Setahun
Pandemi Covid-19 dan Awal dari Akhir Pandemi Iqbal Mochtar ; Dokter dan Pengamat Masalah
Kesehatan |
KOMPAS,
02 Maret
2021
Pandemi Covid-19 telah berlangsung setahun.
Tanggal 11 Maret tahun lalu, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr
Tedros Adhanom mengumumkan secara formal, dunia memasuki kondisi pandemi. Pengumuman muncul setelah observasi tiga
bulan terhadap sebuah ”penyakit baru” yang muncul di Wuhan, China. Penyakit
tersebut merebak begitu cepat. Dalam tiga bulan pengamatan, ”penyakit baru”
itu menginfeksi 120.000 orang, menyebar di lebih dari 100 negara dan
menimbulkan lebih dari 4.000 kematian. Wajar apabila WHO mengeskalasikan
kondisi saat itu sebagai pandemi. Saat itu para ahli terpilah. Sebagian
menganggap keputusan WHO terlalu dini, sementara sebagian lainnya menganggap
terlalu lambat. Masyarakat bingung dan panik. Konsep pandemi saat itu belum
dikenal luas. Pandemi terakhir yang dikenal, yaitu pandemi influenza, terjadi
pada 1918. Pandemi tersebut berlangsung selama 15 bulan, menginfeksi 500 juta
orang serta membunuh 50 juta orang. Saat status Covid-19 diumumkan sebagai
pandemi, tidak banyak yang memperkirakan efeknya sedahsyat ini. Pandemi
ternyata bukan sebuah istilah epidemiologi sederhana; ia menggerogoti semua
aspek kehidupan tanpa kecuali. Berdampak multidimensi. Maka, wajar apabila
orang ingin tahu bagaimana keadaan setahun pasca-pandemi. Titik
terang Perkembangan pandemi dapat dievaluasi
dengan berbagai indikator epidemiologi. Setiap indikator memiliki kelebihan
dan kekurangan. Karena itu, meski indikator bermanfaat dan banyak digunakan
dalam evaluasi, gambaran yang diberikan bersifat relatif dan tidak mutlak.
Apalagi Covid-19 merupakan multifactor disease, yaitu penyakit yang memiliki
begitu banyak determinan. Di antara banyak indikator, yang biasa
digunakan dalam mengevaluasi pandemi adalah tingkat kejadian penyakit dalam
bentuk jumlah kasus baru dan positive rate serta tingkat kematian penyakit
dalam bentuk case fatality rate (CFR). Positive rate menunjukkan jumlah orang
terkonfirmasi positif dibanding jumlah orang yang dites Covid-19. Figur ini
menggambarkan tingkat penyebaran penyakit. Semakin tinggi positive rate,
semakin tinggi penyebaran penyakit. Adapun
CFR merujuk pada jumlah orang yang meninggal dibanding jumlah orang
yang terkonfirmasi positif. Ini memberi gambaran kefatalan penyakit. Semakin
tinggi CFR, semakin banyak orang meninggal akibat penyakit ini. Yang menarik, dan sekaligus memberi
harapan, saat ini tren ketiga indikator ini mulai terlihat menurun, baik pada
tingkat global maupun di Indonesia. Pada tingkat global, mulai terlihat adanya
penurunan konsisten jumlah kasus baru per hari. Saat ini, jumlah kasus baru
berkisar 315.000 per hari, jauh lebih rendah dibandingkan kasus baru pada
Desember lalu yang mencapai 880.000 kasus per hari. Tren penurunan ini juga terjadi di
Indonesia, walau trennya belum solid dan konsisten. Jumlah kasus baru di
Indonesia saat ini masih tinggi, yaitu berkisar 10.000 per hari. Namun angka
ini sedikit lebih baik dari beberapa bulan lalu di mana jumlah kasus baru
bervariasi, yaitu 11.000-14.000. Fenomena senada juga terjadi pada positive
rate. Saat ini positive rate di Indonesia masih tinggi, 27,6 persen. Namun,
figur ini lebih baik dari figur puncak pada April 2020 yang melebihi 42
persen. Meski terdapat alasan bahwa jumlah kasus baru dan positive rate bukan
indikator adekuat, perbaikan indikator ini paling tidak menunjukkan adanya
titik terang dalam penanggulangan pandemi. Pada tingkat global, juga terlihat adanya
penurunan CFR. Saat kasus Covid-19 muncul Januari 2020, CFR global berkisar
3,1 persen. Angka ini meningkat tajam dan mencapai puncak pada April, yaitu
7,2 persen. Saat itu, CFR sejumlah negara bahkan mencapai 14,5 persen. Setelah April, CFR global mulai menurun dan
saat ini hanya berkisar 2,2 persen. Ini penurunan yang signifikan. Hal yang
sama juga terjadi di Indonesia. Puncak CFR terjadi April, yaitu 9,5 persen.
Saat ini CFR telah menurun hingga 2,7 persen. Artinya, dari 100 orang yang
terkonfirmasi positif, sekitar tiga orang yang meninggal. Dari ketiga indikator itu, terlihat bahwa
memang ada hasil positif penanggulangan pandemi. Tingkat kematian pada
tingkat global dan Indonesia telah melewati puncak dan menurun. Tingkat
kejadian penyakit pun terlihat mengalami penurunan pada tingkat global meski
di Indonesia penurunan ini belum solid dan signifikan. Vaksinasi
Covid-19 Vaksinasi menjadi tema sentral pandemi
dalam beberapa bulan terakhir ini. Hingga kini, terdapat 11 jenis vaksin
Covid-19 yang telah disetujui dan digunakan di berbagai negara. Selain itu,
42 jenis vaksin juga berada dalam fase uji klinis, sepuluh di antaranya
berpotensi mendapat persetujuan penggunaan dalam beberapa bulan mendatang.
Artinya, pada semester II-2021 besar kemungkinan akan terdapat 20 jenis
vaksin Covid-19 yang beredar dan digunakan. Maraknya produksi vaksin ini memberikan
harapan baik bagi penanggulangan pandemi. Apalagi vaksin-vaksin ini mulai
digunakan luas. Hanya dalam 2-3 bulan setelah disetujui, 215 juta orang telah
divaksin di berbagai negara. Artinya, 70 juta orang divaksin setiap bulan.
Vaccination rate ini diperkirakan meningkat pada bulan-bulan mendatang. Saat ini, sejumlah negara bahkan telah memvaksin
sebagian besar penduduknya dan mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
Di Israel, vaccination rate telah mencapai 87 persen, Uni Emirat Arab 57
persen, Inggris 27 persen, dan Amerika Serikat 19 persen. Di Indonesia, jumlah yang telah divaksin
berkisar 2 juta orang atau 1 persen dari target vaksin. Belum pernah terjadi
sebelumnya, sebuah vaksin diberikan secara cepat dan luas seperti ini. Menariknya lagi, saat ini telah mulai
teridentifikasi adanya benang merah antara tingkat keampuhan vaksin saat uji
coba (efficacy) dan saat digunakan di masyarakat (effectiveness). Pada saat
uji coba, vaksin-vaksin Covid-19 dilaporkan memiliki tingkat keampuhan 50-93
persen. Dengan rate ini, orang yang diberi vaksin memiliki kemungkinan 3-19
kali lipat lebih rendah menderita Covid-19 dibanding orang yang tidak
divaksin. Kini, sejumlah studi di masyarakat
mengonfirmasi tingkat keampuhan ini. Salah satu di antaranya dilakukan oleh
Macabi, sebuah asuransi kesehatan di Israel. Perusahaan in melaporkan bahwa
dari sekitar 523.000 kliennya yang diberikan vaksinasi, hanya terdapat 544
orang (0,1 persen) yang terinfeksi Covid-19, 15 orang (0,003 persen) yang
harus dirawat di rumah sakit dan tidak ada yang meninggal. Angka ini jauh berbeda dengan klien yang
tak mendapat vaksin, di mana dari 628.000 klien, 18.000 orang menderita
Covid-19 (2,8 persen). Artinya, tingkat effectiveness vaksin yang digunakan
berkisar 93 persen, hampir sama dengan tingkat keampuhan saat uji coba
(efficacy). Kombinasi maraknya produksi vaksin,
tingginya vaccination rate, serta terkonfirmasinya keampuhan vaksin pada
tahap uji coba (efficacy) dan saat di masyarakat (effectiveness) menjadi
alasan kuat bahwa vaksin Covid-19 akan menjadi senjata ampuh peredaman
pandemi. Upaya
bersama Adanya tren penurunan jumlah kasus baru,
positive rate dan CFR serta makin marak dan efektifnya produksi dan
penggunaan vaksin menjadi alasan bahwa pandemi dapat berakhir lebih cepat
daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sepanjang tidak ada perubahan kondisi yang
signifikan, banyak negara diperkirakan berhasil mengontrol pandemi pada 2021,
ditandai dengan tercapainya herd immunity di negara tersebut. Sisanya masih
membutuhkan waktu beberapa tahun lagi. Untuk mempercepat proses pengontrolan
pandemi, tiga hal penting patut diupayakan. Pertama, mempercepat upaya
vaksinasi di masyarakat agar kekebalan kelompok dapat tercapai. Saat ini, beberapa negara telah mencapai
status kekebalan kelompok, seperti Gibraltar, Israel, dan Sisilia. Mereka
telah memvaksin lebih dari 70 persen penduduknya. Di Indonesia, jumlah yang
tervaksin hingga saat ini baru 2 juta orang dengan rerata vaksinasi
50.000-60.000 orang per hari. Kalau laju vaksinasi ini tak ditingkatkan,
kekebalan kelompok baru tercapai setelah delapan tahun. Pemerintah dan seluruh masyarakat harus
berupaya maksimal untuk meningkatkan vaccination rate ini paling tidak dua
kali lipat. Kenyataannya, banyak negara mampu memvaksinasi lebih dari 100.000
orang per hari. Di Israel, pemerintah memvaksin 120.000 orang per hari, Turki
183.000 orang per hari, dan Bangladesh 167.000 per hari. Artinya, faktor
percepatan ini bisa dioptimalkan. Kedua, pada tingkat global harus ada upaya
kolektif untuk mencapai global herd immunity, yaitu tervaksinnya 60-70 persen
penduduk dunia. Apabila level ini belum tercapai, efek pandemi masih belum
reda. Istilah yang sering didengungkan oleh WHO adalah no one is safe until
every one is safe. Saat ini vaksin umumnya masih beredar di
negara-negara maju dan menengah saja, sementara negara berkembang kekurangan
akses. Sekitar 60 persen stok vaksin Covid-19 dikuasai oleh 16 persen negara
tertentu. Ada ketimpangan. Dengan kemampuan daya belinya, negara-negara maju
telah memesan dan memborong vaksin lebih dari yang mereka butuhkan atas
alasan nasionalisme vaksin (vaccine nationalism). WHO telah menginisiasi program global untuk
menanggulangi hal ini, yaitu Covax. Lewat program ini, sejumlah negara
bergabung dan mengalokasikan sebagian vaksinnya untuk negara berkembang.
Upaya ini perlu didukung lebih serius dan konsisten. Ketiga, sambil menunggu efek kekebalan
kelompok yang dihasilkan oleh vaksinasi luas, masyarakat harus tetap
menerapkan upaya 3M dan 3T. Upaya ini terbukti berkontribusi terhadap tren
perbaikan morbiditas dan mortalitas Covid-19. Memang berat dan membosankan,
tetapi tidak aja jalan lain kecuali melakukannya. Penatalaksanaan Covid-19 selama ini jelas
telah membuahkan sejumlah hasil positif. Dan vaksin akan menambah nilai
positif ini, terutama dalam mengurangi tingkat penyebaran dan kematian Covid-19.
Sejumlah negara telah berhasil mencapai kekebalan kelompok, tetapi sebagian
besar lainnya masih berjuang ke arah sana. Meski tidak mudah menyimpulkan bahwa
Covid-19 akan tertanggulangi dalam beberapa tahun mendatang, tetapi titik
terang ke arah itu mulai tampak. Perlu upaya semua pihak agar titik terang
ini benar-benar menjadi lampu penanda bahwa pandemi akan segera berakhir. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar