Gerak
Cepat Pemerintah, Kekompakan, dan Kepatuhan Masyarakat Hasanudin Abdurakhman ; Cendekiawan, penulis |
DETIKNEWS, 26 Juli 2021
Posisi Indonesia dalam
jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 ada di urutan 14, naik dari sebelumnya
posisi 18. Tapi dalam hal jumlah pasien baru dan kematian harian, Indonesia
ada di posisi nomor 1. Posisi kita lebih tinggi dari India. Jadi, bolehlah
kita katakan bahwa kita adalah yang terburuk di dunia saat ini. Kenyataan yang kita hadapi
dalam keseharian menjelaskan situasi itu. Kita kekurangan segala hal yang
kita butuhkan, seperti ruang rawat inap, obat, oksigen, dan tenaga kesehatan.
Bahkan peti mati pun kita sempat kekurangan. Ini betul-betul situasi yang
luar biasa. Bagaimana kita mengatasi
masalah ini? Ini masalah luar bisa yang memerlukan sikap dan tindakan luar
biasa pula untuk mengatasinya. Masalahnya, kita tidak melakukan hal-hal yang
luar biasa. Benar bahwa pemerintah sudah menerapkan PPKM Darurat. Tapi
seperti kita lihat, hasilnya belum tampak. Artinya, tindakan yang diambil
tidak cukup efektif. Kenapa? Kita harus mengakui bahwa
sejak awal pola penanganan pandemi ini banyak bocornya. Celakanya, pandemi
ini tidak memberi toleransi pada kebocoran. Begitu bocor, hasilnya tak jauh
berbeda dengan tanpa pembatasan sama sekali. PPKM Darurat diterapkan, tapi
tidak memutus mata rantai penularan. Artinya, masih banyak tempat yang
sebenarnya tanpa pembatasan. Atau, ada terlalu banyak tempat yang memang tidak
bisa dijangkau dengan pembatasan yang dilakukan melalui PPKM Darurat. Saya lihat contoh di
lingkungan saya sendiri. Di lingkungan perumahan elit, orang mengurung diri
di rumah, tidak melakukan aktivitas berkerumun. Tapi di pasar, misalnya, tak
tampak ada perubahan dari sebelum pandemi. Kehidupan masyarakat umum masih
seperti biasa. Banyak orang yang masih bisa nongkrong berkerumun. Belum lagi
tempat-tempat ibadah yang masih menyelenggarakan kegiatan tanpa perubahan
berarti. Posisi pemerintah sangat sulit
saat ini. PPKM Darurat tidak efektif. Sementara itu dampak negatifnya sudah
banyak dikeluhkan. Orang-orang yang tidak bisa mencari nafkah karena PPKM
Darurat harus diberi nafkah. Sementara itu keuangan pemerintah juga tidak tak
terbatas. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sudah kehabisan
uang. Dalam situasi begini ada
saja orang yang hendak memanfaatkannya untuk memuaskan syahwat politik.
Mereka ingin menjatuhkan pemerintahan. Mereka tidak peduli bahwa kekacauan
akan lebih parah kalau krisis ini masih ditambah lagi dengan krisis politik.
Apa yang harus dilakukan? Pemerintah harus bergerak
cepat menambal berbagai kebocoran. Vaksinasi yang merupakan senjata penting
dalam penanganan pandemi harus benar-benar dipercepat. Di Jawa seharusnya kita
bisa mempercepat herd immunity melalui vaksinasi, dan vaksin untuk itu sudah
tersedia. Ini harus jadi prioritas tertinggi. Pembatasan harus dilakukan
secara efektif, dengan betul-betul memahami tujuan pembatasan itu. Yang
tampak, pembatasan masih terkesan sekadar berupa pemasangan pembatas jalan. Situasinya akan berkembang
menjadi lebih sulit dari hari ke hari. Gerak cepat pemerintah, kekompakan dan
kepatuhan masyarakat dibutuhkan secara luar biasa. Kalau Anda merasa sudah
patuh dan berkontribusi selama ini, ketahuilah yang dibutuhkan dari Anda
sekarang adalah kepatuhan dan kontribusi 2-3 kali lipat dari sebelumnya. Di
sisi lain, pemerintah juga perlu bekerja 2-3 kali lebih keras, dan yang lebih
penting adalah bekerja lebih efisien. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar