Jumat, 06 Agustus 2021

 

Reformasi Ekonomi dan Masa Depan Mesir

Musthafa Abd Rahman ;  Wartawan Kompas di Kairo, Mesir

KOMPAS, 6 Agustus 2021

 

 

                                                           

Di berbagai media di Mesir saat ini berkembang opini yang ditulis para cendekiawan negara itu tentang peta jalan baru Mesir. Mereka menegaskan, situasi Mesir sekarang menjanjikan terjadinya kemajuan dan kebangkitan saat ini dan di masa mendatang.

 

Bahkan, sebagian cendekiawan menyebut Mesir saat ini sebagai negara baru dan ada pula yang menyebut dengan republik baru. Berkembangnya opini itu menyusul peluncuran program ”Hidup Terhormat” oleh Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi dalam pertemuan dengan para pengusaha pada 15 Juli 2021.

 

Presiden El-Sisi menyebut, program itu adalah bagian dari pelaksanaan proyek visi Mesir 2030. Ia pun mengungkapkan, visi ini adalah proyek pembangunan secara menyeluruh di semua sektor yang tengah gencar dilakukan di Mesir. Di antara proyek pembangunan tersebut adalah renovasi 4.584 desa yang menampung 58 persen penduduk dari sekitar 101 juta jiwa penduduk Mesir saat ini.

 

Menurut El-Sisi, reformasi ekonomi yang sedang berjalan dan terbilang paling revolusioner pada era Mesir modern adalah pilar visi Mesir 2030. Dalam pertemuan tersebut, El-Sisi untuk pertama kalinya sering menyebut visi Mesir 2030.

 

Harian terkemuka Mesir, Al Ahram, menyebut, visi Mesir 2030 secara de facto sudah berjalan sejak El-Sisi berkuasa tahun 2014 dan terus berjalan sampai saat ini. Seperti diketahui, Mesir melalui kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) telah melakukan reformasi ekonomi sejak tahun 2016 dan masih berlanjut sampai sekarang. Reformasi ekonomi itu dengan imbalan Mesir mendapat kucuran bantuan dana dari IMF sebesar 12 miliar dollar AS.

 

Berkat kepemimpinan yang kuat El-Sisi, reformasi ekonomi Mesir berjalan sukses tanpa hambatan berarti, seperti kebijakan devaluasi mata uang lokal (pound Mesir), pengurangan subsidi bahan bakar, menaikkan tarif listrik dan transportasi, serta menaikkan tarif dan pendapatan pajak.

 

Bahkan, bagian dari reformasi ekonomi, Presiden El-Sisi bertekad akan menaikkan harga roti yang menjadi makanan pokok rakyat Mesir. Jika El-Sisi benar-benar melaksanakan tekadnya menaikkan harga roti itu, hal tersebut adalah suatu keberanian luar biasa yang tidak berani dilakukan oleh presiden Mesir sebelum ini.

 

Mendiang Presiden Mesir Anwar Sadat pernah menaikkan harga roti pada 1977. Saat itu, seluruh rakyat Mesir turun ke jalan menolak kenaikan harga itu. Sadat segera mencabut keputusan tersebut. Mendiang Presiden Hosni Mubarak selalu menolak imbauan menaikkan harga roti karena takut peristiwa unjuk rasa pada era Presiden Sadat terulang lagi.

 

Namun, zaman kini sudah berubah. Rakyat mulai menyadari bahwa reformasi ekonomi menjadi sebuah keniscayaan bagi kemajuan Mesir saat ini dan masa mendatang. Presiden El-Sisi datang di zaman yang tepat dan membuat program reformasi ekonominya segera mendapat dukungan meskipun rakyat harus menanggung beban berat akibat reformasi ekonomi itu.

 

Roda reformasi ekonomi kini berjalan cukup cepat yang tidak mungkin lagi dihentikan. Inilah yang ditangkap para cendekiawan bahwa Mesir dengan program reformasi ekonomi yang cukup sukses membuka jalan bagi melajunya negara itu.

 

Lingkungan pendukung bagi suksesnya reformasi ekonomi cukup kuat, seperti terciptanya stabilitas dan keamanan, serta adanya kepemimpinan yang kuat. Pemerintah Mesir yang didukung penuh militer dan aparat keamanan kini praktis mengontrol penuh negara.

 

Presiden El-Sisi dan Pemerintah Mesir tampak siap membayar harga berapa pun demi terciptanya keamanan dan stabilitas. El-Sisi sangat menyadari bahwa tanpa keamanan dan stabilitas tidak mungkin melakukan reformasi ekonomi. Ini yang membuat stabilitas dan keamanan menjadi prioritas utama pemerintahan Presiden El-Sisi.

 

Mesir pun bisa dibilang menjelma menjadi negara yang paling stabil dan aman di Timur Tengah saat ini pada saat negara tetangganya dilanda perang saudara atau krisis politik, seperti Libya, Tunisia, Lebanon, Yaman, Suriah, dan Irak. Karena itu, rakyat Mesir sangat mendukung pemerintahnya yang dianggap berprestasi menciptakan stabilitas dan keamanan di negara itu. Rakyat Mesir pun kini menikmati keamanan dan stabilitas di negaranya.

 

Keberhasilam reformasi ekonomi yang ditopang oleh stabilitas dan keamanan membuka jalan terjadinya pembangunan masif di negara itu. Salah satu megaproyek yang menonjol adalah pembangunan ibu kota baru (sekitar 45 kilometer arah timur Kairo) yang proses pembangunannya berjalan cepat. Kantor-kantor pemerintahan sejak akhir tahun 2021 mulai pindah secara bertahap ke ibu kota baru yang biaya pembangunannya mencapai 45 miliar dollar AS.

 

Tentu masih butuh waktu rakyat Mesir bisa menikmati hasil reformasi ekonomi itu. Bahkan, jika reformasi ekonomi terus berjalan baik, bukan generasi sekarang yang menikmati, melainkan generasi yang akan datang.

 

Tantangan terbesar Pemerintah Mesir dalam proyek reformasi ekonomi adalah menaikkan pendapatan rakyat. Pendapatan per kapita negara ini masih berada di angka 3.561 dollar AS atau di urutan ke-114 dunia.

 

Angka tersebut menunjukkan Mesir masih berada di peringkat negara berkembang kelas menengah ke bawah. Produk domestik bruto (PDB) negara ini masih di angka 362 miliar dollar AS atau di urutan ke-34 dunia.

 

Mesir masih harus berjuang keras untuk bisa menjadi anggota 20 negara ekonomi besar (G-20) dunia. Negara Timur Tengah yang berhasil masuk G-20 hanya Turki dan Arab Saudi. Ini yang menjadi pekerjaan rumah besar pemerintah atau siapa pun yang berkuasa.

 

Banyak pekerjaan besar yang diharus dilakukan Pemerintah Mesir untuk menaikkan pendapatan per kapita dan PDB, di antaranya peningkatan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran, menekan kenaikan jumlah penduduk, dan meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Kantor Pusat Statistik dan Mobilisasi Publik (CAPMS), angka pengangguran tahun 2020 mencapai 10,45 persen.

 

Presiden El-Sisi sudah sering mengingatkan tentang pentingnya kesadaran  keluarga untuk membatasi ledakan penduduk. Ia mengingatkan, jumlah penduduk Mesir bertambah 20 juta jiwa antara tahun 2010 dan 2021. Menurut dia, bertambahnya jumlah penduduk yang tak terkendali itu menyebabkan naiknya harga komoditas karena naiknya permintaan pasar.

 

Ia mengingatkan pula, bertambahnya jumlah penduduk yang tidak terukur bisa menghambat proses reformasi ekonomi yang berjalan saat ini dan mereduksi nilai prestasi yang dicapai selama ini. Inilah pekerjaan rumah terbesar Pemerintah Mesir agar reformasi ekonomi yang berjalan saat ini bisa meningkatkan pendapatan rakyat dan PDB negara itu.. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar