BAHASA
Tata Pamong
Oleh : AHMAD SAHIDAH
KOMPAS, 3 Desember 2019
Sebagai
bahasa kebangsaan, bahasa Indonesia berakar pada khazanah Melayu. Dalam sejarah
panjangnya, alat berkomunikasi di antara warga Nusantara itu merupakan lingua
franca yang menyatukan rakyat di banyak kepulauan, yang kini berpecah menjadi
banyak negara. Malaysia, Singapura, dan Brunei berada dalam satu pihak yang
berbeda dengan Indonesia. Pada gilirannya nasib bahasa Melayu menyesuaikan
dengan kebijakan kebahasaan di negara masing-masing.
Meski
demikian, negara serumpun sering mengadaptasi kata asing dengan menyesuaikan
pelafalan ejaan seperti democracy dengan demokrasi dan communication dengan
komunikasi. Mengingat serapan bahasa Malaysia juga berdasarkan bunyi, ada kata
yang ditulis sesuai dengan pendengaran lisan, seperti television menjadi
televisyen dan fashion menjadi fesyen. Malah, kata Melayu yang tak mengenal
akhiran j menyerap image menjadi imej dan message menjadi mesej.
Sejauh ini
bahasa resmi Malaysia berusaha sekuat tenaga mengalihbahasakan serapan bahasa
asing melalui penerjemahan harfiah, seperti stakeholder dengan pemegang taruh.
Di sini kata tersebut sering disampaikan banyak orang untuk menunjukkan
pihak-pihak yang terkait dengan isu tertentu. Kita memilih terjemahan
konseptual dengan pemangku kepentingan. Sejatinya kata stake ‘taruhan’ terkait
dengan kesempatan (chance) dan risiko (risk), yang tak mengandaikan
kepentingan.
Betapa
banyak kata kita diambil dari bahasa Inggris mengingat negara berbahasa
Anglosaxon ini berkembang pesat dan memberi pemaknaan baru tanpa harus
menghilangkan arti dasar. Misalnya, kata good governance yang diadopsi dari
tradisi pengelolaan pemerintahan dan keorganisasian sering diucapkan warga
kampus, politikus, dan pejabat. Kata governance beririsan dengan kata otoritas,
kontrol, kekuasaan, dan keunggulan. Dengan demikian, pengalihbahasaan kata
majemuk ini cukup menantang.
Usulan tata
pamong yang baik untuk mengganti kata asing itu tentu mengandaikan kuasa bahasa
Jawa dalam mengayakan bahasa Indonesia. Tentu sebagai padanan yang berasal dari
bahasa Jawa kata ini akrab di telinga orang berbahasa Jawa. Adakah dengan
penyerapan ke dalam bahasa Jawa kuna, makna konseptual juga hadir mengingat
kepamongan dengan sendirinya membayangkan tradisi kekuasaan Jawa yang feodal,
hierarkis, dan tertutup? Padahal, good governance yang berakar pada tradisi
Barat mengandaikan meritokrasi, profesionalisme, dan relasi antarstruktur
secara terbuka. Tentu penggunaan bahasa Melayu dengan sendirinya menggambarkan
alam pikiran Melayu, di mana Jawa ada di dalamnya. Pendek kata, apa pun
terjemahan kata ini, makna serapan itu akan merangkumi pandangan dunia
penyerap. Apalagi, kata Noam Chomsky, makna kata tak hanya ada dalam kamus,
juga dalam kejiwaan dan kemasyarakatan penggunanya.
AHMAD SAHIDAH, Dosen Filsafat Ilmu
Universitas Nurul Jadid Paiton
BalasHapus===Agens128 bagi uang Tunai===
Pakai Pulsa Tanpa Potongan
Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
Game Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
WhastApp : 0852-2255-5128
Agens128Agens128