Baliho
Politik dan Psikologi Publik di Masa PPKM Isnan Nursalim ; Relawan Komunikasi Gugus Tugas Covid-19
Kabupaten Cilacap |
DETIKNEWS, 20
Agustus 2021
Saat ini
baliho sejumlah tokoh parpol yang diprediksi bertarung di Pilpres 2024 mulai
tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Mereka di antaranya Puan Maharani,
Airlangga Hartanto, dan Muhaimin Iskandar yang wajahnya mulai bermunculan di
berbagai daerah. Pemasangan
baliho merupakan salah satu upaya parpol mengenalkan calonnya kepada
masyarakat. Baliho memang salah satu media yang cukup efektif untuk
mendongkrak popularitas dan elektabilitas tokoh parpol. Namun, di tengah
pembatasan aktivitas masyarakat di ruang publik pemasangan baliho bagi para
tokoh parpol tentu kurang efektif. Pasalnya baliho berkuran besar yang
menghiasi berbagai suduk kota hingga desa di seantero negeri terpasang saat
mobilitas masyarakat dibatasi. Hasil Survei
New Indonesia Research & Consulting baru-baru ini menunjukkan
elektabilitas capres beberapa tokoh yang memasang baliho masih di bawah
kandidat lain. Elektabilitas Puan Maharani (1,4%) menempati posisi 11,
Airlangga Hartanto (1,3%) posisi 12 sementara Muhaimin Iskandar masih jauh di
bawah Ganjar Pranowo (20,5%), Prabowo Subianto (16,7%), dan Ridwan Kamil
(16,1%) yang menempati elektabilitas tiga teratas. Hasil Survei
yang dilakukan Indostrategic pada 23 Maret-1 Juni 2021 juga menunjukkan hal
yang sama. Posisi tiga teratas diduduki oleh Prabowo Subianto (17,5%), Anies
Baswedan (17,0) pada posisi kedua, dan Ganjar Pranowo (8,1%) ketiga.
Elektabilitas Puan Maharani (0,6%) berada di posisi 12, Muhaimin Iskandar
(0,5%) posisi 14, dan Airlangga Hartanto (0,5%) menduduki posisi 15, jauh di
bawah nama-nama kandidat yang lain. Sementara itu
hasil survei LSI Denny JA yang dilaksanakan pada 27 Mei hingga 4 Juni 2021
menempatkan Prabowo Subianto (23,5%) pada posisi pertama, Ganjar Pranowo
(15,5%) posisi kedua, dan Anies Baswedan (13,8%) posisi ketiga. Sedangkan
Airlangga Hartanto (5,3%) pada urutan kelima dan Puan Maharani (2%) di urutan
ketujuh, sementara Muhaimin Iskandar tidak masuk radar. Dari hasil
tiga lembaga survei di atas setidaknya menunjukkan bahwa perang baliho yang
tengah ramai menghiasi sudut-sudut jalan raya belum terlalu efektif
mendongkrak elektabilitas calon. Justru pemasangan baliho oleh tokoh parpol
di tengah pandemi Covid-19 malah menjadi bumerang yang balik menyerang. Pemasangan
baliho ini menuai respons negatif dan kurang baik di media sosial. Banyak
pihak menilai hal ini menunjukkan kurang pekanya tokoh parpol dalam melihat
situasi bangsa yang sedang terjadi. Pemasangan baliho dengan asosiasi Pemilu
2024 di tengah pandemi Covid-19 juga dianggap kurang memiliki rasa empati
terhadap situasi yang serba sulit saat ini. Psikologi Publik Secara
sosiologis baliho pada dasarnya merupakan seperangkat simbol atau bahasa yang
dipergunakan untuk mempengaruhi psikologis publik. Baliho sebagai simbol
digunakan parpol untuk mencitrakan elite politik yang akan dicalonkan pada
perhelatan Pilpres 2024 kepada masyarakat. Menurut Jean
Baudrillard, baliho sebagai simbol atau tanda disebutnya sebagai simulacra
politik. Ketika realitas yang sesungguhnya dimanipulasi sedemikan rupa
menjadi realitas simbolik, maka terjadilah hiperrealitas. Alih-alih mendapat
simpati dan dukungan publik, pemasangan baliho oleh beberapa elite politik
justru gagal mempengaruhi psikologis masyarakat. Strategi
parpol dalam mensosialisasikan kadernya menuju kontestasi Pilpres 2024 tentu
harus memperhatikan waktu dan momentum yang tepat. Dalam situasi pandemi yang
mengakibatkan masyarakat kesulitan ekonomi, memasang baliho tentu strategi
yang kurang tepat. Alhasil kritik dan respons negatif bermunculan dari
berbagai pihak. Publik tentu
akan terus menilai berbagai kandidat hingga pelaksanaan Pilpres 2024
berlangsung. Selain mencitrakan melalui medium komunikasi seperti baliho,
kerja-kerja yang bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk mengatasi
persoalan yang sedang terjadi dan dirasakan dampaknya tentu lebih penting.
Pada akhirnya publik akan mengevaluasi dan menilai tokoh yang layak memimpin
Bangsa Indonesia mendatang. ● Sumber : https://news.detik.com/kolom/d-5689349/baliho-politik-dan-psikologi-publik-di-masa-ppkm |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar