Skenario
Dua Angsa
Andi Widjajanto ; Analis Senior P8, Jakarta
|
KOMPAS,
06 April
2018
Kemunculan polemik tentang
“Indonesia Bubar 2030” bisa dijadikan titik masuk untuk kembali membahas
trajektori tentang masa depan Indonesia.Trajektori masa depan ini bisa
dibahas dengan menggunakan beragam metode peramalan (forecasting method) yang
dikembangkan oleh para pengkaji Future Studies, seperti Time Series, Delphi
Method, Regression Analysis, Net Assessment, Scenario Building, dan Scenario
Planning. Metode-metode tersebut dibuat terutama untuk mengatasi dua
kesulitan utama dalam melakukan peramalan yaitu ketidakpastian dan
kompleksitas isu.
Metode peramalan cenderung mudah
dilakukan jika kita hanya menganalisis satu variabel yang berperan sebagai
variabel bebas yang memengaruhi naik turunnya nilai satu variabel terikat.
Harga minyak dunia di tahun 2030 bisa dengan mudah diramalkan jika kita hanya
menetapkan pertumbuhan ekonomi dunia sebagai satu-satunya variabel yang
berpengaruh.
Atau, estimasi waktu kapan Perang
Dunia III pecah juga bisa ditetapkan jika kita hanya menganalisa pola
perimbangan kekuatan antar negara yang menguasai 70 persen aset kekuatan
maritim dunia. Atau, perkiraan besaran kemenangan Joko Widodo (Jokowi) di
Pemilu 2019 juga bisa diramalkan dengan hanya melihat pola elektabilitas
Jokowi. Jika metode biviariat dengan kontrol ketat terhadap dinamika variabel
ini dilakukan, pada dasarnya yang akan kita lihat adalah angsa putih, yang
memang cenderung mudah untuk dicari.
Angsa hitam
Metode peramalan akan menemukan
tantangannya jika harus melakukan analisis multivariat dan masing-masing
variabel bergerak tanpa pola (chaos). Yang dicari bukan lagi angsa putih
tetapi angsa hitam yang hanya muncul di wilayah-wilayah tertentu dengan waktu
kemunculan yang tidak terduga.
Untuk para analis intelijen dan
militer, kompetensi akademik utama mereka adalah berburu angsa hitam.
Kompetensi berburu angsa hitam ini tidak dilatih saat siang hari di musim
panas di lapangan terbuka, tetapi dikembangkan pada saat badai salju di musim
dingin di hutan yang masih perawan. Hasil analisis angsa hitam ini cenderung
menghasilkan skenario terburuk (worst case scenario) berupa kemungkinan
terjadinya pendadakan strategis dengan dampak kehancuran yang masif.
Di kajian Hubungan Internasional,
salah satu trajektori yang sedang dikaji adalah peluang terjadinya Perang
Dunia III antara Amerika Serikat-NATO, Rusia, dan China.
Dengan mengombinasikan beberapa
variabel utama seperti pola perimbangan kekuatan antar negara besar, defisit
perdagangan antar blok dagang, dan kematangan proses institusionalisasi
politik global, para peneliti Hubungan Internasional membuat satu skenario
terburuk yang mengarah ke membesarnya peluang pecahnya Perang Dunia III
dengan trajektori sebagai berikut.
Yakni: (1) kekuatan maritim China
akan melampaui kekuatan maritim AS, (2) defisit perdagangan AS-China akan
mengarah kepada terjadi perang tarif dan perang dagang, (3) friksi antara AS
dan Rusia di bekas negara-negara Uni Soviet, dan (4) kegagalan PBB dan
organisasi-organisasi regional untuk secara nyata menyelesaikan konflik di
negara-negara penghasil energi dan sumber daya mineral utama.
Skenario tentang Indonesia XXI
juga bisa dihasilkan, misalnya, dengan mengombinasikan tiga variabel kunci
seperti tingkat kematangan demokrasi, rasio gini, tingkat pertumbuhan
ekonomi.
Satu kuadran skenario bisa
memunculkan angsa hitam saat yang kita duga terjadi adalah krisis ekonomi
yang diikuti dengan memburuknya rasio gini dan kegagalan demokrasi. Di
kuadran ini, kemunculan angsa hitam memperbesar peluang Indonesia untuk
menjelma menjadi negara gagal.
Namun, di kuadran yang lain, angsa
putih muncul. Di kuadran itu, kita memperkirakan demokrasi akan semakin
matang, rasio gini membaik, dan pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 7
persen. Kemunculan angsa putih memperbesar peluang terjadinya skenario
terbaik yang akan memunculkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi
global di tahun 2050.
Angsa mati
Dalam proses pembentukan skenario,
angsa hitam dimunculkan untuk ditembak mati. Untuk mematikan angsa hitam,
skenario yang ada akan menawarkan petunjuk metodologis bagaimana
variabel-variabel kunci bisa diintervensi sehingga mereka tidak bergerak negatif
ke arah kuadran skenario terburuk. Peluang pecahnya Perang Dunia III bisa
diperkecil dengan melakukan beberapa tanggapan strategi seperti (1) menjaga
perimbangan kekuatan antara AS dan China di Asia Pasifik, (2) konsolidasi
liberalisasi perdagangan bebas antar blok dagang, dan (3) revitalisasi peran
organisasi-organisasi internasional.
Skenario Indonesia bubar juga bisa
dicegah dengan beberapa intervensi, yaitu (1) memastikan konsolidasi
demokrasi terjadi, (2) pemerataan ekonomi dituntaskan, (3) investasi, belanja
pemerintah, dan ekspor hasil industri ditingkatkan untuk menaikkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Angsa hitam pasti mati jika
skenario terburuk yang dirumuskan melalui metode peramalan sahih dijadikan
dasar untuk merumuskan rekomendasi mitigasi yang nyata. Angsa hitam hanya
bisa mati jika para elite pembuat kebijakan di negara ini melakukan kerja,
kerja, dan kerja untuk mengintervensi arah gerak beberapa variabel kunci
tentang masa depan Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar