Strategi
Segi Lima untuk Keluar dari Pandemi J Satrijo Tanudjojo ; Global CEO di Tanoto Foundation |
KOMPAS, 24 Juli 2021
Indonesia
sedang berjuang menghadapi jumlah kasus Covid-19 yang meningkat drastis di
tengah terbebaninya sistem kesehatan dan berkurangnya pasokan oksigen. Apakah
keadaan akan bisa membaik? Meski sudah menggulirkan kampanye vaksin nasional,
Indonesia sedang memiliki gelar yang kurang membanggakan sebagai salah satu
dari lima negara selain Brasil, Argentina, India, dan Kolombia yang memiliki
jumlah kasus harian dan angka kematian terbanyak serta sekarang menjadi pusat
pandemi di Asia Tenggara. Kita sekarang harus belajar lebih cepat dan
bertindak lebih tegas. Gugus
tugas Covid-19 Singapura, yang terdiri dari berbagai kementerian, telah
membuat garis besar berisi apa yang kami percaya sebagai kewajiban mutlak
bagi negara yang ingin keluar dari pandemi: vaksin, testing, perawatan, dan
kewajiban sosial. Kami yakin bahwa menambahkan poin kelima, yaitu kolaborasi
dan kemitraan, bisa membantu mempercepat pemulihan Indonesia. Jika
pendekatan segi lima ini belum cukup menantang untuk negara dengan 17.508
pulau yang bentangan dari timur ke baratnya 5.100 kilometer, juga sebagai
negara dengan populasi terbanyak keempat sedunia, kita harus menghadapi
berbagai tantangan sambil membangun fondasi baru untuk menguatkan daya
lenting sistem. Strategi lima sisi Lima
sisi ini saling bergantung dan berhubungan karena kekurangan di satu sisi
akan memengaruhi yang lain. Pertama,
vaksin berperan sebagai penyelamat nyawa. Kita menyaksikan bagaimana negara
dengan cakupan vaksinasi lebih tinggi memiliki tingkat rawat inap dan
kematian lebih rendah. Dengan vaksin, ancaman mematikan virus menjadi jauh
lebih tumpul. Selain pasokan yang cukup dan logistik memadai, kesuksesan
vaksinasi nasional bergantung pada kolaborasi sektor publik dan swasta serta
peningkatan kesadaran dan literasi sains di masyarakat. Dalam
perang melawan Covid-19, keraguan serta perlawanan terhadap vaksin merupakan
sesuatu yang amat disayangkan dan tak peka dalam urgensi menyelamatkan nyawa
dan meringankan beban sistem kesehatan kita. Sampai awal Juli 2021, hanya 5,1
persen dari seluruh penduduk Indonesia yang sudah menerima vaksinasi lengkap
sebanyak dua dosis. Mengingat
jumlah kasus yang meningkat tajam dalam minggu-minggu terakhir, sudah sangat
mendesak untuk dilakukan dorongan vaksinasi yang intensif di Indonesia. Negara
dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, Israel, bisa memberikan 10,9
juta dosis vaksin Covid-19 (dua dosis) kepada 60,3 persen populasinya.
Kementerian Kesehatan Israel melaporkan penurunan drastis kasus harian ke
angka 149 per hari pada April dan hampir nol pada Juni. Bahkan, India, yang
tadinya episenter Covid-19 di Asia sebelum diambil alih Indonesia, telah
membagikan 3 juta-4 juta dosis vaksin per hari demi menanggulangi gelombang
kedua pandemi. Kedua,
untuk menurunkan penularan, testing menjadi sangat penting dan harus
disiapkan serta dapat diakses semua orang.
Survei serologi Dinas Kesehatan Jakarta dengan 5.000 sampel
menunjukkan, hampir setengah penduduk Jakarta (sekitar 4,7 juta orang) sudah
pernah terinfeksi. Kapasitas
pengetesan yang sangat tak memadai tidak hanya memperlambat diagnosis dan
perawatan, tetapi juga memperpanjang pertempuran melawan Covid-19. Deteksi
awal, khususnya untuk segmen populasi dengan risiko tinggi, akan memungkinkan
intervensi awal dan menahan laju penularan. Ketiga,
pengendalian dan perawatan. Berkat komunitas internasional, perusahaan dan
organisasi lokal, Indonesia dapat menambah pasokan oksigen medis dan
konsentrator oksigen untuk penanganan kasus berat. Sebelumnya, perusahaan dan
organisasi menyalurkan peralatan tes, kebutuhan medis, dan alat pelindung diri
(APD). Pertanyaan
ke depannya adalah apakah kita bisa memiliki kemampuan, kapasitas, dan
infrastruktur untuk merawat setiap pasien serta menyelamatkan nyawa mereka?
Bagaimana kita bisa merencanakan dan bersiap untuk kondisi darurat
selanjutnya? Keempat,
kewajiban sosial setiap individu menjadi penting untuk mengawal jalan keluar
dari pandemi. Kita harus menyadari bahwa semua orang memainkan peranan
penting dalam keselamatan dan keamanan masyarakat luas. Oleh karena itu,
menjadi kewajiban kita untuk menerima vaksin jika belum, untuk dites jika
merasa tidak sehat, dan mencari perawatan yang tepat untuk memfasilitasi
kesembuhan. Kewajiban
sosial ini dapat tumbuh jika literasi sains berkembang secara signifikan.
Kita harus bisa memahami dan menghargai fakta yang memang berdasarkan pada
bukti serta menjaga diri dari gempuran berita bohong dan informasi yang
keliru. Memiliki pemahaman yang kuat mengenai manfaat vaksin dan pengetesan
dapat membantu kita untuk mengambil keputusan yang berguna bagi diri kita sendiri,
orang-orang terdekat, dan masyarakat. Kolaborasi dan kemitraan Kelima,
poin yang dapat kita telusuri lebih jauh adalah kolaborasi dan kemitraan,
baik di tingkat nasional maupun internasional. Pada titik ini, situasi
darurat kesehatan publik seperti pandemi ini telah membuat kita sadar bahwa
berbagai agenda dan harapan kita akan hidup sehat, karier yang produktif,
berkembangnya kemampuan, atau mobilitas sosial saling terkait dan bergantung
pada upaya kita bersama dalam menghadapi virus ini. Sebab,
jika kita tak melakukannya, harga yang harus dibayar adalah jiwa yang
melayang. Kecuali secara moral kita dapat melenceng dari tujuan kolektif
melawan musuh bersama, kita sangat membutuhkan kolaborasi dan kemitraan. Kami
mengamati bagaimana komunitas internasional, lembaga filantropi swasta, dan
organisasi non-pemerintah bekerja erat dengan pemerintah untuk memperluas dan
mempercepat kampanye vaksinasi, selain meningkatkan kapasitas pengetesan dan
perawatan. Ini perbaikan jangka pendek yang bisa dilakukan serta menunjukkan
bagaimana strategi jangka panjang kita dapat secara sistematis menormalisasi
dan mengakomodasi kemitraan untuk mencapai tujuan utama. Berkat
meningkatnya jumlah kemitraan antara sektor swasta dan publik, kami
menyaksikan terjadinya percepatan kampanye vaksinasi nasional. Di luar
Indonesia, kolaborasi dan kemitraan global wajib menyoroti ketimpangan
distribusi vaksin, terutama bagi negara-negara berkembang, dan harus
didasarkan pada nilai-nilai pokok, seperti solidaritas, kesetaraan, keadilan
sosial, dan HAM. Dengan
lalu lintas informasi dan konten yang semakin ramai, para influencer,
pesohor, serta tokoh masyarakat dan agama juga berperan untuk menyebarkan
anjuran pemerintah serta pesan yang berdasarkan bukti kepada masyarakat luas.
Sejumlah organisasi swasta turut serta dalam melakukan advokasi mengenai
vaksin dan kesehatan publik. Media
massa arus utama juga memegang peranan penting untuk menyokong imbauan
pemerintah perihal vaksinasi. Namun, memiliki informasi dan pesan yang tepat
saja belum sepenuhnya efektif, kita harus memastikan bahwa jangkauan pesan
tersebut optimal, tepat waktu, dan punya efek berkelanjutan. Dengan semakin
banyaknya orang yang berpandangan serupa, yang bertujuan menyelamatkan jiwa
dan menjaga keselamatan bangsa, pada akhirnya kita dapat mengalahkan berita
bohong dan keengganan vaksinasi. Jika
kita terus mengupayakan vaksinasi, pengetesan, perawatan, kewajiban sosial,
serta kolaborasi dan kemitraan yang berkesinambungan, bersama kita akan
menemukan jalan keluar dari pandemi dan menyongsong kenormalan baru. Dengan
berbagai latar belakang, kita dapat memiliki tujuan yang sama, membangun
pemahaman kolektif dan mendukung satu sama lain, serta semakin memiliki
kejernihan dengan berkembangnya literasi sains. Ada
banyak yang dapat kita pelajari dari komunitas internasional dan kita juga
harus memiliki ketetapan, komitmen, dan kepemimpinan yang tegas untuk
mewujudkan harapan demi masa depan yang lebih baik. Indonesia mampu mengatasi
pandemi ini dan menjadi bangsa yang lebih tangguh karenanya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar