
ucap Anies pada Sabtu, 25 Juni lalu. Ia membantah jika disebut menyampaikan
kinerjanya selama memimpin Ibu Kota kepada Surya. “Tidak pas, lah, kalau
malah saya yang bercerita soal capaian di Jakarta.” Seorang pejabat bercerita,
perbincangan soal capaian Gubernur DKI muncul dalam pertemuan yang tak
dihadiri Anies. Pembicaraan itu berlangsung antara Peter Gontha; Duta Besar
Indonesia untuk Britania Raya, Desra Percaya; dan sejumlah petinggi
perusahaan pelat merah yang kebetulan berada di London. Peter dan Desra tak
merespons permintaan wawancara Tempo. Anies mengatakan sebuah
kehormatan baginya diusulkan menjadi salah satu calon presiden dalam Rakernas
NasDem. Namun ia enggan berkomentar banyak lantaran masih ingin merampungkan
tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga Oktober mendatang. Anies tak
membantah bila disebut intens berkomunikasi dengan Surya Paloh. ••• NAMA Anies Baswedan juga
sempat dilirik Partai Persatuan Pembangunan. Dalam Rapat Pimpinan Nasional
PPP pada Jumat, 15 April lalu, Pengurus Wilayah PPP DKI Jakarta mengusulkan
Anies sebagai calon presiden dari partai Ka’bah dan berpasangan dengan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. “Itu aspirasi pengurus
termasuk kiai-kiai di DKI,” kata pelaksana tugas Ketua DPW PPP DKI Jakarta,
Farhan Hasan Al-Amri, kepada Tempo pada Kamis, 23 Juni lalu. Menurut dia,
animo sejumlah pengurus daerah lain juga mendukung Anies. Farhan menjelaskan, PPP
DKI mengusulkan Anies agar perolehan suara partai di Ibu Kota tak anjlok
lagi. Pada pemilihan legislatif 2019, PPP hanya mendapatkan satu kursi di
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta. Padahal PPP mendulang sepuluh kursi
pada Pemilu 2014. Menurut Farhan,
tergerusnya perolehan suara PPP ialah imbas dari pemilihan kepala daerah DKI
Jakarta 2017. Ketika itu PPP mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok—calon
gubernur inkumben yang dituduh menista agama Islam. “Teman-teman khawatir
kami salah menjatuhkan pilihan lagi dalam Pemilu 2024,” ujar Farhan. Dukungan untuk Anies
Baswedan menggeliat dari kader PPP di beberapa daerah. Anies disambut meriah
saat menghadiri perayaan hari lahir PPP ke-49 di Yogyakarta pada akhir
Januari lalu. Seorang pengurus PPP dari wilayah Sumatera bercerita, pengurus
partai di daerahnya memacak wajah Anies di baliho-baliho yang mereka pasang
pada momen Ramadan lalu. Kendati menjaring usul
dari daerah, Rapat Pimpinan Nasional PPP urung mengambil keputusan calon
presiden yang bakal dijagokan. Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani mengatakan
topik itu akan dibicarakan dalam rapat pimpinan nasional berikutnya. “Lebih
baik berkomunikasi dengan partai lain yang akan diajak berkoalisi ketimbang
menyebut nama-nama,” kata Arsul. Sebelum rapat pimpinan
nasional itu, Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa disebut menjajaki peluang
koalisi untuk menjagokan Anies Baswedan. Dua politikus PPP dan NasDem bercerita,
Suharso sempat menemui Ketua Umum NasDem Surya Paloh di Bali sebelum Ramadan
lalu. Dalam pertemuan itu, Suharso mengajak Surya mencalonkan Anies. Pelaksana tugas Ketua DPW
PPP DKI, Farhan Hasan, mendengar informasi persamuhan itu dari Suharso. Namun
ia terkekeh saat ditanyai jika perjumpaan itu disebut membahas peluang
memajukan Anies. “Materinya secara detail saya tidak tahu, tapi komunikasi
politik dengan NasDem pernah ada,” ujarnya. Adapun Suharso hanya membaca
pesan dari Tempo. Arah politik mendukung
Anies Baswedan tak terlepas dari nasihat konsultan politik Partai Persatuan
Pembangunan. Salah satunya Direktur Eksekutif Polmark Eep Saefulloh Fatah,
yang ikut mengatur strategi kampanye Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam
pemilihan Gubernur DKI 2017. Sejak akhir 2020, PPP menggaet Eep sebagai
konsultan. PPP menargetkan perolehan
suara pada Pemilu 2024 bisa melebihi capaian 15 tahun silam. Saat itu PPP
mendapatkan 59 kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Perolehan suara partai terus
menurun pada pemilu-pemilu berikutnya. Kini PPP hanya menempatkan 19
legislator di Senayan, tersedikit di parlemen. Dua politikus PPP
bercerita, Eep mewanti-wanti PPP agar tak salah memilih calon presiden. Eep
juga disebut menyarankan PPP mengikuti aspirasi umat Islam yang menjadi
konstituen partai. Meski tak blakblakan, menurut narasumber yang sama,
nasihat itu diartikan sebagai saran mendukung Anies Baswedan. Eep tak merespons
permintaan wawancara dari Tempo. Adapun Farhan Hasan membenarkan jika
partainya disebut merekrut Eep karena tingkat kesuksesannya tinggi. Termasuk
membantu Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama memenangi pemilihan Gubernur DKI
2012. Ihwal saran Eep, “Itu rahasia partai,” tuturnya. Alasan elektoral turut
melatari dukungan NasDem untuk Anies Baswedan. Orang dekat Anies dan seorang
politikus partai itu mengatakan NasDem berpeluang menembus posisi tiga besar
jika mengusung Anies sebagai calon presiden 2024. Narasumber itu bercerita,
hasil sigi internal menunjukkan perolehan suara NasDem bisa melonjak menjadi
belasan persen hasil efek ekor jas atau coattail effect mencalonkan Anies.
NasDem pun berpeluang menambah sepuluh bangku di DPR. Survei yang sama
menyebutkan kenaikan perolehan suara NasDem lebih kecil jika mendukung Ganjar
Pranowo. Ketua NasDem Willy Aditya tak
menampik anggapan bahwa Anies Baswedan mendatangkan efek ekor jas terbesar
bagi partainya. Coattail effect itu lebih efektif jika Anies terasosiasi kuat
dengan partainya atau masuk NasDem. Namun legislator daerah pemilihan Madura
ini mengatakan partainya tak mewajibkan Anies menjadi kader NasDem. Pengurus
NasDem, kata Willy, berharap efek ekor jas juga dirasakan oleh semua partai
koalisi nantinya. Sejumlah narasumber Tempo
menyebutkan NasDem awalnya hendak menggandeng Partai Persatuan Pembangunan
dan Partai Amanat Nasional dalam satu koalisi mengusung Anies Baswedan.
Gabungan ketiga partai itu memiliki 122 kursi, cukup untuk mengusung pasangan
calon dalam pemilihan presiden. Namun dua partai itu bergabung dengan Partai
Golkar membentuk Koalisi Indonesia Bersatu. Ditinggalkan sementara
oleh dua partai tersebut, NasDem menjajaki koalisi dengan Partai Keadilan
Sejahtera dan Partai Demokrat. Pada Rabu, 22 Juni lalu, Surya Paloh menerima
Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Sehari setelahnya giliran Ketua Umum Demokrat
Agus Harimurti Yudhoyono dan pejabat teras partai itu yang bertandang. Surya mengakui dua
persamuhan itu dalam rangka penjajakan koalisi pemilihan presiden 2024.
“Peluang koalisi cukup besar,” kata Surya di kantor NasDem Tower, Jakarta,
pada Kamis, 23 Juni lalu. Empat petinggi NasDem,
PKS, dan Demokrat mengatakan kepada Tempo bahwa ketiga partai mulai menemukan
kesepakatan. Menurut mereka, salah satu kecocokan itu adalah Demokrat tak
memasang harga mati bahwa Agus Harimurti harus menjadi calon presiden atau
wakil presiden. Meskipun begitu, Demokrat meminta peluang AHY—panggilan
Agus—tak buru-buru ditutup. Tiga kali berkunjung ke
kantor NasDem—satu kali di antaranya dihadiri Ketua Majelis Tinggi Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono—Agus Harimurti mengatakan ada kecocokan di antara
mereka. “Kami sepakat tidak harus membicarakan komposisi A dan B karena itu
mengunci satu sama lain,” ucap Agus seusai pertemuan. Juru bicara PKS, Muhammad
Kholid, mengatakan partainya dan NasDem sama-sama menginginkan adanya poros
perubahan. Salah satu hasil Rapat Pimpinan Nasional PKS pekan lalu ialah
mengusulkan terbentuknya minimal tiga poros dalam Pemilu 2024. Kholid mengatakan petinggi
PKS juga dekat dengan pengurus Demokrat karena sama-sama berada di luar
koalisi pemerintah Joko Widodo-Ma’ruf Amin. “Sepertinya chemistry ketiga
partai ini sudah terbentuk,” kata Kholid. ••• MANTAN wakil presiden
Muhammad Jusuf Kalla menjadi tokoh yang juga disebut-sebut mendukung Anies
Baswedan maju sebagai calon presiden. Anggota Dewan Kehormatan Partai Golkar
ini, menurut tiga politikus partai beringin dan dua orang dekat Anies, turut
bergerilya agar Anies bisa mendapatkan tiket pencalonan pemilihan presiden
2024. Narasumber yang sama
mengatakan Kalla juga menjajaki kemungkinan memasangkan Anies dengan Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani, yang juga putri Ketua Umum Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Politikus PDIP,
Effendi Muara Sakti Simbolon, mengaku mendengar informasi tersebut. Anggota Komisi Pertahanan
DPR ini pun sudah menggaungkan usul duet Puan-Anies sejak akhir tahun lalu.
“Saya dengar Pak JK sudah lebih tiga kali bertemu dengan Mbak Puan,” ujar
Effendi kepada Tempo, Sabtu, 25 Juni lalu. Jika duet itu terjadi,
kata Effendi, Puan harus menjadi calon presiden karena ia memiliki partai.
Apalagi PDIP bisa mengajukan calon sendiri tanpa perlu berkoalisi. Effendi
menyatakan elektabilitas Anies bisa menurun setelah purnatugas sebagai
Gubernur DKI Jakarta pada Oktober nanti. Penjajakan memasangkan dua
figur itu kian santer setelah Puan dan mantan Wakil Kepala Kepolisian RI,
Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Syafruddin, pergi umrah bersama ke Arab
Saudi, akhir Mei hingga awal Juni lalu. Orang dekat Puan membenarkan kabar
bahwa Syafruddin melobi Puan agar mau bersanding dengan Anies Baswedan. Syafruddin orang dekat
Jusuf Kalla di Dewan Masjid Indonesia. Kalla pun disebut-sebut mengusulkan
Syafruddin sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi saat reshuffle kabinet Agustus 2018. Kepada Tempo, Syafruddin
menyangkal jika disebut melobi Puan di Tanah Suci. Ia mengaku diminta Puan
untuk mendampinginya saat umrah. Ketua Yayasan Museum Nabi Muhammad ini
mengaku kerap bolak-balik ke Saudi untuk menghadiri rapat Liga Muslim Dunia.
“Momennya bersamaan dan Bu Puan menginginkan saya memandu,” tutur Syafruddin,
Sabtu, 25 Juni lalu. Dalam wawancara dengan
Tempo, Jusuf Kalla mengakui bertemu dengan Puan Maharani. Ia juga berjumpa
dengan Megawati Soekarnoputri pada momen Idul Fitri lalu. Namun Kalla
membantah jika dikatakan menggagas ataupun menjajaki duet Anies Baswedan dan
Puan Maharani. “Saya tidak tahu sama sekali,” kata Kalla. Meski begitu, Kalla
mengatakan duet itu mungkin saja terwujud. “Persoalannya, siapa nomor satu
dan dua,” ujarnya. Ketua Bidang Pemenangan
Pemilu PDI Perjuangan Bambang Wuryanto enggan berkomentar soal upaya
memasangkan Puan dengan Anies. “Mbak Puan terbuka untuk berkomunikasi dengan
siapa pun,” ucap Bambang pada Kamis, 23 Juni lalu. Kedekatan Jusuf Kalla
dengan Anies Baswedan merentang sejak keduanya aktif mengurus Universitas
Paramadina, Jakarta. Anies menjabat rektor pada 2007-2015, sedangkan Kalla
menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina. Kalla juga yang
mengusulkan Anies didapuk sebagai juru bicara Jokowi-JK dalam pemilihan
presiden 2014. Mengklaim tak membantu
pencarian tiket untuk Pemilu 2024, Kalla hakulyakin Anies bakal dicalonkan.
Sebab, Anies memiliki modal elektabilitas yang dibutuhkan partai-partai
politik untuk memenangi pemilihan. Kepada Anies, Kalla menyarankan agar
merampungkan tugas dan meninggalkan warisan yang baik untuk DKI. “Tunjukkan
dulu Anda bisa bikin apa,” ujar Kalla. Anies Baswedan sebaliknya
menilai Kalla sebagai sosok kaya pengalaman yang ia hormati. Ihwal dukungan
dari Kalla sebagai calon presiden 2024, Anies lagi-lagi berkilah masih
berfokus bekerja sebagai Gubernur Jakarta. “Jangan dipancing-pancing terus
soal maju pilpres,” kata Anies. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar