Senin, 09 Agustus 2021

 

Pandemi dan Geliat Peradaban Bangsa

Y Argo Twikromo ;  Pengajar di Universitas Atma Jaya Yogyakarta; Antropolog

KOMPAS, 8 Agustus 2021

 

 

                                                           

Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM menjadi suatu keutamaan ketika gelombang pandemi Covid-19 telah meningkat relatif tajam di berbagai wilayah Nusantara. Jumlah warga yang terpapar dan meninggal telah meningkat, bahkan benar-benar hadir secara dekat di lingkungan sebagian besar masyarakat.

 

Dengan demikian, kehadiran gelombang pandemi mulai dirasakan dan dialami semakin jelas dan nyata dalam kehidupan bangsa ini. Kepedihan demi kepedihan silih berganti semakin merasuk dalam hati sanubari setiap warga masyarakat.

 

Sejak awal masa pandemi, pembatasan berbagai aktivitas kehidupan masyarakat telah menyapu segudang rencana dalam kehidupan bangsa. Namun setelah memasuki pertengahan tahun kedua, pembatasan tersebut tidak menjadi semakin longgar, bahkan semakin ketat dan benar-benar harus ditaati.

 

Penerapan peraturan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 terpaksa dilanjutkan dalam kondisi karut-marutnya segala lini kehidupan bangsa. Negara juga harus menggelontorkan dana sangat besar, tidak hanya untuk mengatasi pandemi Covid-19, tetapi juga mengurangi beban kehidupan warga negara yang semakin tidak menentu.

 

Kreativitas dan kecerdasan anak bangsa justru teruji dalam masa sulit semacam ini. Berbagai kegiatan dan peristiwa untuk menghadapi pandemi melalui kebersamaan muncul dari berbagai lapisan anak bangsa.

 

Kepedulian dan keprihatinan mendalam terhadap kehadiran pandemi cenderung membangkitkan etika keselarasan para leluhur bangsa dalam menjalin relasi selaras antara manusia dengan sesama, dengan alam, dengan Sang Pencipta, dan bahkan antarketiganya. Padahal, nuansa keselarasan semacam ini relatif terabaikan dalam ingar bingarnya modernitas dan perkembangan kehidupan global saat sebelum pandemi.

 

Pembelajaran masa pandemi

 

Pada masa awal pandemi, masyarakat mengalami kebingungan, ketakutan, keresahan, bahkan ketidakpercayaan terhadap keberadaan dan ancaman virus yang muncul pertama kali di Wuhan, China, tersebut. Berbagai silang pendapat dan interpretasi beragam cenderung mewarnai kehidupan bangsa ini, baik dalam konteks kehidupan nyata maupun dunia maya. Bahkan sering kali berkelindan dengan kepentingan sepihak dan kepentingan politik tertentu.

 

Covid-19 merupakan jenis virus baru yang penularannya melalui mobilitas dan kontak secara langsung atau dekat, serta belum diketemukan obatnya secara pasti. Kondisi ketidakpastian, baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun global, telah membuka ruang keresahan dan kepanikan dalam masyarakat. Kondisi ini relatif rentan untuk tergiring dalam berbagai opini sesuai dengan keinginan kelompok kepentingan tertentu sehingga mempunyai potensi kuat untuk dapat dimanfaatkan dan dimobilisasi.

 

Walaupun terkadang justru mengancam keutuhan bangsa, sebagian masyarakat tanpa berpikir panjang mendapatkan ruang untuk menyalurkan keresahan dan kepanikan, bahkan tertuju pada sasaran yang sama sesuai kemauan kelompok kepentingan tertentu. Strategi para aktor kelompok kepentingan tertentu dapat mengaburkan sasaran utama yang dituju sehingga sering kali dibuat bertingkat dan tersamar.

 

Ketika ideologi Pancasila menjadi sasaran utama (walaupun selalu disamarkan), maka individu, lembaga, kegiatan, peristiwa, dan turunan-turunan lain sebagai penopang kokoh keberadaan Pancasila terus digerogoti atau dijadikan sasaran tembak antara dan bertingkat. Bahkan, model semacam ini sering kali dilakukan melalui berbagai peristiwa sebelum masa pandemi.

 

Dampak dari peristiwa penggerogotan tersebut sering kali muncul dalam isu, seperti intoleransi, kurang penghargaan terhadap perbedaan, keutuhan bangsa yang terancam, dan radikalisme. Walaupun isu atau terminologi semacam itu sering kali juga digunakan oleh kelompok kepentingan tersebut untuk menggilas mereka yang dianggap berseberangan atau lawan, sesuai dengan logika kebenaran sepihak dan dikemas agar menjadi opini atau kebenaran publik.

 

Dalam konteks berbeda, kehadiran pandemi juga telah membuka berbagai ruang kecerdasan dan kreativitas anak bangsa. Walaupun belum dapat dipahami secara jelas esensinya, terminologi lock down dan protokol kesehatan (prokes) juga ditanggapi oleh masyarakat dengan upaya mengurangi kehadiran orang luar masuk ke wilayah mereka sekaligus memunculkan berbagai kreativitas lokal masing-masing masyarakat. Pandemi saat itu belum hadir secara nyata atau dekat di lingkungan setempat. Sebagian besar masyarakat masih mendapatkan informasi dari pemerintah, kenalan, dan media yang ada.

 

Seiring dengan perkembangan penyebaran Covid-19, masyarakat di setiap wilayah secara berkelanjutan relatif mewarnai cara menghadapi pandemi ini dengan tata kelola kehidupan bersama yang mengedepankan koridor keselarasan. Relasi selaras antara manusia dengan sesama, dengan alam, dengan Sang Pencipta, dan bahkan antar ketiganya menjadi esensi kehidupan bersama mereka.

 

Berbagai bentuk kebersamaan secara unik dan kreatif menjadi warna tersendiri di setiap wilayah, seperti gotong royong dalam membantu sesama yang sedang terpapar atau kesulitan kehidupan sosial-ekonomi, mengolah bahan lokal untuk menjaga imun tubuh, doa bersama lintas agama. Kekuatan dan potensi sosial-budaya lokal bangsa ini tanpa disadari tergali dalam masa pandemi ini untuk disandingkan secara selaras dengan potensi yang berkembang saat ini. Keduanya saling mengisi dan menopang kehidupan bersama secara lebih mandiri dalam menghadapi kondisi yang belum menentu kapan akan berakhirnya.

 

Berbagai kepedulian anak bangsa dalam menopang keharmonisan kehidupan bersama pada masa pandemi juga terwujud melalui berbagai kegiatan dan peristiwa yang mengedepankan ketulusan hati. Dukungan secara mandiri terhadap bangsa dan negara diwujudkan dalam bentuk seperti gotong royong digital, shelter untuk warga yang kesulitan isolasi mandiri, pembuatan dan penyediaan peti mati, memberi bantuan bahan makanan pokok lintas golongan, doa bersama lintas agama, pengadaan vaksin massal, serta bentuk-bentuk kepedulian lain dalam berbagai lini dan tingkatan masyarakat.

 

Berbagai bentuk kegiatan dan peristiwa tersebut justru semakin menumbuhkan etika kehidupan selaras bangsa ini dan sekaligus menopang keberadaan Pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia. Upaya pemerintah dan masyarakat menjadi saling bergayung sambut dalam menghadapi masa pandemi sekaligus memahami bahwa keuangan negara akan semakin morat-marit tanpa dukungan dari warga negara secara selaras dan tulus. Upaya untuk lepas dari pandemi tidak hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi tanggung jawab semua warga negara, bahkan warga dunia ini.

 

Perlu dipahami bahwa ketika masa pandemi sudah memasuki pertengahan tahun kedua, maka masyarakat dalam menanggung beban kehidupan juga semakin berat dalam PPKM yang tidak bisa untuk tidak diberlakukan. Pilihan yang sangat sulit bagi pemerintah sehingga PPKM juga harus menjadi tanggung jawab bersama warga negara.

 

Berbagai aktor atau kelompok yang merasa terganggu dengan keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara akan mendapatkan ruang untuk memanfaatkan situasi sekarang ini. Beban sangat berat masyarakat dalam menghadapi kehidupan masa pandemi yang panjang relatif berpotensi untuk dimanfaatkan ataupun dimobilisasi oleh berbagai kelompok kepentingan.

 

Peraturan dan keutuhan bangsa

 

Prokes yang saat awal masa pandemi diberlakukan secara internasional juga diterapkan di Indonesia. Penerapan prokes tersebut terus disosialisasikan agar menjadi kebiasaan baru dalam kehidupan di Indonesia.

 

Sementara pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan secara ketat dan longgar berdasarkan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses penyebaran virus tersebut. Dengan demikian, berbagai pertimbangan dalam menentukan langkah secara tepat harus dilakukan dengan saksama dan bertahap.

 

Keputusan longgar-ketat (buka-tutup) dan bertahap sesuai konteks penyebaran Covid-19 bukan semata-mata merupakan keputusan tidak konsisten. Keputusan tersebut justru dilakukan secara hati-hati dan saksama.

 

Proses pembelajaran kehidupan bagi anak bangsa menjadi bagian tak terpisahkan dari proses yang terjadi dalam masa pandemi ini. Anak bangsa relatif terlibat secara nyata dan ikut berproses dalam menghadapi keberadaan virus baru, berbagai perbedaan interpretasi, beban berat kehidupan, serta proses dan strategi dalam menggali berbagai potensi atau kreativitas lokal bangsa untuk menghadapi dan mengatasi kehidupan ini.

 

Ketika kehadiran pandemi juga telah membuka berbagai ruang perbedaan interpretasi secara relatif tajam, maka peraturan diterapkan, baik dalam konteks untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 maupun untuk tetap menjaga agar tidak terjadi chaos dalam kehidupan masyarakat. Bahkan mengandung pembelajaran pada masyarakat melalui kejadian-kejadian nyata sebagai dampak kepatuhan atau tidaknya terhadap peraturan tersebut.

 

Geliat peradaban baru bangsa

 

Pembelajaran masyarakat dalam menyandingkan dan memadukan etika kehidupan selaras dalam berbagai tata kelola kehidupan di masa pandemi merupakan langkah relatif cerdas dan kreatif. Masyarakat menjadi subyek dalam menghadirkan nuansa kebersamaan, keharmonisan, kemanusiaan, penghargaan, ketulusan, dan kasih sayang dengan sesama serta alam semesta ini. Kemandirian dan tanggung jawab untuk mengatasi masalah bangsa tanpa memperlebar perbedaan ataupun dikotomi yang ada, bahkan menggeser ambang batas tersebut secara selaras dan padu serasi sebagai karakter khas para leluhur bangsa ini.

 

Nuansa keselarasan dan kemandirian yang melekat pada etika keselarasan bangsa justru telah menggeliat pada masa kehidupan bangsa sedang mengalami masa sulit. Embrio geliat peradaban baru bangsa ini dapat dijadikan pijakan untuk membangun peradaban baru bangsa pasca masa pandemi berlalu.

 

Kemajuan bukan hanya sesuai dengan perkembangan global saja, melainkan pengelolaan kemajuan perlu dipadukanserasikan dengan karakter (kebijaksanaan kehidupan ataupun etika keselarasan) lokal bangsa. Dengan demikian, peradaban baru bangsa Indonesia pascapandemi justru dapat menjadi contoh nyata sebagai suatu kehidupan yang lebih mengedepankan keharmonisan bagi bangsa-bangsa lain di dunia ini. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar