Jaringan
Internet Lemot, Bagaimana Nasib Pendidikan? Peni Nur Febriyanti ; Mahasiswa Pendidikan
Kimia UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta |
KOMPAS, 16 Mei 2021
Internet sudah menjadi kebutuhan
pokok bagi masyarakat Indonesia. Padahal, dahulu internet diciptakan oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada proyek ARPA atau lebih kita kenal
sebagai ARPANET untuk keperluan militer saja. Seiring berjalannya waktu,
perkembangan internet semakin pesat dan canggih. Berbagai kegiatan baik
dari sektor industri, pertanian, pariwisata, perdagangan, pendidikan, dan
sebagainya tidak terlepas dari internet. Terlebih pada masa pandemi ini semua
sektor pasti akan melakukan kegiatan masing-masing secara dalam jaringan dan
tentu saja hal tersebut tidak akan terlepas dari yang namanya internet. Pandemi Covid-19 telah
melanda Indonesia lebih dari satu tahun. Hal yang hangat perbincangkan dan
menyita perhatian yaitu mengenai kendala buruknya jaringan internet di
Indonesia, padahal kini semua aktivitas di berbagai sektor dilakukan secara
daring, salah satunya sektor pendidikan. Walau pemerintah telah
menyinggung bahwa akan dilakukan pendidikan pada era normal baru, tetapi
hingga kini kebijakan tersebut belum dapat dipastikan. Pembelajaran yang
dilakukan secara daring membuat seluruh pelajar dituntut untuk memiliki gawai
dan sudah pasti harus memiliki jaringan internet yang baik agar bisa
mengikuti pembelajaran. Lantas kapankah pandemi
akan berakhir? Bagaimana nasib pendidikan di daerah pelosok negeri? Apakah
fasilitas di sana sudah baik dan mencukupi? Atau perlukah perluasan jaringan
internet? Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan bagi kita semua. Seluruh pelajar baik dari
PAUD/TK, SD, SMP, SMA, SMK hingga perguruan tinggi melakukan pembelajaran
secara teori bahkan melakukan praktikum secara daring. Banyak di antara
mereka yang mengeluh akan jaringan internet yang tiba-tiba hilang pada saat
pembelajaran berlangsung, bahkan ketika ujian. Sudah pasti hal tersebut
merugikan dan menghambat pembelajaran. Berbeda halnya dengan
pelajar di daerah pelosok, jangankan sinyal internet, memiliki gawai untuk
melakukan pembelajaran saja tidak ada. Walaupun memiliki gawai sekalipun,
banyak pelajar yang kesulitan mendapat koneksi internet. Banyak di antara
mereka yang pergi ke hutan, mendaki bukit, bahkan memanjat pohon demi
mendapat koneksi internet. Meskipun telah melakukan banyak usaha tersebut,
terkadang mereka tetap tidak mendapatkan sinyal internet. Betapa mirisnya negeri
ini, untuk sekadar belajar saja harus dilakukan dengan cara yang membahayakan
diri. Butuh
dukungan Menyinggung program
Merdeka Belajar yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan-Riset
dan Teknologi Nadiem Makarim, kita tahu bahwa Merdeka Belajar memiliki makna,
yaitu peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar secara bebas dan
menyenangkan dengan memperlihatkan bakat dan keinginan masing-masing. Guru
juga dituntut agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar. Namun, dengan keadaan
tersebut, apakah program ini dapat terlaksana dengan baik? Agar tercipta
pendidikan yang merdeka, sebaiknya pemerintah juga turut dalam memfasilitasi
pendidikan, bantuan yang telah diberikan hendaknya disebarkan secara
menyeluruh, bukan hanya yang berada di kota saja, justru yang berada di
pelosok negeri juga berhak mendapat hak berupa fasilitas yang sama. Pemerintah juga turut
memberikan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat bagi guru dan memperbaiki
jaringan internet di seluruh Indonesia. Terlebih pada saat pandemi seperti
saat ini, semua kegiatan hanya dapat kita lakukan secara daring. Bagaimana
kita akan merdeka jika fasilitas berupa jaringan internet saja tidak ada?
Sayang sekali jika pendidikan terhambat hanya karena jaringan internet yang
buruk. Padahal, seperti dilansir dari laman Kominfo.go.id, Indonesia memiliki
koneksi tercepat di Asia Pasifik. Lantas mengapa masih banyak daerah di
Indonesia yang jaringan internetnya sangat lambat dan buruk? Kita bahkan tidak tahu,
sampai kapan pembelajaran daring ini akan dilakukan. Normal baru pendidikan
yang diharapkan belum juga dapat diwujudkan. Sudah banyak kasus yang terjadi
akibat jaringan internet yang lemot dan buruk tersebut. Jaringan internet
yang lemot membuat banyak siswa emosi dan putus asa, banyak di antara mereka
lebih memilih bermain daripada mengikuti pembelajaran yang kurang lancar. Tidak hanya itu, kasus
jaringan internet yang lemot juga telah merenggut nyawa seorang siswi SMA di
Goa, Sulawesi Selatan. Diduga karena banyaknya tugas dan jaringan internet
yang buruk di desanya, ia nekat bunuh diri dengan menenggak racun yang
dicampurkan pada teh yang diminumnya. Dari kasus yang terjadi tersebut, dapat
kita lihat betapa besar peran jaringan internet dalam kondisi saat ini. Pelajar adalah generasi
masa depan, penerus estafet bangsa. Kondisi pandemi seperti ini justru
sebaiknya digunakan pemerintah untuk ajang memperbaiki fasilitas dan
membangun bangsa. Dengan adanya pandemi ini kita bisa tahu apa saja yang
perlu diperbaiki sehingga tercipta kemajuan di Indonesia. Dengan terjadinya banyak
kasus tersebut, pemerintah bahkan seluruh masyarakat dapat menilik berbagai
kendala yang ada, baik dari sektor pendidikan maupun sektor lain. Jangan
sampai kondisi yang sudah buruk semakin memburuk karena kurangnya perhatian
dari pemerintah. Bukan saatnya kita saling
menyalahkan, melainkan kita perlu saling mendukung, saling memberi masukan,
dan turut membangun bangsa walau dengan cara yang berbeda-beda. Semoga
jaringan internet semakin membaik, dapat tersebar luas di seluruh pelosok
Indonesia dan semua fasilitas yang diberikan pemerintah dapat menjangkau
seluruh wilayah di Indonesia guna terciptanya pendidikan yang semakin maju
dan tidak tertinggal dengan negara lain. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar