Kamis, 01 April 2021

 

Fragmentasi Pendidikan Vokasi Indonesia

 AM Lilik Agung ;  Alumnus Sekolah Vokasi UGM; Mitra Pengelola Galeri HC, Lembaga Pengembangan SDM

                                                        KOMPAS, 31 Maret 2021

 

 

                                                           

Pendidikan vokasi, tulis Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto, merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada penguasaan keahlian atau keterampilan terapan tertentu. Penyelenggaraan pendidikan vokasi agar memiliki kedekatan dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dengan konsep link and match atau taut-suai.

 

Masih menurut Wikan Sakarinto, konsep link and match pendidikan vokasi seyogianya bertaut-suai secara internal dahulu sebelum bertaut-suai dengan pihak eksternal. Untuk menata dan menyinergikan penyelenggaraan pendidikan vokasi yang selama ini tersebar dan terfragmentasi, perlu adanya proses defragmentasi untuk merapikan dan menyatukan arah gerak bersama dalam rangka penguatan internal untuk menaut-suaikan vokasi dengan DUDI, baik lokal, nasional, maupun internasional (Kompas, 1/3/2021).

 

Taut-Suai

 

Di kota Bogor berdiri sekolah kejuruan jurusan grafika (SMK grafika). Sekolah ini berdiri pada 1 Januari 1969. Tujuan berdirinya sekolah ialah untuk membantu pelayanan lembaga keagamaan dalam bentuk aneka percetakan. Dalam perkembangannya, SMK grafika ini juga melayani kelompok penerbit buku ternama.

 

Buku-buku dengan kualitas tinggi dihasilkan dari kolaborasi para peserta didik dengan pekerja profesional yang bekerja di bawah yayasan sekolah bersangkutan. Konsep taut-suai yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro dan Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief pada era 1990-an jauh-jauh hari sudah dipraktikkan oleh SMK ini.

 

Pada kantor pusat Astra Internasional di kawasan Sunter Jakarta Utara beroperasi Politeknik Manufaktur Astra (Polman Astra). Sejarah Polman Astra dimulai pada tahun 1995 ketika PT Astra Honda Motor mendirikan Akademi Teknik Federal untuk memberikan solusi akan kebutuhan tenaga kerja yang andal dan terampil, terutama di bidang industri sepeda motor.

 

Seiring dengan perkembangan dan menyelaraskan dengan kebutuhan bisnis, Akademi Teknik Federal menjadi Polman Astra. Hari ini Polman Astra menyelenggarakan enam program vokasi, yakni seluruh program itu bertaut-suai dengan bisnis kelompok Astra Internasional. Sejak tahun 2009, Polman menyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi mencakup 35 persen dari jumlah mahasiswa yang direkrut dari seluruh Indonesia.

 

Secara hitung-hitungan, 65 persen mahasiswa Polman Astra yang membayar biaya pendidikan, tidak menutup biaya operasional secara keseluruhan. Alhasil, miliaran rupiah digelontorkan Astra Internasional setiap tahun untuk membiayai operasional Polman Astra. Apakah Astra International rugi dengan subsidi ini? Ternyata tidak. Karena semua lulusan dari Polman Astra diserap oleh anak-anak usaha Astra sesuai dengan jurusan mahasiswanya.

 

Praktik taut-suai berlangsung dengan paripurna. Mahasiswa tidak melulu belajar pada bangku-bangku kelas. Justru lebih banyak praktik langsung di lapangan. Astra International dengan berbagai unit usahanya menyediakan praktik terbaik untuk mahasiswa Polman Astra.

 

Konsep sekolah vokasi, yakni peserta didik ketika lulus sudah menguasai keahlian atau keterampilan, berjalan dengan baik di Polman Astra. Alhasil, ketika mereka lulus, bisa langsung bekerja pada berbagai unit usaha Astra International atau perusahaan lain. Astra International maupun perusahaan lain mendapat karyawan yang siap bekerja, bukan siap dididik.

 

Fragmentasi

 

Sebagai Dirjen yang berpengalaman menangani pendidikan vokasi di Universitas Gadjah Mada, tentu Wikan Sakarinto memiliki pemahaman utuh tentang terfragmentasinya pendidikan vokasi. Defragmentasi internal yang sekarang sedang dilakukan Wikan untuk konsolidasi dan penguatan internal baik adanya.

 

Meski demikian, ketika bertaut-suai dengan DUDI, justru yang perlu dilakukan adalah fragmentasi. Insentif perpajakan bagi DUDI yang berpartisipasi ikut mengembangkan pendidikan vokasi memang memberi nilai tambah bagi DUDI. Termasuk juga DUDI yang mendirikan laboratorium (gedung) pada pendidikan vokasi dan nama laboratorium (gedung) itu sesuai dengan nama DUDI. Namun, untuk terjadi taut-suai belum optimal adanya.

 

Ada dua model utama taut-suai pendidikan vokasi. Pertama, model SMK grafika. Lahirnya SMK grafika di Bogor adalah untuk memenuhi kebutuhan kelompok keagamaan dalam hal cetak-mencetak buku.

 

Dalam perkembangannya, SMK grafika ini melayani penerbit-penerbit mayor dengan kualitas sama dengan percetakan penerbit mayor. Taut-suai tercipta. Ada kebutuhan lokalitas dan pendidikan vokasi didirikan. Bahkan, karena hasil karya sekolah vokasi ini memiliki kualitas prima, alhasil DUDI dari berbagai kota/daerah lain memakai hasil karyanya.

 

Banyak terjadi pendidikan vokasi tidak nyambung dengan kondisi setempat. Semisal, mendirikan sekolah vokasi jurusan mesin otomotif, tetapi pada daerah tersebut tidak ada industri otomotif. Alhasil, sistem pembelajaran lebih banyak di bangku kelas. Peserta didik benar-benar praktik pada saat kerja praktik saja di mana durasi waktu hanya berbilang minggu atau bulan. Konsep taut-suai tidak berjalan dengan optimal.

 

Kedua, model Polman Astra. Sekolah (kampus) Polman Astra benar-benar berada di jantung industri. Selain kampus menyediakan laboratorium lengkap untuk praktik, para mahasiswa juga bisa langsung praktik pada berbagai unit usaha Astra yang tersebar di sekitar kampus Polman Astra. Belajar dari Polman Astra, fragmentasi sekolah (kampus) menjadi pilihan terbaik.

 

Sumatera Utara sudah sejak zaman Belanda menjadi kawasan industri perkebunan sawit. Perusahaan perkebunan baik yang dikelola swasta ataupun BUMN bertebaran di Sumatera Utara. Menjadi produktif apabila Universitas Sumatera Utara membuka pendidikan vokasi jurusan perkebunan tidak berlokasi di Medan, tetapi langsung di tengah kebun.

 

Pengelolaan pendidikan vokasi tetap di tangan Universitas Sumatera Utara. Perusahaan perkebunan memberi berbagai fasilitas laboratorium, tempat praktik, hingga tenaga pendidik yang ahli di bidang perkebunan.

 

Ada tiga keuntungan pendidikan vokasi apabila langsung mendirikan sekolah (kampus) di tengah industri, apa pun jenis industrinya. Pertama, memperoleh tempat praktik bahkan tenaga pendidik yang ahli di bidangnya sehingga begitu lulus, peserta didik memiliki keahlian seperti yang dipelajari.

 

Kedua, taut-tuai berjalan dengan optimal. DUDI memerlukan tenaga terampil, pendidikan vokasi menyediakan. Ketiga, pengembangan keilmuan terapan, dari jenjang sarjana terapan (D-IV), magister terapan hingga doktor terapan memperoleh tempat dan iklim yang tepat.

 

Dari pelosok Rantau Prapat Sumatera Utara, Bonar tetap bisa melanjutkan sekolahnya di SMK perkebunan karena masih bisa membantu orangtuanya di ladang. Bahkan, kelak Bonar dapat meneruskan bersekolah hingga bergelar doktor terapan perkebunan. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar