Alutsista
Angkatan Laut, Teknis dan Taktis Nurhadi Sukma Waluyo ; Peneliti IDEAS |
KOMPAS, 28 Mei 2021
Indonesia dengan 76,38
persen wilayahnya berupa lautan mutlak membutuhkan alat utama sistem
persenjataan Angkatan Laut yang andal. Salah satunya adalah kapal selam. ”High risk, high gain”
mungkin adalah slogan yang sangat tepat untuk disematkan pada alat utama
sistem persenjataan (alutsista) ini. High risk merujuk pada besarnya risiko
yang harus dihadapi semua awak kapal selam, sementara high gain merupakan
perolehan prestasi besar ketika kapal selam berhasil menjalankan misinya. Untuk meminimalkan risiko,
serangkaian prosedur standar operasi (SOP) yang berlapis pun dilakukan sebelum
berlayar; dari pengecekan volume tangki-tangki, pompa hidrolik, kondisi
baterai, katup-katup, hingga sistem ventilasi kapal. Keandalan
sistem Kapal selam baru boleh
berlayar ketika semua SOP ini dapat dilakukan dan sinyal lampu hijau
diberikan oleh komandan kapal. SOP yang paripurna sebelum berlayar tidak
serta-merta mengubah risiko saat berlayar. Proses berikutnya, menyelam,
memiliki risiko yang tinggi. Daya apung (buoyancy)
kapal selam diatur oleh tangki pemberat pokok. Setelah menyelam pada kedalaman
yang dituju, posisi kapal selam distabilkan melalui proses trim dengan
menyesuaikan tangki-tangki atur. Beberapa awak kapal dilibatkan untuk
memonitor proses ini sehingga diperlukan kerja sama yang solid antarawak
kapal selam. Ditambah lagi kondisi lautan
yang memiliki kadar garam/massa jenis berbeda-beda, membuat proses trim harus
terus dilakukan selama kapal menyelam. Kesalahan perhitungan dapat
menyebabkan ketidakstabilan dan bisa berakibat fatal bagi kapal selam. Tidak
ada ruang untuk kesalahan sekecil apa pun! Sistem manajemen awak
kapal selam juga dibuat agar kondisi mereka selalu prima dan siap dengan
semua kedaruratan yang mungkin terjadi selama mengawaki kapal selam. Mereka
dilatih untuk dapat berperan multifungsi selama bertugas sehingga kapal akan
selalu berada dalam kondisi siap tempur. Liputan CNN menyebutkan
bahwa kemampuan dasar kedaruratan, seperti P3K standar sampai mengemudi,
wajib dikuasai semua awak kapal selam, mulai dari komandan kapal hingga juru
masak. Awak kapal selam juga harus
terlatih untuk bisa bertahan menghadapi musuh terbesar mereka ketika berada
di kedalaman laut selama berhari-hari, yaitu kejenuhan yang secara alami akan
muncul ketika mereka tidak bisa melihat matahari, menghirup udara bebas, dan
berkomunikasi dengan dunia luar. Hanya orang-orang yang terseleksi dan lulus
pendidikan saja yang dapat menjadi awak kapal selam. Kapal selam juga didesain
dengan teknologi paling mutakhir di dunia militer. Kita bisa mengambil
contohnya dari struktur dan sistem sirkulasi udara kapal selam. Untuk dapat
bertahan dari besarnya tekanan hidrostatis di kedalaman lautan, struktur
kapal selam umumnya terdiri dari dua bagian utama, yakni lambung kapal/badan
tekan yang kedap air dan cangkang/casing kapal. Kedua bagian ini lalu
digabungkan oleh teknik pengelasan khusus yang menjamin kekuatan struktur
kapal. Hidrodinamis casing kapal pun didesain sehingga kapal dapat meluncur
lebih cepat ketika menyelam dibandingkan dengan ketika berada di permukaan. Sirkulasi udara di dalam
kapal selam bekerja dengan prinsip yang sama persis dengan stasiun luar
angkasa: regenerasi oksigen dan menangkap karbon dioksida di udara. Regenerasi oksigen
dilakukan dengan membawa tabung oksigen, memisahkan oksigen dari karbon
dioksida yang ditangkap, dan juga lilin oksigen. Karbon dioksida umumnya
ditangkap dengan memakai bahan kimia soda lime. Dua hal ini menjadi kunci
bagi tersedianya suplai oksigen bagi awak kapal selam. Persenjataan
kapal selam Aspek high gain terlihat
ketika kita bergeser ke persenjataan yang dimiliki oleh kapal selam, seperti,
torpedo dan rudal. KRI Nanggala, walaupun
hanya membawa torpedo, tetap menjadi mimpi buruk bagi kapal permukaan ataupun
kapal selam musuh mengingat sulitnya mendeteksi posisi kapal selam sehingga
torpedo dapat diluncurkan kapan pun. Namun, proses penembakan
torpedo juga berisiko tinggi mengingat tabung torpedo merupakan lokasi keluar
masuknya dan juga lokasi di mana beban kapal seberat 1 ton lebih akan
dilepaskan. Tangki-tangki atur pun akan kembali disesuaikan untuk menjaga
kestabilan kapal. Jika semuanya dalam
kondisi yang aman dan prima, tak salah jika kapal selam mendapat julukan
”monster laut” yang siap menjalankan misi pengintaian tanpa terdeteksi musuh
dan menyerang secara tiba-tiba jika diperlukan. Kehadiran kapal selam akan
menjadi sebuah jaminan ”balik kanan” bagi pihak-pihak yang ingin mengganggu
dan mengancam kedaulatan wilayah yurisdiksi lautan kita. Sudah saatnya bangsa
Indonesia menyongsong kebangkitan nasional dengan alutsista kapal selam yang
semakin andal! ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar