Periksa
Darah Sebelum Pacaran! Edhyana Sahiratmadja ; Dosen/Peneliti FK
Universitas Padjadjaran |
KOMPAS, 8 Mei 2021
Pemeriksaan darah sebelum menikah, bahkan
sebelum pacaran, penting. Anemia bisa disebabkan kekurangan zat besi, tetapi
bisa juga karena karier talasemia atau pembawa mutasi gen globin ke generasi
berikut. Setiap 8 Mei, komunitas talasemia
memperingati Hari Talasemia Sedunia. Masyarakat umum diharapkan makin banyak
mengetahui tentang kelainan darah merah akibat mutasi pada gen globin,
dikenal dengan talasemia. Istilah talasemia berasal dari bahasa
Yunani, yaitu thalassa (sea, laut) dan aemia (blood, darah), yang
diperkenalkan oleh Whipple dan Bradford (1936). Ini untuk penyakit pada
anak-anak daerah Mediterania yang memiliki anemia atau kadar hemoglobin (Hb)
sangat rendah. Anemia pada anak-anak tersebut dikenal dengan nama anemia
Cooley karena sebelumnya digambarkan oleh Cooley (1925). Indonesia terletak di area sabuk talasemia
dunia atau thalassemia belt, yang meliputi daerah Mediterania, Semenanjung
Arab dan Timur Tengah, Afrika sub-Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Beberapa penelitian menunjukkan 6-10 persen populasi di Indonesia merupakan
karier atau pembawa mutasi gen globin alfa atau beta pada satu salah rantai
DNA (heterozigot). Talasemia mayor bukan penyakit menular.
Mutasi gen globin dapat diwariskan dari orangtua ke anak secara autosomal
resesif. Jika seorang wanita menikah dengan pria, yang keduanya adalah karier
talasemia, setiap anak yang dilahirkan dari pasangan tersebut berpeluang 25
persen menjadi penyandang mutasi gen globin alfa atau beta di kedua rantai
DNA (homozigot), disebut talasemia mayor. Dengan demikian, pernikahan sesama karier
mutasi gen globin atau talasemia minor dapat menyumbang angka kejadian
talasemia mayor pada generasi selanjutnya. Saat ini penyandang talasemia mayor di
Indonesia yang tercatat di basis data Yayasan Talasemia Indonesia-Perkumpulan
Orangtua Penyandang Talasemia Indonesia (YTI-POPTI) berjumlah lebih dari
10.000 orang. YTI adalah anggota Federasi Talasemia Internasional (TIF). Itu sebabnya, penting bagi kita untuk
bersama-sama memutus mata rantai pewarisan mutasi gen globin talasemia.
Caranya dengan memeriksakan status pembawa (carrier) talasemia sebelum
menikah. Talasemia
mayor Talasemia mayor adalah kelainan hemoglobin
(Hb) di dalam sel darah merah. Hb terdiri dari heme (4 molekul zat besi) dan
globin (2 rantai globin alfa dan 2 rantai globin beta). Akibat mutasi pada
gen rantai globin alfa atau beta, usia sel darah merah menjadi lebih pendek,
sekitar 30 hari, sementara usia darah merah normal 120 hari. Karena darah merah lebih cepat hancur
sebelum waktunya, penyandang talasemia mayor akan kekurangan darah merah dan
perlu transfusi darah setiap bulan, seumur hidup. Ini menjaga fungsi organ
tubuh berjalan baik. Jika tidak mendapatkan transfusi darah, Hb
terus berkurang dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Kadang berakhir
dengan kematian. Selain itu, seringnya transfusi darah berdampak pada
penumpukan zat besi dalam berbagai organ, seperti jantung, limpa, hati,
ginjal, dan warna kulit menghitam kebiruan. Oleh sebab itu, dibutuhkan obat untuk
mengikat zat besi yang cukup mahal. Hal ini membuat penyakit talasemia mayor
menjadi beban pembiayaan BPJS urutan ke-5, masuk kategori penyakit
katastropik. Sayang, pengobatan talasemia mayor saat ini masih belum
terjangkau, yaitu transplantasi sel punca atau terapi gen. Transfusi
darah Dengan lebih dari 10.000 penyandang
talasemia mayor di Indonesia, diperkirakan kebutuhan darah lebih dari 240.000
kantong darah per tahun. Pada saat Ramadhan dan masa pandemi Covid-19, para
penyandang talasemia mayor merasa cemas karena terjadi penurunan jumlah donor
darah yang cukup signifikan. Jumlah stok darah di PMI menyusut hingga 60
persen. Sementara para penyandang talasemia mayor tetap harus menyambung
hidup dari bulan ke bulan dengan transfusi darah. Walau fatwa Majelis Ulama
Indonesia tidak mengharamkan berdonor darah saat berpuasa, banyak donor
enggan ke PMI. Diharapkan, dengan mengenal talasemia mayor
disertai tingkat pengetahuan yang baik, donor tetap dapat mendonorkan darah
pada malam hari di bulan Ramadhan. Selain itu, untuk mengatasi kelangkaan
persediaan darah pada masa pandemi Covid-19, PMI mengeluarkan panduan terkait
pelaksanaan donor darah dengan membatasi donor dalam suatu ruangan sehingga
masyarakat tidak perlu ragu dengan kondisi pandemi saat mendonorkan darahnya. Pemeriksaan
pranikah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
(DKI) Jakarta saat ini telah menerapkan pemeriksaan kesehatan pranikah bagi
calon pengantin berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 185 Tahun 2017.
Pemeriksaan, antara lain, mencakup pemeriksaan Hb untuk mengetahui status
anemia. Pemeriksaan Hb dapat membantu calon
pengantin putri dalam mempersiapkan kehamilannya kelak. Bisa dibayangkan, apa
yang terjadi jika ternyata kedua calon merupakan pembawa talasemia, yang
dapat berdampak bagi keturunannya. Oleh sebab itu, pemeriksaan darah lebih
baik dilakukan pada masa remaja, misalnya pada waktu duduk di bangku SMP atau
SMA. Studi di Italia menunjukkan bahwa angka kelahiran bayi dengan kasus
talasemia mayor baru dapat berkurang drastis hingga nol atau zero birth
setelah dilakukan deteksi dini pembawa talasemia lebih dari 30 tahun pada
anak sekolah dan dewasa muda. Untuk itu perlu keseriusan kita bersama
dalam melakukan pemeriksaan secara berkala. Beberapa remaja milenial yang
sudah paham tentang talasemia mengatakan tes pembawa ini adalah ”tes cari
pacar”. Perlu diingat, mencegah lebih baik daripada mengobati. Deteksi
talasemia minor Pemeriksaan darah merah seperti Hb, MCV,
MCH dapat menjadi pemeriksaan darah tahap awal untuk mengetahui apakah
seseorang terduga merupakan pembawa talasemia atau talasemia minor. Ada beberapa formula yang sering digunakan
untuk mendeteksi awal status pembawa beta-talasemia, misalnya Indeks Mentzer
(MCV/RBC). Jika kurang dari 13 atau Indeks Shine & Lal (MCV*MCV*MCH/100)
kurang dari 1530. Sementara anemia dengan Index Mentzer
>13 atau Shine & Lal >1530 diduga anemia karena kekurangan zat
besi. Pemeriksaan darah ini perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan analisis
hemoglobin HbA2. Karena penyakit ini merupakan kelainan
mutasi pada gen globin, perlu dilakukan pula pemeriksaan DNA untuk
mengonfirmasi letak mutasi pada gen globin tersebut. Pemeriksaan DNA dapat
dilakukan di laboratorium yang memiliki kapasitas pemeriksaan molekuler.
Untuk diketahui, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, merupakan pusat
rujukan nasional untuk talasemia. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut,
perlu dilakukan upaya-upaya terpadu yang, antara lain, memberikan penerangan
kepada masyarakat, khususnya generasi muda dan kaum milenial yang belum
menikah mengenai talasemia dan pendeteksiannya. Jika Anda adalah seorang pembawa talasemia,
perlu pertimbangan yang matang untuk menikah dengan pasangan yang juga sesama
pembawa talasemia demi mewujudkan generasi emas menuju Indonesia emas tahun
2024. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar