Minggu, 08 Agustus 2021

 

Kekebalan Komunal dan Penyebaran Covid-19

Anies ;  Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

KOMPAS, 7 Agustus 2021

 

 

                                                           

Provinsi DKI Jakarta telah memasuki fase paling buruk sepanjang riwayat pandemi Covid-19. Seperti diakui Gubernur DKI, gelombang kedua terjadi begitu cepat dan dalam kurun tidak sampai sebulan, bahkan telah jauh melampaui gelombang pertama.

 

Sebetulnya situasi demikian bukan hanya terjadi di Jakarta, melainkan juga di banyak wilayah lain di Indonesia.

 

Lonjakan drastis kasus Covid-19 ini diakibatkan oleh kemunculan beberapa varian baru virus SARS-COV-2, menyebabkan fasilitas-fasilitas kesehatan nyaris kolaps, bahkan tidak sedikit yang telah kolaps karena kepenuhan pasien dan keterbatasan tenaga. Para dokter dan tenaga kesehatan lain tidak sedikit pula yang terpapar.

 

Memasuki bulan Juli 2021, kasus harian Covid-19 Indonesia terus mengalami peningkatan cukup signifikan. Satuan tugas (satgas) penanganan Covid-19 mencatat, lonjakan kasus kali ini jauh lebih tinggi dari puncak gelombang pertama yang terjadi pada Januari 2021. Pada puncak pertama, jumlah kasus mingguan mencapai 89.902 orang, sedangkan minggu ini angkanya sudah mencapai 125.396 orang.

 

Indonesia tengah menghadapi gelombang kedua lonjakan kasus Covid-19. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya kasus virus korona di Tanah Air dalam beberapa pekan terakhir yang menempatkan Indonesia sebagai penyumbang kasus harian terbanyak kedua di dunia. Brasil berada di urutan pertama, sedangkan India di urutan ketiga angka kasus harian.

 

Penerapan ”herd immunity”

 

Kekebalan komunal (herd immunity) adalah konsep dalam epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi jika 60-80 persen penduduk telah mempunyai kekebalan.

 

Kekebalan yang dimaksud adalah kekebalan yang diperoleh melalui program vaksinasi atau infeksi secara alamiah. Selain menggunakan vaksin, kekebalan tubuh bisa didapatkan secara alami oleh orang-orang yang berhasil sembuh dari infeksi penyakit tertentu. Dalam hal ini setelah pulih dari Covid-19. Namun, terbentuknya kekebalan komunal secara alami ini membutuhkan waktu yang cukup lama dengan risiko yang tidak kecil.

 

Kekebalan komunal terjadi ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular tertentu sehingga memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok bagi mereka yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjabarkan herd immunity sebagai perlindungan tak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika suatu populasi kebal, baik lewat vaksinasi maupun infeksi sebelumnya.

 

Kekebalan komunal merupakan proteksi indirect atau secara tidak langsung yang didapatkan oleh individu yang rentan terhadap suatu infeksi karena proporsi individu yang kebal terhadap infeksi tersebut sudah banyak dalam suatu populasi. Pencapaian kekebalan komunal Covid-19 diharapkan akan meredam pandemi dan melindungi kelompok yang rentan dari infeksi.

 

Untuk mencapai hal tersebut, ambang batas kekebalan komunal yang diperlukan untuk Covid-19 adalah 50-67 persen. Hal ini berarti minimal 50-67 persen dari populasi perlu memiliki kekebalan terhadap Covid-19. Hal ini menyebabkan pencapaian kekebalan komunal melalui infeksi alami menjadi tidak realistis karena akan menimbulkan angka kematian yang sangat tinggi, apalagi kita sudah menemukan vaksinnya.

 

Kita lebih menganut kekebalan komunal korona tercapai dengan melindungi orang melalui vaksinasi, bukan dengan memaparkan masyarakat pada patogen penyebab penyakit. Ini sudah dilakukan untuk berbagai lapisan masyarakat, dan kini bahkan terhadap anak-anak usia 12-17 tahun.

 

Vaksin melatih sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi yang akan melawan penyakit. Hal terpenting adalah vaksin bekerja tanpa membuat kita sakit. Orang yang divaksinasi dilindungi dari penyakit sehingga bisa memutus rantai penularan.

 

Orang yang terinfeksi virus dan lalu sembuh lazimnya telah memiliki antibodi yang kuat terhadap virus yang sama. Tubuh memproduksi antibodi sebagai respons terhadap virus atau bakteri yang masuk.

 

Apabila seseorang pernah melawan suatu penyakit, sistem imunnya telah mengenali penyebab penyakit itu dan tahu cara mengalahkan secara lebih cepat dan lebih baik di kemudian hari.

 

Orang yang tertular oleh penyakit yang sama kemungkinannya lebih kecil, bahkan kebal.

 

Karena itu, makin banyak orang yang sembuh dari infeksi, makin banyak pula yang memiliki imunitas atau kekebalan. Dalam skema herd immunity, mereka dapat berperan layaknya tembok pelindung bagi orang lain yang belum terinfeksi dalam suatu populasi.

 

Melalui vaksinasi

 

Untuk mencapai kekebalan komunal korona, sebagian besar populasi perlu divaksinasi sehingga bisa menurunkan jumlah keseluruhan virus yang dapat menyebar di seluruh populasi. Salah satu tujuan mengejar kekebalan kelompok adalah untuk menjaga kelompok rentan yang tak dapat divaksinasi—misalnya karena kondisi kesehatan, seperti reaksi alergi terhadap vaksin—tetap aman dan terlindungi dari penyakit.

 

Karena itulah penggalakan vaksinasi sudah sangat tepat. Lamanya durasi kekebalan komunal dapat bervariasi, tergantung keberagaman antigenik suatu patogen dan peristiwa immunosenescence, yaitu hilangnya respons terhadap patogen secara progresif yang mengakibatkan penurunan titer antibodi dan respons seluler.

 

Sampai saat ini, kurang dari 10 persen populasi dunia dilaporkan terinfeksi Covid-19. Padahal, ambang batas kekebalan komunal yang harus dicapai 50–67 persen. Jika mengandalkan infeksi alami untuk mencapai herd immunity, masih dibutuhkan berjuta-juta orang untuk terinfeksi Covid-19.

 

Hal ini tentu akan menimbulkan kematian yang sangat tinggi karena Covid-19 memiliki case fatality rate 3,4 persen. Karena itu, alasan tersebut membuat pencapaian kekebalan komunal melalui infeksi alami dinilai tidak realistis. Maka, kekebalan komunal diharapkan dapat dicapai melalui vaksinasi. Vaksin SARS-CoV-2 diharapkan bisa membantu mencapai ambang imunitas kelompok tanpa meningkatkan jumlah kematian.

 

Selain berfokus pada efektivitas vaksin, distribusi vaksin secara luas juga perlu menjadi perhatian badan kesehatan, karena untuk mencapai kekebalan komunal diperlukan proporsi populasi tervaksinasi yang cukup besar. Persentase orang yang perlu kebal untuk mencapai kekebalan kelompok bervariasi untuk setiap penyakit.

 

Misalnya, untuk campak dibutuhkan sekitar 95 persen populasi untuk divaksinasi agar terbentuk kekebalan komunal. Lima persen sisanya akan dilindungi oleh fakta bahwa campak tidak akan menyebar di antara mereka yang divaksinasi. Adapun untuk polio, ambang batasnya sekitar 80 persen.

 

Kita telah bertekad untuk mencapai kekebalan komunal dengan melindungi orang melalui vaksinasi, bukan dengan memaparkan mereka pada patogen penyebab penyakit.

 

Pemberian vaksin melatih sistem kekebalan tubuh untuk menciptakan protein yang melawan penyakit, yang dikenal sebagai ”antibodi”, seperti yang akan terjadi saat terpapar suatu penyakit. Namun, hal yang terpenting adalah vaksin bekerja tanpa membuat tubuh sakit.

 

Efektivitas vaksin yang sedang dikembangkan saat ini masih terus dipelajari. Kita mengharapkan penggalakan vaksinasi yang dilakukan pemerintah secara gratis akan mencapai proporsi populasi tervaksinasi lebih cepat. Dengan demikian, kekebalan komunal bisa segera tercapai.

 

Dampak kekebalan komunal korona paling dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Dibutuhkan kedisiplinan dan pengetahuan yang memadai dalam penerapan kekebalan komunal. Apalagi yang dihadapi adalah Covid-19, penyakit yang baru dan masih diteliti para ahli.

 

Namun, perlu diwaspadai penerapan kekebalan komunal di Indonesia mengingat masih banyak warga yang belum berdisiplin. Misalnya, sudah ada imbauan jaga jarak dan mengenakan masker, tapi masih saja ada yang tidak mematuhinya. Ada yang memakai masker, tetapi hanya dengan dicantelkan ke telinga, tanpa menutup hidung atau mulut, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.

 

Karena itu, gerakan 5M protokol kesehatan yang kini diterapkan harus dipatuhi segenap lapisan masyarakat secara disiplin. Kelima gerakan itu ialah memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi. ●

 

1 komentar: