Stop
Perang, Jangan Tambah Korban Tajuk Kompas ; Dewan Redaksi Kompas |
KOMPAS, 18 Mei 2021
Sepekan lebih bumi
Palestina bergolak oleh kecamuk pertempuran antara kelompok Hamas dan Israel.
Ratusan orang menjadi korban. Pejabat kesehatan Gaza hingga Senin (17/5/2021)
melaporkan, sedikitnya 201 warga Palestina menjadi korban, termasuk 58
anak-anak dan 34 perempuan. Otoritas Israel mengungkapkan, 10 orang di
wilayahnya tewas, termasuk dua anak-anak, akibat roket yang ditembakkan dari
Gaza, yang dikuasai Hamas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat,
pengeboman di Gaza membuat 38.000 orang mengungsi dan 2.500 warga kehilangan
tempat tinggal. Sejauh ini belum terlihat
tanda-tanda pertempuran mereda. Komunitas internasional khawatir, eskalasi
pertempuran bakal mengulang tragedi perang di Gaza sebelumnya: tahun 2008 dan
2014. Pada dua perang itu, korban jiwa ribuan orang, terutama warga sipil.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres waswas, kekerasan di wilayah itu
”hanya melanggengkan siklus kematian, kehancuran, dan keputusasaan, serta
kian menjauhkan harapan hidup bersama dan perdamaian”. Sebagian besar komunitas
internasional, termasuk Otoritas Palestina, menginginkan solusi dua negara,
yakni berdirinya Negara Palestina berdampingan secara damai dengan Israel.
Namun, solusi itu terus menemui jalan buntu akibat langkah agresif Israel
yang memperluas wilayah pendudukan di Palestina dan memanaskan situasi,
misalnya baru-baru ini menghalangi orang beribadah di Masjid Al Aqsa dan
membatasi hak lainnya warga Palestina. Dengan tegas dan lugas, Menteri Luar
Negeri Republik Indonesia Retno LP Marsudi menyebut semua penderitaan
Palestina disebabkan oleh Israel sebagai kekuatan penjajah (occupying power). Kita sepakat dengan
pernyataan Retno. Namun, pertempuran harus dihentikan, demikian Guterres
menegaskan dalam pernyataan pembuka sidang virtual Dewan Keamanan PBB, Minggu
(16/5/2021). Sejak pekan lalu, upaya mediasi untuk gencatan senjata telah dirintis
oleh beberapa negara di kawasan, seperti Mesir, Qatar, Arab Saudi, dan PBB.
Amerika Serikat, negara pelindung Israel, juga berulang kali menyerukan
deeskalasi. Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga berkomunikasi dengan Hamas
serta Israel untuk mendorong gencatan senjata. Namun, semua tak mampu
menyurutkan bara pertempuran. Israel menolak tawaran
gencatan senjata. Dengan keunggulan teknologi dan sistem pertahanan, Israel
merasa perlu menuntaskan target serangan di Jalur Gaza. Kecaman
internasional, termasuk dari Indonesia, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI),
PBB, dan juga desakan AS tak digubris. Tak mau menyerah digempur Israel, yang
berkilah sebagai pertahanan dan balasan terhadap Hamas, gerakan perlawanan di
Palestina terus menembakkan roketnya ke Israel. Sampai kapan pertempuran
ini? Kita tak ingin menyaksikan korban, terutama warga sipil, terus
berjatuhan. Tak ada cara lain, segera hentikan pertempuran. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar